Langsung ke konten utama

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter two :
Suasana Pesantren Dan Konfliknya


Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi..

Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka.

Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar.

Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun seamngatnya tak pernah pudar, ia juga dikenal bijak dan dewasa.

Suasana Pesantren itu memang tak ada duanya. Airnya mengalir sejuk seperti tak ada habisnya. Dikelilingi oleh Hutan lebat yg ada di sebelah Barat ,timur, selatan dan utara. Serta ada beberapa perkampungan yg berdiri tak jauh dari letak pesantren. Percis didepan Pesantren, terdapat lembah kebawah, yg apabila ditelusuri lembah itu ada sebuah sungai yg Sangat asri, sangat alami. Seakan - akan menjadi 'Perfect Getaway' buat siapa saja yg singgah disana.

Malamnya hanya suara jangkrik dan binatang malam yg saling bersahutan. Mungkin Luasnya ada sekitar 12 hektar tanah yg sudah dibeli Kiyai Basri tapi hanya sebagian yg sudah ia bangun.

Banyak ustad yg menetap dan sudah mengabdi disana. Bahkan hampir rata - rata mereka sudah berumah tangga. Tinggal dan menetap bersama istri mereka masing- masing.

Di Pesantren itu telah dipusatkan oleh Sebuah bangunan yg berwarna cream terletak ditengah pesantren.

Itu adalah bagian Pengasuhan, atau dikenal dengan Qism Ri'ayah. Yg bertugas mengasuh kegiatan santri.

Sudah terlihat kekuning - kuningan cat bangunan itu. Warna bangunan itu memang memudar, seakan - akan sudah menjadi ciri khas lobby bangunan pesantren. Bangunan itu berlantai dua, gentengnya terlihat berwarna merah, tanda bahwa itu adalah genteng yg terbuat dari tanah liat. Terlihat elok berbaris rapih seakan akan warna merahnya tak pernah pudar. Bangunan itu seperti menjadi pusat informasi dan pusat pengumuman.

Bangunan itu berbentuk letter U yg memanjang kedepan disekitar kiri dan kanannya. Ia terletak tepat di Tengah - Tengah bangunan asrama Pesantren. Namun tetap, meskipun bangunan itu bertema kontemporer, Kyai Basri tetap lebih senang mengadakan pengajian di Bale dan gubuk yg banyak berdiri deskitar bangunan sentral itu. Seakan akan bangunan itu Mercu suar, yg bisa memantau semua kegiatan santrinya.

Ketua Bagian pengasuhan itu adalah ustaz Fian sendiri. 
Karena ia paling senior di antara yg lain, otomatis ia menjadi abah sesepuh yg dihormati sehingga diangkat oleh Kyai Basri sebgai ketua pengasuhan. Ia lah yg mengisi kantor utama gedung itu, juga bersama istrinya ustazah ayni. Mereka lah yg paling tau santri atau murid yg paling bandel karena disitulah pusat informasi kegiatan. Karena pengalaman mereka berkecimpung langsung dengan murid didik, mereka menjadi hafal jenis sifat murid. Seperti ahli psikologis anak, namun tanpa sekolah psikologis. Bila ada masalah dengan murid yg kelewat nakal, ustazah ayni lah yg membimbing murid itu agar tidak nakal kembali.

Sejauh ini, tidak ada masalah yg besar yg menimpa bagian pengasuhan itu. Setelah bertahun tahun tak pernah ada kejadian besar. Bagian pengasuhan itu berjalan dengan damai dan lancar.

Namun ada sekitar lima tahun yg lalu, pernah ada seorang santri yg berkelahi sampai berdarah darah. Ustazah ayni pernah membimbing anak itu agar tidak nakal lagi, namun kerasnya dan bandelnya anak itu, membuat semua pengasuhan pesantren menyerah. Ustad fian pun menyerah, karena anak itu terkenal bandel dan sering berkelahi, bahkan dengan ustad pun ia berani berkelahi.

Itu adalah catatan kelam bagian pengasuhan.
Karena gagal mendidik seorang anak yg kelewat nakal waktu itu. Dan itu adalah kasus terbesar dan menjadi sumber rasa malu ustad Fian. Karena gagal membina satu anak. Sudah tak sanggup membina lagi, anak itu akhirnya dikeluarkan ketika masih menginjak sekolah 3 smp.

Namun entah kenapa, hanya ustazah ayni yg percaya bahwa anak itu masih bisa dibimbing. Dan dia sempat protes ketika anak itu dikeluarkan. Anak itu bernama Royhan, atau sering dipanggil Roy. Sering kali Roy masih menjadi pembicaraan bagian pengasuhan karena memiliki catatan kelam.

"Sebenarnya siapa yg salah? Anak itu ? Apa kita sebagai pembimbing?. Saya selalu percaya bahwa anak hanya kertas putih yg tidak tahu apa2, tinggal kita sebagai pembimbing menulis yg baik buat hidup mereka" ucap ustazah ayni bila sedang membicarakan anak itu bersama suaminya Ustad Fian.

"Iya umi, tapi Roy pengecualian, umi masih ingat kan Roy sempat membuat salah satu santri koma karena ditimpa batu kali, abi juga tidak habis pikir, masa ada seorang anak yg sudah terlahir dengan sifat setan".
" saya ga percaya itu bi.. Semua anak bisa karena bimbingan guru dan orang tuanya, Cuman umi menyesal aja kenpa kita ga sabar.. Mungkin bagian pengasuhan ini tidak punya rasa malu dari kejadian (dikeluarkannya Roy) karena kita sudah menyerah, kita gagal" Ujar Ustazah ayni lagi.

"Yah.. Jadikan itu pelajaran, agar kita bisa lebih pengalaman membimbing anak..".
Dari semua anak2 yg dibimbing pengasuhan pesantren itu, hampir semua berhasil memiliki prilaku yg terkontrol, wajar bila seorang anak naka nakal sedikit, terkecuali Roy, Kyai Basri sempat menyerahkan semua keputusan ke ustad Fian. Roy merupakan gatal yg seakan akan belum digaruk di ranah pengasuhan sampai hari ini.

Meski ia sudah dikeluarkan 5 tahun lalu.

Bertahun tahun kasus Royhan itu berlalu, anak murid datang dan silih berganti. Ustad Fian selalu aktif mengisi hari2nya dengan mengajar dan membuat aturan di pengasuhan. Semua berjalan normal, memang ada kasus satu dua anak yg bandel, namun tak sampai seperti kasus Roy yg membuat koma kk kelasnya itu, Sehingga kasus Roy tak pernah menghilang dipikiran baik ustad Fian maupun ustazah ayni juga seisi keluarga Pesantren awwabin.

Hingga hari ini...

Saat itu, tepat Kyai Basri hendak melaksanakan ibadah Haji yg kedua kalinya bersama Nyi Lailah. Ia mengadakan pengajian kitab klasik bersama para ustad sehari sebelum berangkat.

Hape milik ustad Fian berdering oleh nomor tidak dikenal.

Setelah berdering dan melihat Layar, ia pamit ke Kyai Basri untuk keluar dan menerima telepon itu.

"Assalamualakum" ucap langsung suara lelaki disebrang tlp itu.

"Waalikumsalam" jawab ustd Fian.

"Kayfa haalukum ustad khair (gimana keadaanya ustad baik ? )." ucapnya orang yg disebrangnya lagi.

Ustad Fian meraba raba suara itu, ia sangat tidak asing dengan suara itu, sepertinya aku kenal, ucap suara hatinya sambil menjawab "alhmdulillah khair, ini siapa yah ?".
" Masa lupa sama suara saya "?
Kemudian ustad Fian menebak sesuai instingnya, " Pak Suprapto bukan ?" tanyanya.

"Iya betul, ingat juga ustad alhamdulillah".
Kemudian langsung disambut oleh hangatnya pembicaraan dua orang yg pernah dekat bertahun - tahun itu. Setelah lama berbasi basi menanyakan kabar masing - masing, akhirnya pak suprapto mengutarakan maksud utama kenapa ia menelepon sore itu,..

" Ini ustad, tentang anak saya Royhan.. Ia tertimpa masalah besar.."
Deg.. Jantung ustad Fian terkaget ketika mendengar nama anak itu, The trouble maker, kenapa lagi dia ?. Ya memang, pak suprapto ini adalah ayah dari mantan muridnya yg nakal itu. Mereka sangat dekat, karena memang dulu pak suprapto berharap agar anaknya bisa dibimbing oleh ustad Fian langsung, agar bisa merubah sifat anaknya itu.

Namun sayang, ayahnya bisa sangat dekat dengan gurunya, namun tidak dengan anaknya yg gagal dirubah..

"Kenapa de Royhan pak? Gmana kabar anak itu".
Suara Suprapto berubah sedkit berat, akhirnya ia berkeluh kesah " Ia terlibat tawuran besar sampai bahunya kena bacok kemarin pak ustad, sekarang dirumah sakit, sekarang dicari cari polisi".
"Innalillahi" jawab ustad Fian kaget, namun sebenarnya ia tidak begitu kaget, hatinya mengalami sedikit kewajaran ketika mendengar kabar itu.

"Terus keadaannya gimana sekarang?"
"Parah ustad, salah apa saya sampe kena musibah seperti ini, saya mau minta tolong ustad.. Tolong Royhan saya titip sementara dipesantren ustad, nanti semua biaya saya yg nanggung, anak itu butuh ketenangan ustad, saya mohon saya pernah dekat dengan ustad, saya teman ustad, mohon terima anak saya disitu sementara agar hatinya tenang, sampai ia sembuh, tolong ustad, tolong..". Ucap Suprapto memohon.

Agak berat ustad Fian memenuhi permintaan mantan teman dekatnya itu, bisa saja ia langsung menolak permintaanyaa, namun ia harus terlebih dahulu menyerahkan keputusan itu ke Kyai Basri, ia hendak membicarakan karena posisinya sebagai ketua pengasuhan untuk menyampaikan kabar ini ke Kyai Basri.

" Ya sudah Pak, sementara jaga dulu Royhan biar baik - baik saja, nanti saya bicarakan dulu ke abah haji (Kyai Basri)".
"Terima kasih ustad saya tunggu kabarnya malam ini".
Ustad Fian menutup teleponnya sambil menarik nafasnya dalam dalam, memori lama yg kelam itu kini hadir kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap