Langsung ke konten utama

Chapter 14 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 14 :

League Of Decency ( part 2)

 

 

 


Setelah Lilis mencabut penisku dan turun dari meja ia sempat terhuyung sedikit sambil tersenyum..

"Kamu makin kesini makin nafsu aja" ucap Lilis sambil merapihkan baju yg sudah acak2an.

Aku menghampirinya dan menjilat samping lehernya sekali, 

Ahhh

Lilis terpejam sambil tersenyum saat lidah basahku menyentuh lehernya sambil memandang payah suaminya yg sedang nguli diluar kantor ini. "Memeknya makin kenceng" bisikku mengingat aksi kegel tadi, lilis terdengar cekikikan sambil menempelkan tonjolan susunya didadaku.

Aku juga melihat Kardi dari sini. Heran memang, kenapa dia membiarkan istrinya masuk ke kantor sore ini dengan pakaian sehabis senamnya yg ketat seperti ini. 

Apa belum jelas kejadian tiga bulan yg lalu saat mengajak kencan istrinya ini. Dan sekarang ia malah membiarkan Lilis masuk ke kantorku sore ini tanpa alasan yg jelas.

Lilis tersenyum, seperti mengerti dengan pikiranku. Aku yg memang menyuruhnya datang ke sini. Tapi siapa tahu suaminya malah tak berani melarangku, Masih tak berani bicara. 

Akibatnya, Lilis semakin nakal dengan keberanianku.
Ia mengelus - elus kembali tonjolan kontol yg sudah muncrat isinya di memek Sempit milik suaminya yg nguli diluar kantor itu, sambil berbisik pelan, 

"hmmm.. Jangan khawatir.. Selama dia ga berani ngomong.. Aku bakal sepong kontol kamu didepan dia", yg kemudian ia remas kencang kontolku diiringi dengan desahanku " Shhhh ahhhh",.
Lilis tersenyum sambil melepaskan remasannya, ia mengambil tasnya yg ia simpan diatas sofa tamu dan membuka pintu "Ngomong - Ngomong". Ucapnya membalikan badan " gara2 ulah kamu aku telat satu bulan" ucapnya lagi berbisik dan menutup pintu sambil tersenyum 

"Brukk ",

Aku hanya sedikit melongo karena ucapan terakhirnya tadi..

What The... F....

_-_________________


Sengaja pagi sekali aku bangun di ke esokan harinya. Aku memang ingin menghadiri pengajian ba'da subuh yg sering diadakan oleh ustad Ali di masjid komplek yg tak jauh dari barisan cluster kecil yg berjejer sampai ke Ruko depan. Ustad Ali memang sering memberi tausyiah di masjid itu di hari - hari tertentu. Ia dipercaya dipanggil masyarakat komplek untuk memimpin pengajian ba'da subuh sebagaimana ke ahliannya. Kadang ia datang dengan ustazah Sahla, karena memang itu tujuan utamaku untuk datang menemui mereka, menanyakan tentang pesantren yg hendak kurencanakan untuk berinvestasi disana.

Meraka lah alasanku sehingga aku memutuskan untuk mengembangkan proyek Guest House yg di gagas Pak Suprapto. Entah bila Intan sudah memberitahu ustazah atau belum, yg jelas disamping aku ingin mengikuti tausyiah paginya, aku juga ingin mencari tahu informasi tentang pesantren itu yg memang kudengar " Tinggi potensi wisatanya ".

" Hati itu mesti kita latih untuk tetap bisa kuat menghadapi berbagai macam terjangan, semakin sering kita latih, semakin kuat kita berdiri, dan semakin istiqomah kita menjalani". Ucap Ustad Ali mengisi tausyiahnya pagi itu.

Di tengah masjid itu ada sekitar 20an bapak2 yg berkumpul beserta para ibu - ibu yg mengikuti pengajian ba'da subuh ini. Memang ustad Ali sedang menggebrakan program pasukan subuh berjamaahnya di kompleks ini. Berharap agar masyarakat bisa rajin bangun pagi melaksanakan subuh bareng di masjid ini. Ia menjelaskan agar hal itu bisa terwujud, perlu adanya kekuatan hati, sebagaimana penjelasannya tadi.

Aku merasa sedikit... Seru... Tenang.. mengikuti tausyiah subuh itu, sampai tak terasa selesai sekitar pukul 6 pagi.

Aku dan para sesepuh masjid mengobrol sehabis pengajian itu, belum sampai aku membicarakan tentang pesantren itu, karena aku hanya ingin berbicara dengan ustad Ali tanpa harus berbicara dengan para sepuh disana.

Sampai akhirnya ustazah Sahla datang dengan cantik sambil memakai Mukena Putih, ia tersenyum saat melihatku karena memang sudah lama kita tak bertemu sejak kasus yg menimpa proyekku itu. Kasus yg membuatku mengalami krisis kepercayaan kepada semua orang. Namun saat istriku menyebut "annisa" dan "ustazah Sahla" yg pernah berkecimpung dipesantren itu, aku mulai bangkit, mulai berkreasi untuk mencoba hal - hal yg baru. Semangat itulah yg membawaku datang ke pengajian suaminya pagi ini.

"Hei apakabar, kemana aja baru keliatan, Mana neng iin nya (panggilan kesayangan Intan) koq ga dibawa ?" tanya ustazah Sahla bertubi tubi saat melihatku duduk disamping ustad Ali dan para sepuh ini.

"Hehee.. Biasa ustazah, Azkanya suka ngambek kalo bangun mamahnya ga ada, jadinya dirumah".

" Harus sekali kali bawa kesini azka Juga, biar aku yg ngasuh, emaknya juga nanti aku yg ngasuh" ucap ustazah sambil tersenyum yg diiringi ketawa kecil para sepuh. 

Sedikit demi sedikit kami membicarakan hal - hal yg ringan pagi itu. Satu per satu para sepuh pamit karena ingin bersiap untuk bekerja, meninggalkan aku, ustad Ali beserta Ustazah Sahla yg masih asik mengobrol pagi itu.

Baru ketika para sepuh itu pergi, ustazah Sahla bilang "Kamu bener, katanya mau ada proyek penginapan disekitar Awwabiin ?", tanya ustazah Sahla.

" Koq ustazah Tahu ?" 

"Hmm.. Ga ada yg iin ga bilang ke aku" ucap ustazah Sahla.

"Yahh.. Tadinya mau suprise ustazah, mangkanya saya datang pagi - pagi..".

" Telat.. Tapi saya seneng bener pas ngedenger rencana kamu.. Akhirnya bisa ada rencana manjang ke almamater".

"Ustazah katanya ngajar disitu ?".

" hihii.. Bukan ngajar lagi, itu udah kaya Rumah kedua aku, tapi pas nikah, aku dibawa kabur pak ustad kesini.. Tapi Anies suruh aku ngajar disana.

"Tapi aku lihat foto - fotonya sih ustazah, bagus ...".

" Kamu pasti suka kalo udah ngeliat langsung kesana, mangkanya aku bilang ke iin, in pasti banyak yg mau menginap buat keliling wisata disana" ucap ustazah Sahla lagi.

"Hayuk pak Ustad, ustazah.. Kita agendakan untuk datang ke sana". Ajakku.

" Nanti tanggung kalo sekarang Ryan, sehabis lebaran Haji saja kita kesana" ucap Ustad Ali memberi rekomendasi.

"Iya bener, lagian abah Haji (Kyai Basri) nya sedang munggah haji, sepulang beliau aja baru kita ke sana". Ucap Ustazah Sahla lagi.

" ya udah deh terserah pak ustad ustazah aja," Ucapku, "Tapi emang benar, kita harus ketemu pemimpin pesantren dulu supaya lancar".

Bila kita ingin menguasai ular, maka peganglah kepalanya, ucapku dalam hati, itu adalah prinsip dasar bila ingin tenang merencanakan sesuatu, percis seperti istilah bila kita ingin tenang tinggal di satu desa, makalah peganglah kepala desa tersebut. Ini adalah yg aku lakukan ketika aku pindah ke Bogor saat mulai membangun proyek hal yg pertama aku lakukan adalah mendekati pak Lurah yg sekarang akrab dan familiar denganku.

" . iya bener.. Aku tahu abah Haji koq.. Aku hafal semua orang - orang dipesantren, Aku juga hafal semua jalan alternatif ke sana, nanti kita lewat belakang aja jangan lewat depan, lewat belakang jauh lebih indah pemandangannya jadi kita bisa sambil rekreasi dan napak tilas" ucap ustazah Sahla lagi panjang lebar.

"Napak Tilas ?"_

Ustad Ali tersenyum, ia mengerti kebingunganku, " Ada satu dua kampung yg dekat ke pesantren awwabin tempat saya dan ustazah pernah bermain sambil dakwah disana.. Jadi Banyak kenangannya.. Mangkanya kalo kesana, biasanya kita disuruh menginap dikampung itu, jadi seperti napak tilas".

"oohh.." ucapku antusias.

"Sekarang kamu siapin dulu aja perencanaannya, gambar - gambarnya, nanti kita bicarakan lagi" ucap ustad Ali "Oh iya.. Satu lagi.. Kamu butuh mobil yg tinggi dan tangguh, jalur alternatif nanti medannya rusak, tapi justru itu lebih besar kesannya,".

" Siap Pak ustad ".

" Kamu jadiin kemah aja mobilnya Ryan, kamu kasih besi panjang tambahan supaya bisa berkemah didekat mobil, tapi jangan terlalu mencolok " ucap ustad Ali Lagi.

Aku memang ada Double kabin yg biasa dipakai untuk mengangkut solar setiap harinya, aku langsung berpikiran untuk memodif sedemikian Rupa sebagaimana permintaan pak Ustad,

"Jadi kaya rekreasi pramuka gitu yah ustad hehee",

"Sekedar persiapan, perjalan nya lumayan jauh, terus ga ada tempat penginapan disana".

Memang ustad Ali yg paling hafal medan kesana, aku harus mengikutinya supaya lancar perjalanan ke sana, setelah panjang lebar mengobrol di masjid itu, akhirnya kami menentukan tanggal keberangkatan setelah mengetahui tanggal kapan Kyai Basri pulang Haji. Kami akan pergi kesana setelah dua minggu lebaran haji.

_-________




Tadinya aku berniat untuk datang ke pesantren itu cukup melewati jalur biasa agar yg penting hanya bisa sampai ke sana terlebih dahulu sambil melihat lihat situasi.

Namun guruku, Ustad Ali, ingin perjalanan kesana terasa berkesan. Hingga ia menyuruhku untuk membuat semacam modifikasi kemah mobil bila alih - alih kita harus menginap dijalan.

Terpaksa pagi itu aku menyuruh Kardi untuk datang ke proyek mengambil double Kabin dan membuat semacam besi tambahan agar bisa dipakai kemah. Double kabin itu memang jarang dipakai akhir - akhir ini, aku menyuruh Kardi untuk segera membawa besi dengan ukuran tertentu untuk dirangkai menjadi kemah dadakan.

Kardi sedikit kaget dengan permintaanku. Namun ia tetap membawa double kabin itu pagi itu tanpa banyak bertanya, ia datang bersama Lilis yg hendak membuka kelas pagi di sanggar senamnya,

"Bentuknya memanjang kesamping, apa ke depan Bos ?", tanya Kardi yg sudah bersiap dengan alat Las dan besi dengan ukuran tertentu itu.

" Kayaknya lebih enak kesamping Kar, biar memanjang, terus buat besi tambahan di atas agar bisa dipakai tiduran dan bisa dipasang terpal" perintahku kepadanya.

Lilis yg terlihat segar setelan senam ketat berwarna merah dan sedikit ketat jilbab merahnya membungkus kepalanya turun dari double kabin sambil membawa tas jinjing merahnya. Ia tersenyum melihat ku. Aku memang masih sedikit kaget saat teringat dengan ucapannya sore kemarin, mengenai ucapan... telat satu bulannya.

"Dikerjainnya jangan ditunda tunda Kar, minimal kepasang besi samping harus sekarang" perintahku Ke Kardi.

"Siap".

Tak lama Setelah beberapa saat , Lilis menghampiriku dan memberiku secangkir kopi untuk aku minum, entah kenapa ia seharusnya memberikan kopi itu untuk suaminya, malah melayaniku seperti suami sesungguhnya didepan suaminya sendiri, Damn.. Apalagi setelah memerintahkan suaminya untuk mengerjakan tadi, dan juga ucapan telat satu bulannya kemarin.

" hmm.. Wangi" pujiku saat mencium aroma kopi juga aroma tubuhnya.

Setelah memerintahkan suaminya tadi, Lilis menunjukan sikap seolah olah aku yg pantas dilayani, bukan suaminya. Ia bahkan mengajakku melakukan senam bersama disanggarnya.

Memang, awalnya aku mengira bahwa setelah kejadian kencan tiga bulan lalu itu hubunganku dengan Kardi bakal berdeda. Akan sedikit canggung ketika bertemu dikantor, namun karena sikapnya yg tak berani melarangku, tak berani berbicara denganku, membuatku selalu ngaceng bila tiap melihat istrinya. Terutama pagi ini Lilis membiarkan toket ketatnya dan pinggiran leher telanjangnya dilihat olehku, apa suaminya tak tahu aku melihat istrinya sesemok ini ?, pasti suaminya tahu, tapi tak berani bicara.

"Kar.. Terus kerjain besi mobilnya, aku mau ngajak Lilis ngopi dulu didalem" Ucapku sambil melihat reaksinya.

Ia hanya diam saja, hanya menganggukan wajahnya sambil mengambil besi ukuran kecil untuk memulai ia rangkai.

Melihat suaminya hanya mengangguk, Lilis tersenyum sambil memeletkan lidahnya sedikit dan menggigitnya, kemudian dengan cuek, Lilis mengusap selangkangan kontolku dengan nakalnya, ia seperti tak perduli bila dilihat suaminya,

"Shh" aku mendesis perlahan saat merasakan remasan tangannya. Perlahan aku tuntun tangan yg meremas kontol itu untuk masuk kedalam kantor.

Kantor itu masih terlihat sepi dan dingin, Lilis semakin keras meremas remas kontol ku selama perjalanan menuju kedalam, cincin nikahnya menambah remasannya terasa bergigi, sehingga sangat nikmat saat meremas kontol ku, sambil berjalan ia buka sleting celanaku, ia genggam kontol panas telanjangku, gigi dari cincin nikahnya menempel di Kontol panasku,

Dengan masih memakai jilbab merah Lilis liuk liukan kepalanya menghajar lidahku, aku putar putar lidahku menyedot nyedot lilitan lidahnya sampai basah saat suaminya mengelas diluar, sambil merasakan gigi cincin nikahnya dikontol panasku.

Slek slek slekk..

Suara tangannya menggesek gesek disertai ciuman panasnya sambil membuka kaosnya ke atas menelanjangi toket semok montok berukuran besar dan berputing coklat itu, bra ungu nya pun terangkat ke atas, wangi tubuh yg berasal dari ketiak lebat miliknya terasa dihidungku, aku jilat2 ketiak itu saat tangannya masih terangkat ke atas, juga otot lengannya yg kencang tak lepas dari jilatanku, shhh uhhh shhh uhh.lick lick lick
Lilis bersimpuh kebawah percis didepan kontol ku yg ia remas dari tadi, aku duduk di atas kursi sambil memegang jilbab merahnya, ia kocok kocok batang kontol itu dengan nafsunya, ia pilin pilin kepalanya ia ludahi dari tempat ia bersimpuh diatas kedua lututnya pihh pihhh.. Shhh.. Ludahnya yg ia keluarkan dua kali itu membuat basah belakang kontol ku kemudian ia lumuri dikeseluruhan batang sampai basah dan terlihat licin,

Slik slik slik slikk.. 
Suara tangannya mengocok basah ludahnya di batang kontol ku,

"Nanti ketauan loh", godaku saat melihatnya aaik mengocok ngocok..

Slik slik slik slik slikk....

Ahhhh....

Slik slik slik slikk....

Ia angkat lengannya dan ia lipat di atas, memperlihatkan toge montok putih mulus beserta jilbab merahnya, juga pemandangannya ketiak lebatnya dan otot lengannya yg kencang, kemudian dengan liarnya ia jilat - jilat lubang kencingku "Kantor kamu.. Kontol kamu.. hasil ulahmu ini juga kayaknya punya kamu.. "Ucapnya sambil mengusap perutnya.. "Kamu bisa nakalin aku sepuasnya" langsung ia blow job tanpa ampun dengan cueknya kepala batangku dengan liar..

Ah ah ah ah.. Slrup slrup.. Ah ah ah ah..

Ia liuk liukan kepala hijabnya mengoral, menjilat menyedot kepala kontol ku sampai ke tengah batangnya, aku kelojotan tak terkira menahan serangannya, suara las suaminya sedikit terdengar kedalam, tangannya masih ia lipat di atas memperlihatkan ketiak lebatnya,

Slrup slrup slrupp..

Ahhhhh Liiissssss........

Kemudian ia tempatkan batang panjangku yg sudah basah itu ke ketiak dan otot lengannya, ia gesek gesekkan sambil melihat suaminya yg tak berani melarang ketika bossnya mengajak ngopi istrinya didalam ini, aku merasakan kontol ku semakin keras saat bergesekan dengan rimbunan bulu ketiaknya serta kencang nya lengan otot itu..

"Pakein aku dimobil itu dong" ucap Lilis gila sambil melihat double cabin yg dikerjakan Suami nya itu "Pakein aku yg kenceng, Coba Dia berani ga, ngelarang kamu nyuruh aku nemenin kamu dimobil " ucapnya lagi nakal.

"Ahh Liss"..

Double cabin itu memang berkaca sangat gelap dan bermesin sangat berisik suaranya bila dinyalakan. Aku tertantang dengan ucapannya, tanpa banyak bicara aku pukulkan kontol ku dikepala hijabnya dua kali dan memakai celanaku untuk segera keluar, Lilis tersenyum dan juga memakain kaosnya untuk bersiap.

Sambil mengusap wajahku, aku lihat Kardi sedang asik mengelas dibawah mobil. Proyek masih terlihat sepi karena waktu masih pagi, aku memghampiri Kardi masih merasakan ludah istrinya yg mengalir dibatang kontol ku,

"Kar saya mau ngecek ngehidupin mesin dulu ya ke dalam, kamu terus kerjain sampe selesai", ucapku tanpa menunggu persetujuannya masuk membuka pintu mobil dan menyalakan mesin, suara mesin diesel mobil ditambah suara las darinya membuat suasana luar terdengar begitu berisik, bahkan mungkin harus sedikit teriak bila ingin berbicara satu sama lain di luar, namun ketika aku menutup pintu, keheningan kabin terasa memendam suara apapun yg datangnya dari luar. Aku nyalakan pendingin kabin agar terasa nyaman.

Aku melihat Lilis keluar dari kantor dengan kaos senam sedikit lecek karena ulahku tadi. Ia datang sambil membawa secangkir kopi menuju mobil. Ia sedkit tersenyum dengan keberanianku yg dengan cueknya berani mengajak masuk dirinya kedalam mobil tempat Kardi bekerja ini, aku tidak tahu apa lecek kaosnya itu membuat suaminya curiga, namun aku tak perduli dengan membuka sedikit kaca mendengarkan pembicaraan mereka berdua sebelum istrinya masuk.

" Mau kemana Mah ?" tanya suaminya.

Lilis terlihat diam dan tak banyak bicara saat suaminya bertanya, ia cuek memegang handle pintu mobil dan bilang "Ryan mau ngajak ngopi sama mamah didalem pah" ucapnya singkat membuka pintu, "Katanya mau ditemenin" ucapnya tanpa melihat suaminya,

"Mau santai sambil obrolin soal sanggar". Ucapku dari dalam " terus selesein Lasnya " perintahku lagi.

Ia menunggu sejenak, Melihat reaksi suaminya yg diam itu, Lilis naik ke atas mobil ia masukan kakinya kedalam ia tutup pintu,

Sambil melihat suaminya yg diam, tak berani melarang itu. Ia malah melihat ke kaca mobil yg gelap ini, karena tak bisa melihat aktifitas didalam, ia kembali mengambil alat las nya. Dinginnya kabin tak membuat kontol ku lemas saat aku mulai meremas remas toketnya. Lilis buka sleting celanaku sambil melihat suaminya melihat ke kaca, ia remas kontol ku yg sudah ngaceng memanjang dan mengocoknya perlahan. Shhhh uuhh..
"Kan udah bilang.. Kalo dia tetep ga berani.. Aku bakal sepong kontol kamu didepan dia" 
ucap Lilis.

Sambil melihat suaminya yg masih berdiri melihat kaca gelap itu, Lilis turunkan kepala hijab nya mengokop kepala kontol ku, batang kerasku terasa basah lagi karena siraman ludahnya, ahhhhhhh.. Aku menjerit tertahan dikabin mobil yg dingin ini.

Sambil membuka kaosnya, aku turunkan celananya dari belakang menelanjangin pipi pantatnya sambil merasakan nikmat kokopannya, aku remas remas toketnya melihat suaminya tetap berdiri diluar. Aku berharap ia melihat nakalnya istrinya yg mengokop batang ini, aku berharap ia melihat mobil ini bergoyang sedikit saat kepala hijab istrinya naik turun dibatang kontol ku, sshhh ahhh shhhh ahhh, Aku tampar pipi pantat telanjang nya sekali Plakk, dan segera membuka kaca mobil sedikit,

"Terusin.. Kenapa diem" ucapku memerintah Kardi yg berdiam melihat ke kaca mobil, Kardi langsung mengambil lasnya dan jongkok disamping mobil, aku semakin nafsu mengentoti mulut istrinya, 

Kloqq kloqq kloqqq akhhhh shitt shhhh, 


Suara kontol ku menghajar tenggorokannya terasa sangat linu namun nikmat, Lilis melihat suaminya yg berjongkok disamping mobil sambil menggigit lidahnya dan tersenyum, ia mengangkat kaosnya ke atas, dan membimbing kepalaku agar mengenyot toge montok nya, slrup slrupp ahhh, dari toket aku tak kuasa dengan aroma tubuh ketiaknya, dengan mata sayu setelah kulamot toket itu aku arahkan lidahku diketiaknya.. aku jilat - jilat nikmat ketiak istri Kardi itu seperti anjing.. Shhhh shhhh shhh lick lick lick uhhhhhhh..

Dengan gaya seksi Lilis menurunkan celana senamnya kebawah, sebagian tubuhnya basah oleh ludahku, toketnya, lehernya, ketiaknya, sudah basah oleh ludahlu. kontol ku yg dari tadi di kocok dan disepong olehnya juga sudah sangat basah, setelah membuka cangcut dan celananya, Lilis pergi ke kabin belakang,

Sambil tersenyum ia duduk dibelakang sambil melipat kedua kakinya memperlihatkan pantat
Montok dan belahan memeknya, seolah - olah menantangku untuk segera menghajar memek itu di dekat suaminya yg tak berani melarang itu..

Ohh.. Poor Husband..

Aku pergi kebelakang, dan menjilat jilat pantat beserta memek itu, shhhh ahhh shhhh ahhhh, aku pasangkan kontol ku langsung didepan belahan memeknya. Suaminya sesekali berdiri melihat ke kaca. Bukannya takut dan menghindar, Lilis malah membimbing kontol ku memasuki gerbang memeknya, AHHHH, IA MENJERIT KENCANG saat masuk.. shhhh uhhh shhh uhhh, aku goyang memek lilis saat melihat suaminya kebingungan diluar. Mungkin ia mendengar, mungkin ia tidak, namun saat mengingat bersiknya suara mesin ini diluar, aku tidak yakin ia mendengar ada yg menjerit di dalam.

Ia terlihat ingin mengetuk kaca, tapi tak berani, ia membiarkan istrinya santai mengopi bersama bossnya ini,

Lilis kegel kontol ku dari dalam sangat keras saat melihat suaminya tak berani mengetuk kaca itu, Shhhh ahhhhhhhhh". 

Aku merasa kontol ku diremas remas keras saat Lilis kegel sambil melihat suaminya yg diam tak berani itu.

Ahh fuck fuck fuck fuck... Shhhh.. Ucapku merasakan nikmat, saat Kardi berjongkok kembali aku goyang keras2 memek istrinya bertubi - tubi disertai jeritan nikmat, ahhhh, aku bahkan tak perduli bila mobil sedikit goyang,

Fuck fuck fuck fuck fuck fuck fuck
Fuck fuck fuck fuck fuck fuck fuck

Ohhhhh jiiiiiisssss Liiss enak banget kegelnya" 


ucapku merasakan grip jepitannya,

Fuck fuck fuck fuck fuck..

Didalam mobil ini kami berdua saling menyahut jeritan satu sama lain, meski kabin mobil ini dingin, namun peluh mulai keluar dari tubuh kami. Leleh dengan posisi itu, Lilis duduk diatas kontol ku. Dengan perlahan ia masukan kembali kedalam, sambil membiarkan mulutku mengenyot ngenyot toge montok nya,

Uhhhh shhhhhh

Ia naik turun menikmati batang kontol ku, kemudian ia menjerit keras saat mengulek ulek kontol ku tak perduli bila suaminya mendengar dari luar.

Sudah dua puluh menit kami berada dikabin mobil ini, kami sudah bermandikan peluh, cupangan mulutku disekujur toketnya terlihat sangat memerah, tubuh lilis masih mengulek ulek kontol ku dari atas,

Ahh ahh ahh ahhh ahhhh

Enak Ryan
. di ewein kamu enn,--nakhhh ahhh shhh," ahhhhhhhh

Crot crott crotttt

Kontol ku bergetar getar menumpahkan isinya di dalam memek lilis shhhh uhhhh..
Kami berciuman pelan dan eksotis setelah melepas lelah ini, saat melihat suaminya yg sesekali berdiri melihat kaca, aku tanamkan kontol ku lebih jauh ke dalam dimemek istrinya beserta peju kentalku yg meledak banyak disana. "Ouhh nakal" bisik Lilis.

Ia lepaskan kontol ku dan duduk disampingku merapihkan baju dan celananya, pejuku mulai mengalir keluar namun ia pakaikan celana dalam creamnya untuk menutupi tumpahan lahar Itu.

Setelah rapih kami saling tersenyum, melihat Kardi yg masih mengelas di samping..

"Kamu Hamil ?" tanyaku kepadanya mengingat ucapan nya kemarin.

"Belum tau, belum tes, tapi udah satu bulan" ucapnya pelan.

"Ditojos kontol sepanjang ini mana mungkin ga hamil" ucap lilis lagi sambil mengusap kembali batangku.

Kemudian ia membuka mobil dan turun namun terlihat cuek saat melihat suaminya, ia rapihkan jilbabnya dan baju senamnya dan bilang singkat "Mamah mau langsung sanggar" ucapnya segera pergi meninggalkan mobil menuju Ruko depan tempat toko sanggar senamnya. Kardi melihat istrinya pergi dan melihat ku yg duduk didalam, 

"Nanti saya kasih tau, konsep kemah yg saya mau", perintahku mengalihkan pembicraan menuju topik modif kemah double cabin ini.


_-_____________________


Saat siang harinya aku menelepon ustad Ali terlebih dahulu. Untuk menanyakan info pesantren yg ingin aku ketahui. Memang dalam membuat gambar bangunan buar lebih menarik harus disamakan dengan selera sekitar pesantren itu. Apakah hendak berbentuk modern minimalis, atau hendak mengusung konsep back to nature. Begitu juga aku menanyakan tentang konsep kemah kendaraan yg di inginkan oleh ustad Ali itu.

Karena hari ini kegiatanku full dari pagi tadi hingga malam nanti, bahkan malam ini aku diundang selamatan dirumahnya Mbak Wati, suaminya akan segera pulang. Aku memang sudah melupakan luka itu meski kadang masih harus teringat, yah.. Kadang kita hanya bisa menjalankan keadaan yg ada saja ddngan sebaik mungkin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"