Langsung ke konten utama

Chapter 10 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 10
Easy Like Sunday Morning (part 1)



Ustazah merapihkan terusan abu - abunya, masih merasakan mabuk melayang - layang setelah merasakan pantat semoknya di crot Roy.

Ia berdiri dan langsung merapihkan gaunnya, menutupi lahar kental itu. Roy tersenyum melihatnya, sedangkan ustazah menyentuh manja dada lelaki yg mengagahinya itu.

Nampak Ia nanti tidak ikut pak ustad untuk subuh ke surau. Ia masih merasa linu, perutnya Ia usap - usap, Jalannya sempat tidak stabil saat keluar dari kamar Roy. Terhuyung. "Uhh Kontolnya gede banget", ucap ustazah berbisik di hatinya sambil mengusap usap Rahimnya. Namun ia menutup mulutnya, tersenyum, mengingat gagahnya lelaki itu. Sangat nikmat Disodok sangat dalam oleh pejantan itu. Ia merasakan sampai ke ubun - ubun disodok lelaki alpha itu.

Sementara pak Ustad sudah bangun saat mebedengar suara speaker di surau untuk meramaikan subuh seperti biasa. Ia sempat bertanya kemana umi ?, saat ia tidak melihat umi dikasur.

Ia mencuci wajahnya di kamar mandi yg terletak di kamarnya sendiri dan bersiap memakai kokonya, Ustazah masuk kedalam kamar dan sedikit kaget saat melihat pak ustad sudah memakai koko.
"Abi nyariin tadi, kemana ummi"? 
Tanya pak ustad melihat istrinya memakai terusan abu - abu itu.

Ia tidak melihat pak ustad, ia hanya merapihkan terusan abu abu itu takut ada noda yg kotor. Ia mengusap kan tangannya kebawah memenjang menelusurui terusan itu mengenai pahanya, ia melihat cermin.
" Abis dari Kamar Roy.." ucap ustazah, ia memang Jujur, namun masih merasakan perih cupangan Roy,. Linu diselangkangannya membayangkan sodokan kontolnya.

"Ngapain ?" tanya lagi pak ustad yg meluruskan lipatan tangan kokonya itu.

Ustazah merapihkan alat rias yg tersedia dimeja kaca itu, kemudia masih tetdiam sambil bercermin melihat lekuk tubuhnya.

"Tadi pintunya terbuka... Umi Bangunin ", ucapnya.
Memang benar, tapi ah kalo seandainya pak ustad tau.

"Mau ikut kepengajian ga ?"

"" Ngga, umi mau istirahat" ucapnya, ia berdiri di depan meja rias. Dia melihat bayangan sendirinya dicermin, ada guratan wajah yg puasa. Ustazah terlihat lebih cantik dari sebelumnya, digagahi pria alpha itu.

Pak ustad sendiri mendapati istrinya seperti kelelahan, mungkin ia masih ngantuk gara2 terbangun tadi pikir ustad,
"Abi berangkat dulu" ucapnya pak ustad langsung memegang pantat istrinya dengan sentuhan sayang, dan mengusap - usapnya sedikit.

Ustazah sedikit kaget.
Sadar dibalik gaun itu masih terasa Lelehan peju Roy. Dia diam mengangkat jari manisnya ke mulutnya. Tangan suaminya mengusap - usap lelehan peju itu dari balik gaunnya.

"I - iya" jawab ustazah menghindari rasa canggungnya, kemudian setelah suaminya pergi, ia langsung memeriksa bagian bokongnya.

"Aduuhh" ucap ustazah merasakan ada yg sedikit basah, namun ia diam sambil melihat cerminnya, dan membayangkan ketika digagahi oleh lelaki kekar itu.

Suara speaker di surau sudah sangat Ramai, Roy tidak tidur lagi setelah itu. Ia ingin mandi di sungai pikirnya. Sudah lama ia ingin merasakan bersih segarnya air sungai itu meski cuaca disini sangat dingin.

Ia melakukan latihan push sit up dan latihan - latihan lain yg sering ia lakukan setiap pagi. Mungkin pak ustad dan ustazah sudah berangkat ke surau pikir Roy, andai ia tahu ustazah ada didalam, Roy memutuskan untuk berolah raga keluar sampai matahari terlihat.
Awwabiin memang menjadi daya tarik banyak orang. Karena letaknya yg permata. Letaknya di apit di antara dua daerah terkenal, Dua daerah itu merupakan daerah yg keramatkan oleh banyak orang, sehingga tengahnya berdiri pesantren ini.

Memang Membangun sebuah pesantren tidaklah mudah, Kyai Basri tidak sembarangan sebelum ia memutuskan dimana ia menentukan lokasi untuk tempat pesantrennya dibangun. Ada cara tersendiri hingga sampai ditemukannya lokasi ini. Terasa sangat kental aura sakralnya setiap kali ingin membangun pesantren seperti ini.

Hal yg utama yg menjadikan daya tarik pesantren ini adalah lokasinya...

Lokasi alamnya masih sangat alami. Sangat sejuk, banyak sekali tempat wisata yg Tidak jauh dari pesantren. Dan yg lebih penting lagi, baru sedikit orang yg tau lokasi wisata itu.

Tepat dengan air sungai yg dijadikan rumah Kyai basri ini adalah air sungai yg indah. Dan ada sekitar 400 meter dari rumah ini Air Terjun setinghi 80 meter disebelah baratnya.

Untungnya, air terjun itu hanya sedikit orang yg tau. Masih terjaga ke alamiannya, juga keindahannya.

Amat elok air itu terjun jauh kebawah sepanjang 80 meter itu, tempat banyak orang bersantai bila mereka tahu lokasinya.

Akses kesana hanya bisa
memakai sepeda motor. Hanya orang2 sekitar pesantren dan para traveler khusus yg pernah datang kesini.

Air terjun itu ada daya tarik sendiri buat pesantren. Tidak sedikit dari wali murid yg sedang menengok anaknya mereka menyempatkan diri untuk bermain ke air terjun itu. Meski sangat susah aksesnya, namun sangat sepadan bila sudah sampai disana. Pemandangannya, suasananya.

Tidak ketinggalan juga dengan Roy dan keluarganya.

Pak Suprapto termasuk tipe petualang waktu itu, saat ia menemukan surga tersembunyi itu, selalu ia jadikan tempat bersantai dihari ketika ia menengok anaknya.

Air sungai yg letaknya dibawah landaian tanah rumah Kyai itu juga tak pernah surut saat kemarau, sangat menjadi referensi untuk orang yg ingin bersenang - senang.
Program kegiatan pesantren juga sering mengadakan kegiatan outdoor disekitar air terjun itu.

Karena suasananya yg bisa membahagiakan diri disana untuk semua santri.

Bisa saja pesantren ini menjadi sekolah alam.

Karena selain air terjun itu, terdapat perkebunan yg kaya akan flora dan fauna . Ada juga Gua gua yg eksotis yg masih jarang tersentuh orang. Andai saja akses ke tempat ini mudah, pasti sudah banyak investor yg berkecimpung ditempat ini.
Tak heran bila Roy ketika kecil disini sudah seperti Bolang bersama teman temannya. Namun ia Bolang yg sering kabur - kaburan, sering bolos - bolosan , Sampai banyak warga kampung yg mengenal Roy, daripada mengenal ustadnya sendiri karena seringnya anak ini kabur dari pesantren.

Pagi ini, setelah berolah raga, Roy sedang merasakan surgawi air sungai disana,
ah lama gw ga mandi disungai ini, surga banget. Pikir Roy.

Ia membasahi tubuhnya sekarang sambil berenang di sungai itu.

Roy sudah hafal mengenai spot spot mana saja yg sangat asik dipakai berenang dan berendam. Ia bahkan tau Batu yg besar yg ia jadikan tempat jumping dari atas kebawah. Memang bila dari lokasi Rumah Pak Kyai dan deretan rumah ustad fian dan juned, ada tanah yg melandai sampai sungai ini. Ia melihat ustazah yg melihatnya sedang mandi dikejauhan,

Ahh kontol Roy mulai berdiri mengingat kejadian bersama ustazah itu, memek tembemnya terasa sangat sempit. Kontolnya mengembang dibalik celana itu. Namun ada tugas yg harus dia lakukan. Ia harus menghadapi Dharma pagi ini, karena suaminya tak berani. Ia juga berharap dapet bonus bandel Dari ustazah.

Muncul ustad Juned yg sedang berjalan jalan disungai. Ia melihat Roy sambil melambaikan tangan. Roy sudah tidak asing lagi dengan ustad juned, karena ia merupakan senior paling lama dipesantren ini. Roy langsung turun menghampiri, menutup tubuhnya dengan anduk.

"Ustad ga ngajar hari ini" sapa Roy berjalan menghampirinya.

"Ga, ustad ngajar agak siang hari ini",
Roy kemudian memakai handuknya, ia tidak enak dan sungkan bertelanjang dada didepan ustad seniornya ini 

" Ustazah ifah ngajar juga ?",

"Ga, katanya ada tugas diskusi saya kurang paham" ucap ustad Juned sambil mulai duduk di atas batu.

"Kamu udah sembuh total ?" 

"Udah tad, kayaknya saya ga lama lagi disini",

" Hmmm.. Setelah saya perhatikan, kamu udah banyak peeubahan positif sekarang, kamu jadi bahan omongan ustad yg dibawah"

"Ah, pak ustad bisa aja.. Saya kan anak bandel tad, positif gimana maksudnya",

" itu kan dulu, kalo sekarang udah beda, mereka salut ke kamu, kalo kamu bisa ngeluarin ustad Fian dari kesulitannya kemarin" 

"Sudah seharusnya saya bantu ustad,",

" Kenapa kamu ga ngabdi aja?"

"Ngabdi disini ?, jadi ustad gitu tad, ?, waaaa jauh tad, malu, hahaa",

" Kenapa harus malu, banyak perusak akhirnya jadi bagian penting yg pernah dirusaknya itu" ucap Ustad juned.

Tapi saya tukang ngerusak ustad ucap Roy dalam hati sambil tersenyum, mereka juga membicarakan ustazah ipah dan banyak ustazah lainnya yg mengapresiasi apa yg dilakukan Roy.

Sementara ustazah Ayni sudah ingin masuk ke kelas mengajarnya. Entah kenapa ustazah merasa lebih cantik dari biasanya, ia merasa seperti ada percikan yg membuatnya terlihat glowing dari biasanya. Merasa beda. Mungkin ini ulah lelaki perkasa itu pikirnya. Namun ustazah mengesampingkan itu semua. Ia menggeleng gekengkan kepala untuk fokus mengajar sore itu tanpa berpikir macam - macam. Ia mengajar keilmuan Balagoh, suatu kepiawaiannya dalam memahami sastra. Tidak aneh memang, mengingat seniornya ia ditempat ini.

Sedangkan Ustad Boim, pergi kerumah Ustad Fian pagi itu untuk menemui Roy, ia ingin membicarakan tentang pak dharma yg menurut amanat ustad Fian, Roy yg akan menghadapinya. Ustad Fian sendiri sedang mengajar di Pesantren.

"Kamu mau langsung kerumahnya apa ketemuan dipesantren" tanya ustad Boim.

"Saya mau langsung ,kerumahnya " ucap Roy.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"