Langsung ke konten utama

Chapter 16 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 16 :

Elephant's Shoe ( part 1 )

 

Walaupun betapa sibuknya kegiatan pesantren, ustazah Ipah tetap fokus untuk menyelesaikan kuliahnya. Meski ada jadwal mengajar dan mengaji dia tetap pergi ke kampus, meski teman - temannya di pesantren lebih memilih bolos terlebih dahulu karena sibuknya kegiatan mereka dipesantren.

Ustad Juned sangat mengerti kegigihan istrinya untuk bisa cepat menyelesaikan program studinya. Meski prilakunya manja, tapi dia sangat peduli dengan masa depannya. 

Namun kali ini, ustad Juned sedikit merasa khawatir bila istrinya di Kampus. Baru saja semalam ustazah sahipah menceritakan teman sekampusnya yg bernama Andi. Cerita ipah bukan tanpa alasan, karena tak sengaja ketika sedang santai, semalam ustad Juned sedang asik memainkan smart phone istrinya namun ada pesan yg masuk. Ketika dibuka, ada yg mengirim foto dengan gambar dua orang sedang asik selfie yakni istrinya sendiri dan anak itu. Fotonya memang terlihat biasa, hanya dua orang sedang terlibat selfie iseng dikampus tempat istrinya kuliah. Namun ustad Juned bisa melihat kalo mereka dekat. Di foto itu diberi keterangan, "Tuh foto yg tadi, nanti lagi ya hehee".

Ustad Juned kaget bukan main. Dia tak menyangka istrinya yg manja, periang namun pendiam itu mau selfie dengan lelaki yg bukan muhrimnya. Meski itu terlihat biasa, rasa - rasanya tak pantas bila dilakukan oleh seorang istri ustad pikir ustad Juned. Paling tidak minimal ustazah ipah bilang ada teman yg dikampus yg mencoba dekat - dekat tak jelas seperti ini. Meski tidak boleh su'uzon pikir ustad Juned, orang bodohpun pasti tau bila ada lelaki yg coba - coba ingin dekat - dekat seperti pasti niatnya lain.

" Ini si-apa umi ?" tanya ustad Juned terbata - bata saat datang foto itu,

selfie itu menunjukan pose sedkit bagian payudara istrinya menempel di pundak anak itu. Namun ustad Juned kurang yakin, tapi ia bisa melihat jaraknya cukup dekat.

Ustazah Sahipah yg baru saja pulang dari majlis Bulughul Marom malam itu kaget dengan pertanyaan suaminya. Ia simpan kitab yg tebal itu dan menghampiri suaminya sambil melihat foto itu. Setelah dilihat seksama,
Bukannya merasa tidak senang ada lelaki yg bukan muhrimnya mengirim foto tak pantas itu dilihat suaminya, ustazah Ipah malah tersenyum..

"Itu Andi bii.. Anak ga jelas tempat sekelompok ummi".. 

" Siapa Andi koq kayaknya deket banget".

Ustazah Ipah mengerti kecemburuan suaminya. Memang tak seharusnya sebagai seorang istri ustad melakukan selfie seperti itu, meski mungkin terlihat biasa buat sebagian wanita kebanyakan, tapi sangat forbidden untuk dirinya. Lelaki itu bukan muhrimnya, jangan sampai dekat seperti ini pikir suaminya. Awalnya memang ipah risih dengan gigihnya Andi mendekati dirinya. Meski ipah sudah berulang - ulang kali bilang "Saya punya suami". Bahkan bilang bahwa ia adalah keluarga yg mengabdi dipesantren, namun Andi dengan cueknya bilang " Ga usah omong - omongin suami atau pak ustad ah, omongin kita aja".

Seharusnya ustazah Sahipah wajib Risih dan memberitahukan situasi yg canggung ini ke Suaminya, namun ia tak ingin membuat suaminya khawatir, toh tak mungkin ia mau dekat dengan lelaki lain, sama saja mendekati Zina hukumnya pikir ustazah ipah.

Ustazah tersenyum melihat suaminya cembetut, ia duduk disamping suaminya yg menyebabkan jilbab lebarnya yg berwarna merah ikut jatuh ke atas sofa disamping ustad Juned..

"Afwan abi.. ummi tidak bilang - bilang ada temen ummi yg deket, tapi cuma teman kelompok koq bii, yg penting umminya ga ngegubris, biarin kalo ada mau coba2 deket Sama umi".

" Tapi ga boleh umi selfie deket seperti itu, harus menjaga mahrom diri dari lelaki bukan suami, apalagi ummi dikenal ustazah" ucap ustad Juned mengingatkan.

"Iya abii afwan, ummi juga ga tau, tiba2 dia dateng nyalain kamera terus foto ngedadak, ummi juga ga sadar, dia juga ngelakuin itu ke akhwat yg lain".

Ustad Juned Sendiri agak marsh dengan anak ini. Nekat sekali dia, saya ajiin yasin baru tau rasa kamu Andi, pikir ustad,

" Ya sudah, nanti - nanti hati - hati dan bilang jangan dekat - dekat.. "

Ustazah ipah mencubit pipi suaminya "Na'am abii hihiii".

Kemudian ia berdiri mengambil kitab Bulughul Marom yg tebal kemudian memanggil kembali suaminya,

" Abii Juned.." Panggilnya manja.

Ustazah Sahipah tersenyum melihat suaminya melirik dirinya dari smart phone itu,

"ELEPHANT'S SHOE" ucap ustazah Ipah ke suaminya.

Sebenarnya ia tidak berucap, bahkan tidak pula bersuara, hanya gerakan mulut, tanpa suara dengan menyebut "elephant's shoe".

Ia ucapkan gerakan mulut ITU ke suaminya dari jarak sedikit jauh. Itu adalah candaan manja dan sayang yg sering dilakukan ustazah ipah ke suaminya, 

Karena gerakan mulut "elephant's shoe", sama percis dengan ucapan " I love you" Tanpa suara Dari kejauhan. Sering ustazah berulang - ulang Kali mengucap gerakan mulut itu berkali - kali "elephant's shoe... Elephant's shoe.. Elephant's shoe.." yg artinya terdengar seperti mengucap "i love you.. I love you.. I love you..".

Memang canda manja dan sayang itu hanya istrinya yg bisa membuat. Diantara tiga istri ustad dan kyai yg senior, ustazah sahipah yg paling cewek banget. Artinya ia sangat lembut pengertian serta sensitif. Ustad Juned sungguh beruntung memiliki istri secantik sahipah.

Ustad Juned langsung bahagia hatinya melihat tiap kali istrinya mengucap elephant's shoe didepannya, ia jawab dengan gerakan mulut " shoe too", yg artinya terdengar seperti " you too".

_-____________

Semenjak kejadian itu, ustad Juned lebih sering memegang smart phone milik istrinya ketimbang dirinya. Bila ada Andi yg mengirim pesan seperti bertanya "udah makan blm?", maka dibalas oleh dirinya"Saya suaminya ". Maka pastinya Andi kapok tak mengirim pesan pedekatenya lagi, ia harus hati - hati bila mengirim pesan - pesan seperti itu.

Namun anehnya, disisi lain, mulai muncul perasaan aneh, perasaan tidak jelas, mulai muncul perasaan senang bila ada lelaki lain yg memperhatikan istrinya. Perasaan bangga bila ada lelaki yg memuja istrinya. 

Terutama setelah tak sengaja ustad Juned membaca grup whassap khusus para mahasiswa angkatan ustazah Ipah.

Yang namanya grup cowo pasti tak jauh membicarakan hal yg tak jelas, saling bully akrab, membicarakan wanita populer, bahkan saling mengirim gambar - gambar jorok. Sering ustad Juned merasa risih dengan grup teman - teman lelaki istrinya itu. Namun ustazah ipah merasa tidak enak bila harus keluar grup, karena walau bagaimanapun mereka adalah teman angkatan, tidak enak bila harus keluar.

Di antara obrolan para mahasiswa lewat grup itu ada anak yg menyebut istilah Itok. Mungkin semacam mention bullyan ke Andi yg bilang, 

"lu mah nempelin si itok aja sih," ucap temannya Andi. Ustad Juned bingung, siapa Itok, apa istrinya sudah punya panggilan kesayangan sekarang ?, 

bagaimana mungkin bisa sejauh ini, ah mungkin itok hanya wanita lain yg didekati Andi, bukan istrinya. Namun saat Andi mention istrinya dengan bilang, 

"maaf ustazah ipah, itu emang kelakuan De Badri yg jauh dari akhlaqul karimah, "

Diiiringi tertawaan semua.

Wooo modus ustazah, jangan percaya mulut ular", ucap salah satu temannya. 

"Buaya itu mah ustazah hati - hati sama buaya.. Buaya namanya Andi " ucap temannya yg lain.

Benar itok adalah nickname istrinya. Namun kenapa itok ?, jauh sekali dari ipah ke Itok. Dasar anak jaman sekarang, jiwanya alay semua ucap ustad Juned. Nama adalah doa, nama bagus berarti doa yg bagus pula. Namun kebanyakan nama yg bagus - bagus diganti dengan nama yg menurut mereka keren. Nama nickname digrup whassap itu beraneka ragam panggilan, seperti kucay, Big Worm, Big snake, cablak, morphin, capung dan termasuk istrinya... Itok. 

Nama apalagi itu.... pikir ustad Juned.

Kebetulan Malam itu adalah malam pentas seni menyambut Idhul Adha di pesantren awwabin. Sesuai arahan Kyai Basri, mereka semua diwajibkan untuk mengadakan berbagai macam kegiatan untuk memeriahkan idhul adha dipesantren itu. Para Santri yg berbakat bergantian tampil satu sama lain dengan beraneka ragam show. Ada yg drama, ada yg menyanyi ada yg melawak, ada pula yg berpidato. Ustad Fian yg menjadi Sambutan Malam itu mengajak ustad Juned untuk tampil bersamanya di atas panggung.

Namun ustad Juned tak melihat istrinya. Biasanya ustazah ipah duduk bersama ustazah ayni bersampingan setiap ada acara seperti ini. Namun dia tidak ada. Berkali - kali ustad Juned melihat ke smart phone milik istrinya barangkali ada pesan masuk untuk mengadakan pertemuan mendadak dengan ustad ustazah yg lain namun tak ada. Masih tentang grup teman kampusnya yg masih menyebut itok juga ramai membahas hal yg tidak penting lainnya tapi tak dibalas olehnya. Kemana ustazah, pikir pak ustad Juned.

Ingin ia menelepon, tapi baru sadar ternyata hapenya dipegang dirinya. Rasanya, aku bakal seperti Mister Bean kalo aku menelepon terus aku yg angkat sendiri ucap ustad Juned.

"Ngeliat Ipah ngga ?" tanya ustad Juned ke ustad Fian yg sudah duduk di kursi para guru yg menonton.

"Ngga, biasanya sama ayni disitu", Ucap ustad Fian yg sama bingungnya dengan dirinya. Ustazah Ayni memang sedang tertawa ditengah berisiknya drama lawak para santri yg manggung. Namun kursi sampingnya kosong. Terpaksa ustad Juned kembali menikmati acara dari para santrinya dan menghilangkan perasaan khawatirnya.

Namun beberapa saat kemudian, istrinya Muncul dari arah gelapnya belakang panggung masuk ke tengah keramaian para ustazah yg sedang duduk, 

Anehnya, Ada Roy yg juga datang bersamaan seperti istrinya masuk ketengah kursi para guru. 

Dia datang bersamaan dengan istrinya yg masuk ditempat kursi yg berbeda.

Dari mana dia, pikir ustad Juned dalam hati. 

Ada kegiatan apa ?,

Ada persiapan apa ?, 

kenapa menghilang sedang tengah ada acara seperti ini. ?, 

Namun dia simpan pertanyaan - pertanyaan itu sampai akhir acara.

Selesai acara, 
semua santri sangat berbahagia dengan suksesnya acara ini. Seperti biasa mereka berbondong - bondong masuk ke asrama masing - masing untuk beristirahat. Begitupula para ustad, para Bulis (pendidikan menjaga pesantren) malam mulai berdatangan untuk membersihkan panggung serta merapihkannya.

Ustad Juned sempat melihat Roy berbicara dengan ustazah ayni, memang anak itu akrab dengan siapa saja, enak di ajak bicara, bahkan sudah dianggap murid Kesayangan oleh ustad Juned sendiri. Baru satu bulan disini ia sudah dianggap seperti ustad yg paling senior disini. Bahkan ustad Fian banyak terbantu dengan hadirnya anak ini. Terutama dengan rencananya mengembangkan pesantren dengan membangun wisata Guest House dipesantren, semua ustad menaruh hormat padanya.

Ustazah ayni yg mengobrol dengan Roy seperti membicarakan sesuatu, datang pula istrinya yg menghampiri. Mereka ikut tertawa bersama di depan gedung Ri'ayah itu. Membicarakan lebaran haji mungkin pikir ustad Juned. Atau mungkin membicarakan yg lain ustad Juned belum yakin. Memang lebaran adha jatuh dua hari lagi, itu sebabnya pesantren sedang disibukkan dengan kegiatan seperti acara malam ini.

Setelah semua selesai, ustad Fian mengajak ustad Juned untuk segera pulang. Namun istri - istri mereka masih mengobrol dengan Roy, mereka tak berani mengganggu, entah kenapa mereka tak berani mengganggu Roy yg sedang mengobrol bersama istri - istri mereka. Mengingat Roy yg sekarang dihormati dipesantren. Namun beberapa saat kemudian mereka pamit dan pulang bersama suami mereka menuju rumah depan.

Sampai dirumah Ustad Juned beristirahat dengan meminta air teh hangat ke istrinya. Ustazah Ipah juga terlihat kelelahan dengan acara santri - santrinya itu, ia melepaskan penat bersama suaminya dengan santai sejenak di ruang tengah malam itu.

"Tadi ummi kemana pas tengah - tengah acara?", tanya ustad Juned.

" ih.. Abi kebanyakan nanya kayak wartawan", jawab istrinya sambil tersenyum.

"Abisnya biasanya kan disamping bunda ayni terus, koq ga ada".

Masih tersenyum dia jawab " lagi ngobrol sama Royhan".

Degg.. Jantung ustad Juned seperti dipukul dari dalam. Untuk apa istrinya ngobrol dengan Roy ditengah acara santri itu. Dengan lelaki tinggi besar itu. Sudah pasti bila acara santri diadakan maka seluruh ruangan pesantren pasti kosong, gelap tak ada orang. Tadi pak ustad melihat istrinya keluar dari arah belakang panggung yg gelap, apa mungkiiin... Ahh mana mungkin.

"Ngobrol apa, koq dari belakang panggung ?",

" Tuu kan Wartawan" Ucap ustazah Ipah menggoda.

"Ih ummi serius",

" Ummi cuma mau jalan keluar aja sebentar, abisnya bete, hapenya dipegang abi, ummi mau jalan2 sebentar keliling pesantren, baru sampai belakang panggung, ada Royhan yg lagi ngatur sound system, ya udah ummi ngobrol sebentar".

"Cuma berdua ?" selidik ustad Juned.

Terdiam ustad Ipah namun akhirnya pelan ia menganggukan wajahnya."iiyaa".

Innalillahi.. Ucap ustad Juned dalam hati.

"Cuma ngobrol biasa koq bii, ummi kan ga sengaja lewat, lagian Roy emang akrab sama semua orang.. Bukan sama ummi".

Memang ada benarnya ucapan ipah, tak seharusnya ustad Juned ber-su'uzan kepada Roy. Ia sudah seperti abi untuk Roy juga untuk untuk ustad Fian. Roy memang gampang akrab ke semua orang.

" Terus ngobrolin apa?",

"Macem - macem.. Ummi bilang bete hapenya dipegang abi.. Terus Royhan bilang pak Ustad Fian lagi Pusing karena hewan Qurbannya sedikit, dia mau nyediain hewan Qurban yg lebih banyak soalnya pak Ustad Fian cuma bisa ngumpulin sedikit".

Memang benar, biasanya bila ada abah haji (Kyai Basri) pasti pesantren bisa mengumpulkan hewan Qurban yg lebih banyak, namun sekarang, satu ekor sapi pun tak ada. Nampaknya ustad Fian memang kurang kreatif dalam mengumpulkan hewan Qurban yg lebih banyak untuk syiar pesantren.

" Terus? "

" Terus dia ngebicarain rencana Hostelnya yg bentar lagi terwujud, dia juga nanya ke ummi kenapa hapenya dipegang abi..", Ucap ustazah Ipah yg berhenti dan terlihat ragu untuk melanjutkan.

"Terus ummi bilang apa..",

" Ummi bilang aja... Abi cemburu..
Ada lelaki kampus yg menggoda..".

"Astghfirullh," ucap ustad Juned kaget " itu kan termasuk aib keluarga kenapa di umbar ke Roy.

"Ga tau.. Kalo ketemu Roy,.. Bawaannya pengen terbuka.. Afwan abii..". Ucap ustazah ipah.

" Terus ummi bilang apa lagi ?".

"Roy cuma ketawa koq bi, dia bilang wajar, berarti lelaki itu normal".

Sangat tidak Normal dan mendekati zina ucap ustad Juned dalam Hati.

" itu bukan Normal, harus menjaga diri, mendekat ke zina saja tidak boleh, apalagi itu sudah bibit".

"Iya abii.. Elephant's Shoe (gerakan mulut).. Buat api pokoknya mah setiap waktu."

Entah kenapa setiap istrinya mengucap gerakan mulut itu hatinya luluh. Ia semakin yakin bila hati istri cantiknya itu cuma untuk dirinya, ia tersenyum sambil mencium pipi istrinya.

"Berarti.. Roy tau soal andi".

Ustazah menganggukan wajahnya,

" Juga pesan selfie.. "

Lagi ia menganggukan wajah

"Tapi dia malah..." ucap ustazah berhenti

"Malah apa...?",

" Malah Bilang wajar.. Karena ummi.. Cantik", ucap pelan terputus - putus tanpa melihat suaminya.

Memang istrinya malam itu memakai hijab lebar berwarna hijau, terlihat manis cantik manja istrinya itu.

Tapi ustad Juned khawatir, bila manjanya itu keluar saat bertemu Roy tadi, saat dipuji Roy ketika dibelakang panggung itu tadi. Takut Roy terpana melihat manja dan ceweknya peringai istrinya itu. Ia takut terhipnotis dengan kecantikan dan sifat manjanya sebagaimana Andi.

"Trus ummi nyebut ga",

" hihii.. Ummi selalu nyebut aja abii kalo ada lelaki lain bukan suami ummi yg memuji ummi, berkali kali ummi nyebut dalam hati".

"Harus begitu... ",

" iya lah ",

"Nih hapenya, dari tdi berisik terus grup ummi.. Abi pusing bacanya", ucap ustad Juned menyerahkan smartphone itu padanya, " hihii.. Biasa bii namanya juga anak - anak",

"Emang ummi dipanggilnya itok sama teman cowok ummi",

Degg.. Giliran ustazah yg hati seperti terpukul dari dalam, karena ia tau betul apa itok itu.

" siapa yg bilang Bi ?",

"Temannya Andi, abi kira itu nama cewe yg lain, tapi ternyata yg di mention ummi".

Ustazah terlihat grogi, ia seperti.... Takut kalo istilah itu diketahui oleh suaminya.. Namun ternyata.. Suaminya tau juga. 

Inilah yg membuat ustazah ipah resah saat smart phone itu dipegang oleh suaminya. Ini pulalah yg sempat dibicarakan Roy ketika dibelakang panggung tadi.

" kenapa ummi ko diem",

"Tapi abi jangan marah",

" ngga"

"Itu... Singkatan..".

" Singkatan apa ?,

"Tapi.sekali lagi jangan marah"

"Iya ngga

Agak diam ustazah ipah sebelum menjawab pelan " itu singkatan."

"ipah... Toket", happ ustazah ipah langsung menutup mulutnya saat menyebut sangat pelan menyebut kalimat terakhir itu.

Ustad Juned shock mendengar singkatan yg dibuat teman kuliahnya itu. Terdengar sangat nakal.

Memang bila dilihat lagi, payudara istrinya termasuk ukuran yg diatas rata - rata. Selama dikampus mungkin ia menjadi fantasi nakal khayalan lelaki nakal terutama andi, ahhh tidaaakkkk..

astgfrllh.. Jorok ", ucap ustad Juned spontan.

"Namanya juga anak2 bi.. Ummi sering melototin lelaki yg pernah manggil itu, tapi dasar anak - anak , malah makin jadi, malah balik melotot, itu cuma bullyan biasa antar mereka."

Memang itulah dunia anak muda, ustad Juned sedikit mengerti karena ia juga pernah muda. Bahwa bullyan itu pada dasarnya justru bermaksud ingin melekatkan hubungan pertemanan mereka. Namun dengan nickname seperti itu, sudah dipastikan bahwa istrinyapopuler dikalangan mahasiswa.

"Ya sudah tegur sopan aja".

Ustazah sedikit kaget dengan ekspresi suaminya yg tak marah itu. Dia menyangka setelah mendengar istilah jorok itu ustad Juned langsung menelepon andi dan menyuruhnya untuk tidak mengganggunya, namun ternyata.. Ia terlihat okay dengan istilah itu.

" Ana sebenarnya takut kalo istilah itu abi baca, ummi bingung mau ngomong ama siapa, mangkanya ummi curhat sama Royhan".

"Hahh!!!! Roy tahu, ummi dipanggil Itok ?" ucap Ustad Juned lebih Kaget.

Ketika ipah menganggukan wajahnya 

"Iyah.."

Ustad Juned menjerit dalam hat

"Astaganaga!!!".. 

"Ga tau kalo sama Roy ummi bisa terbuka, Ummi cuma mau ngelepas tekanan bii, biar plong, kalo sama Roy ummi pengen terbuka, tapi Roy ngerti koq tekanan ummi, dia cuma ngasih perhatian.. Tapi akhirnya benar kan abi jadi tau juga".

Bukan itu masalahnya pikir pak ustad, dirinya cuma khawatir kalo Roy sadar bahwa Istrinya emang benar Itok, ah tidak.

Sadar bila payudara istrinya berukuran di atas rata - rata. Dan itu yg membuat pak ustad khawatir bila selama ngobrol dengan Roy, sepanjang itu pula, ia memperhatikan payudara istrinya yg menggelembung mesti ditutup hijab besar berwarna hijau itu.

Namun entah kenapa pak ustad tidak bisa marah, ada perasaan benci, tapi ada juga perasaan senang. Senang bila istrinya diperhatikan lelaki lain itu. Inilah perasaan aneh yg ia rasakan, saat ada laki laki yg mulai sadar dengan kemolekan istrinya. Apalagi oleh lelaki yg dihormati dipesantren, lelaki tinggi besar seperti Roy.

Sekarang ia mulai berpikir, Andi atau Roy yg sekarang terpana dengan istrinya, dan yg lebih berbahaya lagi, apakah istrinya mulai sedikit suka ?, siapa yg bisa menguasai hati istrinya?,/Roy atau Andi ?, Namun ia nyebut saat sudah jauh berpikiran sampai ke sana. Bagaimana mungkin ia punya pikiran seperti itu terhadap istrinyaa.

Namun Walau bagaimana pun, pak ustad tetap senang, karena istrinya ini mau jujur terhadap dirinya, sebagaimana istr sholehah g lainnya. Selalu terbuka Bila berbicara dengan suaminya.

" Ya sudah, abi juga athlubul afwa (minta maaf) Kalo abi megang - megang hape ummi kaya gitu, sampe bikin ummi khawatir.. abi yakin percaya koq sama ummi, cuma abi penasaran aja.. Abi mengerti wajar namanya juga anak2 muda pasti kaya gitu, asal ummi hati2 aja.",

Ustazah mencium pipi suaminya "Wartawan".. Ucap ipah meledek suaminya.

" Elephant's Shoe" Ucap Ipah lagi seperti biasa tanpa suara, yg dibalas dengan ciuman mesra ustad Juned.

Ustad Juned begitu yakin kalo cintanya hanya untuk dirinya.

_-_________________




Roy sendiri masih aktif mengikuti kegiatan pesantren sambil menunggu sang Mudir pulang. Ia juga dengan otodidak menyusun perencanaan atas proyek Guest House nya. Tinggal bertemu dengan pak Dharma, ia harus memberitahukan rencana ini kepada tokoh masyarakat yg paling berpengaruh di sini. Kebetulan selama mengembangkan hasil sewa tani ustad Fian ia bisa cukup dekat dengan Pak Dharma, namun sayang saat ke sana ia hanya bertemu istrinya. Roy sudah matang merencanakan Lokasi dan bentuk bangunan hostel yg ingin ia bangun disini. bertujuan untuk mengangkat Syiar pesantren dengan adanya Guest House Wisata Pesantren. Bukan cuma untuk wisatawan, namun untuk para walisantri yg sedang menengok anaknya, akan diberi harga khsusus olehnya. Ia ingin Guest Housenya terintegrasi dengan pesantren, disamping bisa untung besar, bisa juga memberi keuntungan untuk investor (Ryan), ia juga ingin mengangkat nama baik pesantren, sebagai lembaga pertama yg memiliki Guest House wisatanya.

Itu alasannya ia masih menunggu sang mudir datang dari tanah suci untuk membicarakan hal ini. Ia menunggu sambil aktif mengikuti kegiatan dan pengajian di pesantren.

Ustad Juned sendiri sering melihat Roy yg datang ke pengajiannya. Pemuda itu sangat bagus, Tahu apa yg mesti dilakukan. Sebagaimana dilakukan setiap lelaki sejati. Akrab dengan siapapun, Sekarang pesantren lebih melihat Roy ketimbang ustad Fian sendiri. Karena dia lebih berpengaruh, dan lebih berhasil menjadikan keluarga ustad Fian keluar dari kesulitan, lebih terangkat martabatnya. Ditambah ide brilian yg ingin mengharumkan pesantren dengan ide Guest House Nya itu.

Kadang ia main kerumahnya, dan sering iseng menanyakan untuk cepat menikah. Dengar - dengar dia diperkenalkan dengan ustazah anies oleh ustad Boim, itu sah - sah saja pikir ustad Juned selama tidak melampaui batas, dan hanya cukup berta'aruf. Lagipula, Roy menjadi lelaki yg berpengaruh sekarang

Wajar bila dia menjadi lelaki yg dihormati. Seperti biasa setiap sore Roy pulang dari kegiatan silatnya sore itu dan melihat ustad Juned duduk dibelakang Rumahnya sambil melihat sungai. Seharusnya ustad Juned jadwal mengajar nashoih ibad sore itu. Namun ia diganti oleh ustad yg lain. Hingga Roy menghampiri beliau menuju belakang menanyakan kenapa tidak mengajar.

Ustazah ipah sedang mencuci pakaian dibelakang Rumah, memakai kaos dan Jilbab seadanya, saat melihat Roy berjalan menuju kemari dia bilang ke suaminya, "Abbi.. Ada Royhan..".
Ustad Juned melihat kebelakang dan memperhatikan Roy memakai kaos coklat ketat memperlihatkan otot dadanya, ia menjinjing baju silat berwarna hitam percis seperti baju yg sering dipakai ustad Boim. Ustazah Sahipah hendak pergi masuk kedalam, karena pakaian kaos yg seadanya itu sedikit ketat, memang begitu pakaian ustazah bila sedang mencuci. Namun ketika hendak ke dalam, ia ditahan oleh ustad Juned.

" Ummi.. Ga sopan.. Jangan masuk dulu.."..
Ustazah kaget dengan perintah suaminya "Tapi bii.." 

"Sebentar"..

Ustazah ipah bingung, kenapa suaminya melarang masuk, dia tau istrinya sedang memakai kaos ketat ini setiap mencuci, pasti Roy bisa melihat jelas cetakan payudaranya bila kesini, apa ia ingin Roy bisa melihat payudara istrinya yg besar itu ?, suaminya juga tahu, Kalo dia bilang dipanggil itok oleh teman kampusnya ke Roy semalam. Apa ini tidak membuat Roy makin tau? Pikir ustazah, suaminya pasti tau singkatan dari itok itu. Begitu pula Roy.

Assamu'alaikum".. Mulai terdengar Roy mengucapkan salam dari jarak enam meter.

Wa'alikum salam",
Ingin ustazah bersembunyi namun sayangnya tempat mencuci yg terletak dibelakang itu adalah mode yg terbuka, terpaksa hanya dengan pura2 melipat tangannya untuk menutupi dua gadis nakalnya yg tercetak besar di kaos abu abu seadanya itu.

Roy tidak langsung melihat ustad Juned, ia melihat ustazah ipah. Ooh goodness. Begitu montok cetakan payudara istri ustad juned itu.

Tidak, pikir ustazah saat melihat Roy langsung memperhatikannya, ia semakin sadar.

Roy mulai setuju dengan istilah dari teman2 kampus ustazah. Bukan hanya payudaranya, tapi gelagatnya. Sambil menyambut Roy untuk suruh duduk disamping suaminya itu ustazah tetap melanjutkan cuci bajunya, gerakannya lembut, gemulai, terlihat auranya cewe betul ucap Roy dalam Hati. Auranya menunjukan wanita sejati.

"Koq pak ustad ga ngajar, malah diganti ustad arif".

" Iya, saya lagi kurang enak badan, mangkanya diganti ustad arif, nanti giliran jadwal beliau saya ganti"_

Roy masih memperhatikan ustazah Sahipah yg masih mencuci itu, aura wanita seksi pikir Roy, aura wanita sejati, yg menjadi magnet buat lelaki siapapun yg melihat. Ustazah sendiri seperti yakin dan percaya akan keputusan Suami yg melarangnya masuk ke dalam. Namun ia sedkit malu menerima kenyataan, Bila Roy memperhatikan dua gadis nakalnya. Ustazah harap Roy tidak terlalu sadar bahwa itok adalah panggilan yg tepat. Roy memperhatikan dua gadis Nakalnyabergetar getar sedikit saat mencuci,

"Kamu udah ada calon belum.. Cepetan nikah..", ucap ustad Juned iseng lagi bercanda.

'" Belum tad, masih senang begini".

"Ingat.. Menikah itu kesebut wajib hukumnya bila untuk lelaki mampu kayak kamu.. Kalo tidak segera bisa bulukan kamu".

" hehee.. Iya ustad.. Masih nyari.. Nyari...", 
Ucap Roy masih melihat ustazah yg terlihat auranya cewe banget sedang mencuci itu.

"Mau saya kasih kuncinya ga.... biar dapet yg kamu cari ?" Goda ustad Juned.

"Apa tuh tad.. ?".. Ucap Roy ikut berbisik.

" Kalo kamu mau dapetin wanita yg sejati... Kamu harus jadi lelaki yg SEJATI..."
"Karena Aura wanita sejati akan menerima bila didekati lelaki yg sejati" 
ucap ustad Juned lagi.

Entah kenapa ucapan ustad Juned itu terdengar seperti tantangan saat Roy melihat istrinya yg sedang mencuci memakai kaos ketat itu, melihat lembut putih telapak tangannya, melihat bergetar - getar kecil cetakan paydudara besarnya, auranya sungguh menunjukan seperti wanita sejati, membuat Roy yg sejatinya bandel itu tertantang untuk menguasai kelembutannya, kesejatian wanita itu menantang kejantanan Roy. Tak terasa ia sedikit ngaceng. Lelaki ini ingin menjadi pejantan yg bisa menguasai wanita sejati itu,.

Ah itok.. Bisik Roy...
Ipah toket... 


Roy menahan ngaceng didepan suaminya. Ustad Juned lagi - lagi melihat istrinya smbil tersenyum dan bilang lewat gerakan mulut

Elephant's shoe....


Komentar

  1. Slots at a glance - DrmCD
    The games at the Slots at a 충주 출장안마 glance, which includes casino 김천 출장샵 table games and slot 이천 출장샵 machines, It's not that this 안동 출장샵 is the first online 원주 출장안마 slot machine, but it's certainly the

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"