Langsung ke konten utama

Chapter 15 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 15 :

Awwabiin Dan Kyai Basri

 




Pesantren sekarang sedang ramai - ramainya mempersiapkan acara untuk lebaran Haji yg akan datang dalam hitungan hari. Ada sebagian santri yg hendak mempersiapkan acara malam panggung kreatifitas. Ada pula sebagian santri yg melakukan bersih - bersih disekitar pesantren saat ini. Ada juga santri yg berusaha menghubungi kedua orang tuanya meminta mereka menyumbangkan kambing Qurbannya ke pesantren ini.

Para Santri yg melakukan pembersihan pesantren menyebar sampai ke rumah depan yg dihuni ustad Fian, ustd Juned dan abah Haji (,Kyai Basri) ini. Bahkan setelah bersih - bersih mereka beramai - ramai melakukan mandi jama'ah disungai, di belakang ketiga rumah para ustad ini. Karena sekarang adalah Jumat yg memang biasanya setiap hari jumat ini santri diliburkan sekolahnya namun tetap diwajibkan menjalankan kegiatan santrinya sehari - hari. Mereka mandi dengan suka cita setelah kerja bakti membersihkan pesantren.

Santri yg dimintai sumbangan hewan Qurbannya dari orang tuanya itu dikumpulkan oleh ustad Fian. Ia mengumpulkan santri - santri dari golongan yg mampu dan diberikan surat keterangan agar sudi menyimpan hewan Qurbannya disini, untuk dipotong disini.

Kebetulan ketua Panitia hari Qurban ini ditunjuk langsung oleh kyai basri lewat video call dari sana, yakni Ustad Fian sendiri.

Beliau meminta ustad Fian agar bisa memeriahkan acara hingga datangnya beliau kembali ke tanah air ini. Tentu tak ingin membuat Sang Mudir kecewa, ustad Fian berusaha untuk bisa menyediakan hewan Qurban sebanyak mungkin, agar bisa ia bagi untuk para santri, juga bisa ia bagi untuk masyarakat sekitar.

Berbagai macam kegiatan sudah banyak yg direncanakan. Mereka semua para santri dan ustad ustazah bersuka cita untuk bisa menyambut sang Mudir yg akan segera pulang beberapa hari setelah lebaran ini. Sehingga sebagian mereka semangat membersihkan pesantren, merenovasi yg rusak, dan sebagian lagi sibuk mempersiapkan berbagai macam acara panggung, seperti musabaqoh pengajian, musikal dan drama. Puncaknya adalah takbiran keliling disekitar kampung yg disusul acara menunggu momen - momen pulangnya sang Mudir ke tanah air.

Suasana pesantren sangat Ramai Hari itu dengan kegiatan - kegiatannya. Roy yg memang sibuk dengan rencana besarnya untuk membangun Guest House didekat pesantren itu harus bersabar menunggu sang Mudir pulang. Ia ditunjuk menjadi panitia idul Qurban oleh ustad Fian agar bisa mengumpulkan hewan Qurban sebanyak - banyaknya. Ia isi kegiatan sehari - harinya sambil menunggu mudir pulang itu dengan membentuk tubuhnya lebih kekar dengan ikut latihan silat. Fighting memang olah raga favoritnya. Ustad Boim yg kebetulan ustad senior disana menjadi Guru silat di padepokan silat pesantren itu. Roy juga mengisi hari - harinya dengan kegiatan pesantren. Ia sudah membaur akrab dengan para santri dan ustad yg disana. Ia pernah dipanggil oleh sang Kyai ketika sedang melakukan video call dari tanah suci tanah.

Pak Kyai nampak senang dengan kabar yg ia dengar dari kalangan ustad tentang dirinya. Tentang perubahan dirinya, Bahwa Roy sudah menjadi lelaki sekarang. Sang Kyai pun suprise mendengar bahwa Roy berhasil mengeluarkan gurunya (ustad Fian) dari situasi sulit. Hingga akhirnya ketika Kyai basri menemuinya lewat layar tivi yg besar yg dijadikan tempat vc, beliau mengobrol dan juga bercanda dengan Roy. Tak lupa pula sebagaimana seorang kyai, ia memberi wejangan kepada santrinya itu,

"Kalo bisa.. Kamu mengabdi saja disana, buat pahala kebaikan kamu, dan buat kebaikan kamu juga" perintah Kyai kepadanya lewat video Call itu. Meeting via Vc itu dihadiri oleh para ustad senior yg hadir disana.

Roy hanya nyengir sambil tersenyum. Tak ingin ia berniat mengabdi selamanya disini meskipun banyak dari kalangan ustad yg menyuruhnya. Ia hanya ingin mengutarakan rencananya yg ingin membangun guest house tak jauh dari pesantren itu. Namun ia tak ingin mengganggu sang mudir terlebih dahulu. Ia ingin membicarakannya diwaktu yg tepat saat ia sudah pulang ke tanah air.

"Ustad Fian, saya percayakan antum yg jadi ketua panitia haji yg biasa saya urus setiap tahun, saya selalu sukses menyediakan hewan Qurban yg banyak, antum harus bisa sesukses saya agar syiar pesantren harum", perintah sang mudir ke ustad Fian yg memang hadir di acara meeting via Vc itu.

" insha allah kyai" ucap ustad Fian.

Mereka belum berani membicarakan tentang rencana Roy yg ingin membangun hostel wisata disekitar pesantren. Mereka juga belum berani membicarakan tentang kasus Jawara yg sempat mencak - mencak dipesantren waktu itu. Mereka hanya ingin sang mudir tenang beribadah sampai ia pulang ke tanah air.

"Ya.. Sudah jaga kesehatan antum semua" ucap kyai.

"Jaga kesehatan abah haji juga disana" ucap ustad boim menimpali.

"Assalamua'laikum".

"Wa'alaikum salam".

Mereka semua senang sambil keluar ruangan saat mengetahui bahwa sang mudir sehat wal afiat disana. Dari video call itulah suasana pesantren langsung ramai. Mereka tak sabar menyambut suka cita sang mudir yg akan segera kembali ke indonesia.

Meski ustazah ayni, ustazah ipah dan ustazah - ustazah lainnya belum melihat kabar ustazah laila disana, namun mereka tetap tenang setelah melihat suaminya sang mudir yg terlihat sehat wal afiat disana. Mereka bersiap mengambil kitab ta'lim muta'lim yg selalu mereka bawa bila sedang bercengkrama dengan santriwatinya. Karena ketika para santri lelaki melaksanakan solat jum'at, para santriwati belajar kitab ta'lim mutaa'lim yg diajarkan oleh ustazah ayni maupun ustazah ipah bergantian mengingat seniornya mereka dipesantren itu.

Roy sendiri bertemu dengan ustazah anies di qism Ri'ayah itu. Mereka bersapa dan becanda setelah pertemuan terakhir dirumah ustad boim pada waktu itu. Bangunan Ri'ayah yg merupakan mercu suar pesantren itu memang tempat berkumpulnya para guru untuk mengobrol disana, segala rumor pasti dibicarakan. Namun seringnya mereka jadikan tempat itu sebagai ajang diskusi untuk membicarakan kegiatan santri.

" oh iya.. Aku udah nge yakinin teteh aku teh intan supaya suaminya mau invest loh disini" ucap ustazah anies memberi kabar Roy.

"Alhamdulillah, terus mau Pak Ryannya?'.

" Kalo misalnya jadi, kamu mau ngasih hadiah apa ke aku ?" canda ustazah anies.

Gimana kalo macarin.. Jawab Roy dalam hati diam - diam sambil melihat annisa Rahma ini didepannya. Ia sungguh cantik.

"Aku teraktir makan deh, trus kalo misalnya jadi datang ke sini, aku traktir makan lagi dua kali",

Ustazah anies tersenyum, ia menutup mulitnya sambil bilang, "kata teh intan.. Nanti kalo mudir datang, Aa Ryan datang ke sini".

Roy girang mengangkat kedua tangannya ke atas. Ayahnya memang belum memberitahukan soal ini, namun Roy sempat tak yakin ketika ayahnya bilang bahwa sahabatnya itu sedang mengalami krisis kepercayaan diproyeknya. Otomatis harapan Roy sedikit terganjal, namun saat ustazah anies datang dengan kabar gembira itu, Roy merasa komplit, ia semakin semangat mengurus pekerjaannya sendiri diproyek ini.

" traktir makannya tapi jangan pikuun" ucap ustazah anies..

"Segera ke kantin" ucap Roy,

"Ga, aku mau coklat dulu", perintah anis.

" Apapun untuk tuan putri" ucap Roy segera meninggalkan ruangan Ria'yah ini. Ustazah Anisa Rahma tersenyum melihat kegirangannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"