Langsung ke konten utama

Chapter 17 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 17 :

Lebaran Idul Qurban

UnHidden Content:

 


Lebaran Idul Qurban

Anak - anak Santri begitu ramai mengadakan babacakan acara makan - makan di kobong mereka masing - masing.

Lebaran Qurban memang akan diselenggarakan esok hari, namun suasana pesantren sudah sangat meriah.

Sebagian besar dari santri melakukan persiapan untuk bersih - bersih di lapangan Luas. Lapangan yg memang hendak dipakai untuk melaksanakan ibadah id itu.

Mereka membuat umbul - umbul yg dihasilkan dari karya para santri sendiri. Membuat seni kaligraphi yg besar berbentuk seekor sapi kurban yg besar. Pada dasarnya Kaligraphy itu hanyalah potongan surat tentang proses kurban, namun para santri yg berbakat begitu cerdiknya mengubah potongan surat itu menjadi gambar seperti seekor sapi yg besar lewat karya Kaligrapi mereka.

Kyai Basri memantau langsung kondisi pesantrennya lewat vc dengan ustad Fian. Beliau membawa tablet berukuran besar dan mempertontonkan betapa meriahnya pesantren ini. Kyai mengabarkan sebentar lagi akan melakukan wukuf dan jumroh disana. Dan beliau dalam kondisi terbaiknya bersama Nyai Laila disana.

Sudah menjadi tradisi pesantren salafi dimanapun bahwa budaya memasak nasi liwet memang dilestarikan. Biasanya mereka memasak nasi liwet ketika ada acara - acara besar seperti idul adha ini.

Awalnya awwabin mewajibkan budaya liwet ini untuk santri - santrinya. Dimana santri meski belajar kitab, mereka juga dididik bercocok tanam, membantu kyainya, atau membantu Rumah Kyainya dan melestarikan budaya membuat nasi liwet

Namun setelah pesantren berkembang pesat, budaya itu sempat dihapus selama beberapa tahun, sampai akhirnya ketika pesantren kembali ke ajaran asal dengan sistem post - modern nya, budaya liwet itu kembali dilestarikan lagi. 

Para santri sangat senang bekerja diluar jam belajar mereka sambil mengadakan acara babacakan itu. Tungku khas Liwet dan bulat itu tersedia dimana - mana. masaknya di Hau, sebuah tempat klasik susunan batu bata untuk dijadikan pijakan tungku atau Boiler memasak. Sebagaimana dilakukan oleh para orang tua dulu, dan memakai bahan bakar dari kayu.

Kadang bukan kayu yg dijadikan bahan bakar, namun sendal jepit swallow,

Ya sendal jepit swallow...

Agak gila memang kadang sifat gabrukan para santri ini. Banyak sendal jepit santri yg terkumpul dimasjid akibat korban ghosob (mencuri) dari santri lainnya. Sehingga sendal itu ada ratusan jumlahnya yg menggunung di pinggiran Masjid. Sendal itu adalah korban ghosob yg hilang dan tak di ambil - ambil oleh pemiliknya. Sehingga sering diambil oleh para santri lainnya untuk dijadikan bahan bakar memasak di Hau bila mereka malas mencari kayu bakar. 

Dude.. That's crazy..

Agak lucu memang kadang para santri ini,.... Percis sistem demokrasi,

Dari Santri, oleh santri.. Dan khusus untuk santri...

Tapi Justru ini lah kenangan yg amat berkesan buat mereka ketika tua nanti. Memasak liwet dan babacakan ini biasanya diselenggarakan oleh setiap angkatan dan disetiap kobong gubug bale dekat asramanya masing - masing.

'Eh.. Agus.. Jangan kebiasaan masak pake sendal jepit itu.. Astagfirullah.. Mending kamu kumpulkan, disedekahkan sendalnya" tegur ustazah ayni ketika melihat salah satu kelompok santri yg memasak liwet dengan sendal itu. 

Memang sudah menjadi tradisi santri disini memasak memakai bahan bakar sendal itu, karena kebanyakan mereka malas mengambil kayu bakar. Namun bila ada salah satu guru yg melihat, ada saja yg langsung menegur mereka.

"I - iya bun-da " Ucap agus salah satu santri itu. Malunya agus ditertawakan teman - teman lainnya.

"Wah mampus lu kujem (kutu jembut) ketauan bunda ", ledek temannya.

"Berisik lu micin!!!".

" Hei sudah sana ambil kayu bakar, jangan pake sendal itu, kebiasaan".. Omel ustazah.

"Iya Bunda..". Jawab mereka kompak.

Roy yg melihat ustazah dari kejauhan tersenyum melihat nya. Ia sedang berdiri di gedung mercu suar Ri'ayah pesantren ini. Melihat sekitar pesantren. Melihat ustazah Ayni yg keliling membantu suaminya mengadakan hewan Qurban untuk pesantren.

Memang ustazah sedikit kecewa karena suaminya hanya bisa sedikit menyediakan hewan Qurban yg cukup untuk diberikan kepada santri - santrinya, juga kepada masyarakat sekitar. Berbeda dari tahun - tahun sebelumnya saat Kyai Basri turun langsung melobby para walisantri untuk berkurban, semua kebagian bahkan banyak lebihnya selama berminggu - minggu lamanya. Selama berminggu - minggu itu pula para Santri bisa terus menerus menikmati santap daging sapi atau kambing di Matbakh (Dapur) nya.

Roy ditemani ustad Boim yg sedang menuangkan air panas dari termos berwarna hijau itu menuju cangkir yg berisi kopi tubruk hitam, mereka berdua sedang beristirahat setelah sama - sama membantu para santri memasang umbul - umbul disekitar pesantren.

" Ngopi ga ?" tawar ustad Boim.

"" Gampang tad ".

Ia mengaduk - aduk kopi itu dan membawanya duduk disamping Roy sambil melihat keluar,

" Emang ga cukup ya tad jumlah segitu ?" tanya Roy yg hanya melihat 7 Hewan Qurban yg terpasung dipinggir masjid. Tepat diletakan dilapangan hijau agar bisa langsung disembelih ke esokan harinya.

"Ya begitulah, santri aja ada lebih dari ratusan jumlahnya, belum masyarakat sekitar, kalo cuma segini, mungkin ga bisa ngebagi ke masyarakat, paling hanya untuk para santri, itu juga saya yakin ga cukup, kita para ustad harus puasa daging besok hehee".

" Koq Kyai Basri Bisa menyediakan lebih ditahun - tahun kemarin ?" tanya Roy lagi.

Ustad menyeruput kopi tubruk hitam nya, rokoknya masih ngebul, janggut hitamnya terlihat jawara karena memang dia guru silat. "Ketika Kyai yg langsung meminta ke para walisantri yg mampu, ga ada walisantri yg menolak, mereka semua sungkan bila tidak menitipkan hewan Qurbannya disini." ucap Ustad Boim, 

"Mereka langsung mengirim ke tanpa bicara lagi." ucap ustad Boim lagi.

"Tapi bukannya ustad Fian paling senior dan sudah banyak walisantri yg kenal di sini..",

Ustad Boim tersenyum, ia menaruh Rokoknya di atas asbak dan bilang " Beda kepala, beda management Roy, beliau kurang dipercaya oleh para walisantri.. hanya Kyai yg dipercaya mereka".

"Beliau (Kyai) Rajin bersilaturhm merangkul mereka, sedangkan ustad Fian kurang keluar" Ucap ustad Boim lagi.

"Kenapa bukan ustad aja yg mengumpulkan ?".

" Percuma Roy.. Mereka hanya sungkan Ke Kyai, ke saya juga belum tentu berhasil".

"Hehee.. Bisa pak ustad.. Ane demen deh sama pak ustad.. Modest pisan.. Kulkas gitu lah.."

Pak ustad tertawa, " hahaha.. Bukan begiti Roy, bisa saja saya yg mengumpulkan hewan Qurban itu, tapi kan yg ditunjuk oleh Kyai ustad Fian"

"Iya.. Cuma kenapa ustad Fian ga bisa menjalankan tugasnya dengan baik".

" Kan udah saya bilang.. Ustad Fian kurang jeluar.. Sulit buat walisantri untuk percaya'" ucap ustad Boim lagi.

Gimana perkembangan Rencana kamu ?" . tanya ustad Boim tentang proyek Guest Housenya.

"Setelah datang Kyai pak ustad, semua langsung dikerjakan".

" Ya.. Kamu harus bisa Roy.. Harus bisa mengHarumkan pesantren.. Nama pesantren bisa meningkat bila ada wisata Penginapan pertama disini.." Ucap ustad Boim menyemangati.

"Banyak investor yg mau bikin penginapan disini, namun sulit".
Roy mengerti keadaan yg dibicarakan ustad Boim. Kesulitan itu salah satunya susahnya masyarakat disini menerima hal - hal yg baru dilingkungan mereka. Apalagi bila sudah memberi nama hotel, image masyarakat amat negative dan menganggap bahwa hotel adalah tempat maksiat. Itu dia alasannya kenapa Roy ingin men - integrasikan wisata penginapannya dengan pesantren. 

Ia ingin menghilangkan kecurigaan negative dikalangan masyarakat.

Bila sudah disebut Guest House Pesantren, maka masyarakat bisa mengerti dan percaya, tidak akan ada masalah kedepannya. Tinggal dua Pr yg harus Roy selesaikan.

" Pak Ustad, karena saya juga panitia, saya yg akan menambah hewan Qurban lebih banyak".

Ustad Boim suprise dengan i'tikad Roy. Belum lagi waktunya yg tinggal sehari lagi. "Gimana caranya?".

" Saya mau menemui Pak Dharma, saya mau melobby Pak Dharma agar mau di proyek, juga mau saya todong untuk menitipkan hewan Qurbannya disini. Hehee"

"Ide bagus". Ucap ustad Boim mengingat Pak Dharma terlihat suka dengan pemuda ini ketika bertemu minggu kemarin, siapa tau bila dicoba ini berhasil. " Kamu lumayan dipercaya oleh Pak Dharma, sana gantikan pak Kyai untuk menyediakan hewan Qurban lebih banyak". Ucap ustad Boim lagi.

"Sip (sya paham)" jawab Roy

_-______________

Di sisi lain di samping gedung Ri'ayah ini, ustazah Ayni sedang berkumpul dengan ustazah - ustazah lainnya, mereka sedang membuat bumbu untuk liwet para santri. Memang akhir - akhir ini ustazah Ayni cukup pusing dengan melihat keadaan suaminya yg tidak mampu menyediakan hewan Qurban lebih banyak. Sebagai orang yg dipercayakan Kyai Basri untuk menjadi ketua panitia, tentu Kyai akan kecewa bila ternyata Fian tak mampu menyediakan hewan Qurban yg kebih baik dari sebelumnya. Dia kurang dipercaya oleh kalangan Walisantri.

Berbeda dengan Roy, pemuda itu ingin menyediakan Hewan Qurban yg lebih banyak untuk menyelamatkan wajah suaminya. Menyelamatkan rasa malunya diddpan Kyai. Ustazah merasa senang dengan niat pemuda itu. Ia agak merasa sedikit tenang saat Roy bilang tentang niatnya pagi itu, entah bagaimana caranya ustazah masih belum tau.

Namun melihat suaminya yg uring - uringan itu membuat ustazah memutuskan untuk bergabung dengan ustazah - ustazah yg lain untuk membuat bumbu liwet. Karena jadwal sekolah maupun pengajian diliburkan hari ini.

"Hei Bundaa.. Assalamua'laikum" sapa ustzah Anies yg datang ikut menyiapkan bumbu masaknya siang itu.

"Wa'laikum salam.. Salam dulu kali, baru bilang hai.." Ucap ustazah ipah yg memang hadir dikobong itu.

"Hihii.. Afwan ukhti aku telat.. Abis ngobrol dulu sama ustazah Sahla..".

" Eh subhanallah.. Gimana kabar Bunda Sahla, ane kangen berat..". Ucap istri Ustad Boim.

"Alhamdulillah sehat.. Katanya.. Nanti kesini sama aa Ryan ngurusin proyek sama teh Intan, nanti pas Mudir datang..bareng ustad Ali pula".

" Alhamdulillah.. Akhirnya manjang lagi yah, setelah sekian lama.. .duh pinter juga ide anak bandel itu " ucap Istri ustad Boim.

"Hushh.. Mantan anak bandel ". Ucap ustazah ipah mengoreksi.

Ustazah Ayni hanya tersenyum mendengar obrolan para mahmud ini, andai mereka tahu. Namun diam - diam bunda Ayni menggigit bibir bawahnya bila mengingat pemuda itu.

Ustazah Sahla memang salah satu Mantan Guru senior disini, wajar bila beliau dihormati. namun diganti oleh anies yg notabene masih keponakannya.

" udah ga sabar pengen main sama sahla disini.. Salam ya dari aku " ucap istri ustad Boim.

"Dari aku juga" ucap ipah.

"Ya.. Ya.. Nanti disalamin.. Kita ngebaso dulu yuk.." ajak anies.

"Dasar perawan.. Pengennya jajan terus".

" Yuk.. Sebentar aja kita santai, biar santriwati yg ngerjain hihiii".

Ustazah Ayni menggeleng gelengkan kepalanya. "Udah ikutin aja apa kata cabe ini, Bisa kecocol pedes kalo ga diturutin" ucap Ayni.

Hahahaha"

Lebaran adha dipesantren taun ini nampaknya tetap meriah walau tidak ada Nyi Laila. Mereka sangat kangen ingin bertemu Nyai, karena Nyai Lailah lah nafas para ustazah dipesantren ini. Para istri ustad itu memanggil para santriwati untuk meneruskan pekerjaan bumbu liwet itu. Mereka pergi ngebaso sambil membicarakan Nyai Lailah dan membicarakan ustad Fian yg murung karena merasa malu terhadap Kyai tentang jumlah Qurban itu.

Namun Ayni meyakinkan bahwa Roy akan memperbaiki semuanya, entah bagaimana caranya ia masih belum tau, Otomatis Roy menjadi populer dibicarakan oleh mahmud - mahmud cantik ini. Kecuali anies yg masih disebut cabe. Ustazah Ayni tak bicara banyak mengenai kedekatannya dengan Roy, juga Ipah yg cantik itu kemarin. Mereka masih sama - sama menyembunyikan sebagaimana menyembunyikan aurat mereka dengan hijab yg mereka pakai.

_-_______________

Sampai Dirumah Pak Dharma, Roy memberi satu slof Rokok favorit pak Dharma. Disana ada beberapa anak buah pak Dharma yg menyambutnya. 

Roy tahu, Meski pak Dharma begitu membenci pesantren yg ditempatinya karena kasus pengusiran itu, Roy tetap yakin tokoh masyarakat itu tetap fair. Roy juga ingat ucapan Gurunya agar bisa melobby tokoh masyarakat itu dan menjadikan Roy seperti seperti peran kyainya.

Agar bisa menyediakan hewan Qurban lebih, atau yg lebih penting lagi, agar bisa melancarkan proyek Guest Housenya.

Pak Dharma yg terlanjur senang dengan anak itu menyambutnya dengan baik. Mereka mengobrol basa - basi sampai membicarakan kenapa bukan Ustad Fian yg kesini,..

"Justru saya yg mewakili Ustad Fian pak " ucap Roy.

"Hmmm.. Saya dengar kamu mau ngebangun penginapan disini".

Loh.. Koq tau.. Ucap Roy dalam hati, tadinya mau suprise ternyata Dharma sudah tau.

"Tau dari mana pak ?,

" Hehee.. Ini kampung saya Roy.. Saya kira saya bisa tau semua kabar dikampung saya" Ucap Dharma.

Hebat.. Pikir Roy.. Detektif juga ini orang. Padahal sudah sebaik mungkin Roy menutup nutupi rencana ini. Namun Rumor yg ada dipesantren memang cukup kencang.

"Hehee.. Tadinya saya baru mau nanya - nanya tanah Pak Dharma yg dipinggir sungai sana".

Pak Dharma Sumingrah, akhirnya ia akan mendapatkan pembebasan tanah miliknya,

" Betul kan dugaan saya.. Dari kemarin loh saya nunggu - nunggu kabar bener ngganya.. Koq nggak Fian.. Ngga Boim.. Ngga arif.. Ga ada yg ngabar - ngabarin saya.. Mentang 2 abah Hajinya lagi munggaj Haji.. Malah kamu yg dateng" Ucap Dharma.

"Justru itu Pak Dharma, nanti saya datang lagi ketika abah haji sudah pulang, saya juga mau bicarain ini ke pak Kyai".

" Saya yakin 200% pak Kiyai setuju " Ucap Dharma yg terlanjur senang dengan rencana pembebasan tanahnya. " Sudah ga kehitung loh de Roy yg mau membangun penginapan dikampung kita, tapi ga ada yg berani.. Padahal kalo jelas penggunannya bisa menguntungkan kampung kita".

"Saya niatnya tetap menjadi bagian pesantren pak penginapannya".

" Wah apalagi begitu, jadi menghilangkan pikiran negative masyarakat kan.. Bagus " Puji Pak Dharma.

Setelah Pak Dharma menyebut Harga, Roy terkejut ternyata Pak Dharma menjual tanahnya itu dengan harga yg tak terlalu tinggi. 

Wah.. Bisa cukup pake tabungan gw aja nih kalo harga segitu.. Ucap Roy dalam Hati. Namun Roy tak ingin terlihat main - main. Ia tetap berbasa - basi menawar - nawar Harga tanah itu seakan - akan serius membelinya sebagaimana pembeli yg lain. Setelah Deal Roy mengutarakan planningnya lebih lanjut,

"Begini Pak Dharma, saya tahu Pak Dharma punya sejarah Kuat dengan pesantren dulu, pernah dikecewakan karena kesalahan masa lalu. Tapi terlepas itu, saya ingin pak Dharma yg membantu saya membangun Guest house itu, nanti saya tempatkan Pak Dharma dibagian keamanan, dan punya andil besar dalam pembangunan itu.. Dan juga...yg lebih penting.. Saya bisa memberi tempat untuk pak Dharma dipesantren itu.. Jadi pak Dharma bisa menyambung kembali hubungan silaturahm yg sempat pecah itu dengan baik... Dengan catatan .... Pak Dharma harus bisa menunjukkan niat yg baik...

Kalimat terakhir Roy membangunkan hati Pak Dharma. Memang selama ini yg membuat Dharma benci ke pesantren itu karena hilangnya tempat dihati Kyai Basri sampai ia diusir dulu. Dengan planning Roy ini, Dharma bisa berkesempatan untuk bisa mendapatkan tempat kembali dipesantren itu. 

Karena jauh dati lubuk hati Pak Dharma, ia masih cinta dengan pesantren itu bila diberi tempat kembali di hati Kyai seperti dulu.

Pak Dharma senang, bukan hanya bisa mendapatkan keuntungan dari pembebasan tahahnya, tapi juga bisa mendapatkan tempat kembali dipesantren itu, rencana pemuda ini bisa membuatnya luluh.

"Wani piro ?" ucap Dharma becanda dengan permintaan Roy. Sontak Roy berdua tertawa dengan nya.

"Ya.. Oke.. Kalo perlu saya yg bantuin kamu bicara dengan Kyai Basri"..

YESS.. ucap Roy dalam hati.. " Makasih Pak ".

" Yang makasih itu saya, tapi awas kalo ga jadi.. Saya santet kamu".

"Hehee siapp".

" Gimana kabar pesantren sekarang?",

"Lagi nyari hewan Qurban Pak Dharma, kekurangan".

" Loh, biasanya banyak".

"Kan mudir lagi ke haji, sedikit wali yg mau nyimpan Qurban.."

Dharma menggeleng - gelengkan kepalanya. Kasian sekali pesantren itu, ketika ditinggal tuannya, malah acak - acakan, apalagi dipercayakan kepada ustad Fian.

"Ustad Fian gak kaya pak Kyai sih, bisa melobby banyak orang".

Pesantren itu percis dengan istilah tukang kebun meninggalkan kebunnya, maka kebun tersebut acak - acakan, tidak ada yg tau secara profesional mengurusnya, begitu pula nasib di pesantren itu.

" Mangkanya Pak Dharma.. Hehee.. Buat menunjukkan niat baik pertama pak Dharma.. Sumbang lah Qurban kesini, buat permulaan ".Ucap Roy sambil cengengesan.

Dharma tersenyum, benar juga anak ini, ia salut dengan pemuda ini. 

Ia juga Merasa sungkan, karena sudah menawarkan tempat untuknya dipesantren, ia memang harus memulai niat baik ini, niat baik untuk kembali ke pesantren itu lewat wisata guest housenya, 

"Saya kirim dua ekor sapi sore ini juga" 

"Alhamdulillah, terima kasih pak Dharma.. .. Terima kasih banyak.. Saya kabarkan ke pihak pesantren." Ucap Roy menggoyang tangan pak dharma sambil bersalaman.

Pak Dharma tetsenyum senang, ia merasa nyaman dengan pemuda itu, ia bilang sama sama saat membalas jabatan tangannya.

Roy pulang Dengan membawa kabar baik untuk pesantren siang itu. Usahanya me lobby ITU mendapatkan hasil. Tak sabar untuk segera memberi kabar untuk ustad Boim.

_-_________________

Datang Ke Pesantren Roy menelepon ayahnya tentang Harga tanah yg harus dibebaskan itu. Roy bilang tidak perlu memakai uang ayahnya, cukup tabungan dari dirinya yg selama ini dia kumpulkan termasuk hasil tani yg dia hasilkan di lahan sewa ustad Fian itu. Roy ingin menunjukan dirinya, bukan tentang ayahnya,

Ini aku.. Bukan ayah aku.. Ucap Roy.

Ayahnya sangat bangga, ketika Roy berucap itu. Kini ayahnya tidak lagi khawatir, Roy bahkan membeli Qurban sendiri dari hasil sisa tabungan itu, mengingat tanah yg dibebaskannya dijual tidak terlalu mahal, ia membeli hewan Qurban untuk disimpan dipesantren.

Ketika datang ke sana, terlihat sudah banyak Obor yg berjejer disekitar bale pesantren untuk acara Takbiran malam ini. Rencananya santri akan keliling kampung dan pesantren untuk melaksanakan takbiran bersama.

Roy disambut oleh ustad Boim dan Ustad Fian yg sudah menunggunya disana. Ketika Roy bilang beres, itu berarti sudah selesei permasalahan Qurban di Pesantren itu. Roy sudah bisa menyediakan hewan Qurban lebih banyak ketimbang ustad Fian sendiri.

Para ustad dan ustazah Pun kaget saat mereka bersama sama duduk di gedung Ria'yah, ketika sore itu datang tiga ekor sapi tambahan berukuran besar. Dua datang dari Pak Dharma, dan Satu Dari datang dari Roy. Dengan Qurban tambahan itu sudah mencukupi kebutuhan pesantren juga syiarnya ke masyarakat, bisa memberi dagingnya ke masyarakat. Roy berhasil mengganti peran Kyai yg tak mampu dilakukan oleh ustad Fian.

Takbir berkumandang malam itu juga, hewan Qurban sudah disiapkan. Santri menyambutnya dengan bersuka cita keliling pesantren juga kampung dalam menyambut malam takbir ini, besok kita pesta daging, ucap mereka.

Para santri bersuka cita, ada yg menyalakan petasan, ada yg akrobat umbul umbul, ada pula yg tak henti hentinya menabuh bedug, terus melakukan takbiran sekeliling kampung dan pesantren.

Ustad Fian Amat bangga dengan hasil kerja Roy ini, , ustazah ayni senang Ketika pak Kyai dikabarkan mengenai penyediaan Qurban ini, Roy mampu menyediakan hewan Qurban lebih dibanding Suami nya. Dia menyelamatkan malu suaminya. Roy membuktikan kembali ia menjadi lelaki yg sesunggunya disini. Menguasai wewenang suaminya.

Sekarang pesantren lebih melihat Roy ketimbang ustad Fian, lebih menghormati Roy ketimbang ustad Fian sendiri. Membuat ustazah Ayni menggigit bibir bawahnya bila menghadapi kenyataan ini.

Lelaki itu mengganti peran suamiku dan mengangkat kehormatanku, ahhh aku ingin kotorinya lagi, ucap ustazah saat melihat pemuda itu. Aku ingin dinodai kejantanannya lagi, ucap ustazah lagi dari dalam hati.

Saat sedang Takbiran, banyak para santri dan ustad yg ikut keluar. Sekitar jam 8 malam ustad Fian mengajak pengajian tasyakuran di gubuk sebelah Ri'ayah. Hanya ada sekitar lima orang yg datang. Ustazah Ayni datang menghampiri Roy yg sudah duduk di bale kobong itu. Dia datang memakai gamis Coklat dan hijab besar birunya sambil membawa kitab yg tebal ditempelkan ke dadanya.

Ustazah melihat pria itu terlihat santai dengan kaus oblong dan celana gayanya. Ustazah tersenyum, Ia ingin berterima kasih sudah membantu Suaminya hari ini.

"Gara - gara kamu lagi" ucap ustazah tersenyum, bentuk badan pemuda tersebut selalu membuat ustazah sedikit horni, agak lembab selangkangannya. Apalagi setelah menyingkirkan peran suaminya hari ini,

Pria ini yg harus dihormati ketimbang suamiku.. Ucap ustazah lagi.

"Sama - sama Jamilah " ucap Roy yg kemudian ditutup mulutnya oleh ustazah agar berhati hati menyebutnya cantik bila sedang diluar.

"Ustazah pake bra warna apa ?" tanya Roy pelan.

Ustazah tersenyum menutup mulutnya. "Ini malam Takbiran, kenapa kamu malah nanyain warna Bra istri ustad Kamu ? ".

Roy tersenyum mulai merasakan kontolnya ngaceng sambil melihat ke arah ustazah yg mulai mengangkat jilbab lebarnya ke atas,

" ishhh" ucap ustazah memandang tajam namun menggeser leher gamis coklat itu ke samping memperlihatkan tali bra berwarna hitam, 

Ohhh.. Ucap Roy meremas remas kontolnya.

Ustazah tersenyum sambil menurunkan kembali hijabnya, tak lama datang para ustad ustazah dan suaminya untuk memulai pengajian. Roy sendiri selama pengajian fokus melihat ustazah. Mungkin ustazah sekedar mengucapkan terima kasih sudah membantu suaminya hari ini, dengan memperlihatkan bra seksi nya.

Gosh...

_-__________




Besoknya solat id dimulai, Roy tak bisa berbuat banyak malam itu karena ustad Fian begadang semalaman dirumahnya mempersiapkan acara hari ini. Roy bangun sekitar pukul setengah enam dan langsung mandi bersiap menuju lapangan pesantren.

Suara Takbiran sudah menggema di sekitar lapangan itu, sahut menyahut menghiasi pesantren sampai masuk ke dalam rumah tiga ustad senior ini. Begitu pula dengan ustad Fian dan Ustazah Ayni. Ini adalah adha pertama dipesantren ini untuk Roy, dan mereka bersiap memakai pakaian solatnya masing - masing untuk id disana.

Ustazah menawarkan secangkir kopi untuk Roy sebelum salat id, dia keluar dengan memakai mukena putih yg terlihat sangat cantik dan bersih. Bibirnya dilipstik merah, wajahnya terlihat sangat halus dan putih. Dia datang ke kamar Roy membawa kopi itu dan berdiri di depan pintu kamarnya,

"Kopi.. ?" tawar ustazah ayni yg berdiri memakai mukena tersenyum didepan Roy. ia masuk perlahan ke kamar Roy dan melihat lelaki yg sudah menggeser pekerjaan suaminya itu berdiri memakai kaos dan sarung.

Roy menghampirinya, dan mengambil cangkir itu, "Bukannya disunahin puasa dulu ustazah sebelum shalat " Ucap Roy menyingkirkan cangkir itu langsung memegang tangan ustazah sampai tersingkap mukenanya.

"Masa ?" Roy mengusap - usap tangan mulus ustazah. Lelaki inj sudah menggantikan tugas suaminya kemarin, juga jauh melewati kepintaran suaminya, seperti menguasai wewenang suaminya lebih jauh lagi, semua pesantren menghormatinya, melihatnya, tak melihat suaminya lagi ، menjadi kan Roy kepala Rumah tangga sesungguhnya. Ustazah balik mengusap tangan Roy, tangan lelaki yg menggeser otoritas suaminya, sekarang Roy ingin meng klaim istri ustad nya. mencicipi Ayni. menjadikan istri semok pak ustad yg memakai mukena itu sebagai salah satu wilayah kekuasaannya, setelah ia melangkahi kepala suaminya kemarin. 

Puting ustazah mengeras ketika telapaknya disentuh pria gagah ini. Ia juga ingin dikotori oleh pria ini. Wajahnya yg cantik itu ingin diludahi dijilat - jilat, dan dipakai sepuasnya oleh sang kepala Rumah tangga.

Roy menyambar bibir merahnya, tanpa basa basi Roy taruh telapak tangan Ustazah ditonjolan Kontolnya yg gede itu, karena hanya memakai sarung yg tipis, tangan lembut ustazah bisa mersakan kerasnya dan panjang tonjolan kontol itu, ia cipok basah bibir ustazah sambil memejamkan mata, berputar - putar kepalanya merasakan inti sari nikmat bibir ustazah di pagi hari Raya ini, hampir satu menit mereka berciuman dan akhirnya melepasnya.. Cpokkk ahhh

"Hmmm.. ga puasa nyiumin aku" ucap ustazah sayu, wajahnya putih bersih memakai mukena itu, entah ia ber wudhu atau belum sebelum masuk kesini, yg jelas bibir merahnya terasa sangat nikmat dibibir Roy.

Pak Ustad suaminya sudah menunggu diluar, namun pria gagah ini ingin icip bibir merah istrinya pagi ini. Dan dengan gilanya ustazah meremas tonjolan kontol gede penguasa suaminya INI..

"Antum udah sangat jauh ngelewatin suami ana.."

Ah ah ah ah ya us- ta-zah ah ah

"Antum mau minta di apain?"


"Ana mau Ustazah jadi Qurban ana ". Ucap Roy pelan.

" hmm antum bandell sekali.. " Ucap ustazah meremas kontol Roy" ini lebaran Qurban" ucap ustazah masih meremas - remas kontol.. " Antum boleh nikmatin Qurbannya sehabis id..." bisik ustazah didekat kupingnya masih meremas - remas kontol gede itu. 

Kemudian pergi meninggalkan Roy dan bilang "Cup cup sabar ya" ucap ustazah melihat tonjolan kontol nya yg garang itu.

Roy menahan ngaceng sebelum id pagi itu.



_-___




Selama mengikuti proses id itu, pikiran Roy Tak Fokus. Pikirannya terus ke arah ustazah, bahkan ia masih merasakan manis - manis bibir merahnya dimulutnya. Kebetulan yg menjadi khotib dan imam itu adalah ustad Fian sendiri. Berkali - kali Roy melihat ke arah santriwati ingin melihat dimana ustazah duduk.

Hingga sholat id selesai dan sampai acara pemotongan hewan Qurban.

Sudah berkumpul para ustad dan ustazah senior disana, untuk memutuskan hewan Qurban mana yg akan disembelih, hadir pula disana ustazah Ayni yg melihat Roy tersenyum pagi itu. Mereka melihat beberapa ustad yh sudah mengasah Golok yg tajam untuk melakukan adha pagi itu. Roy beserta ustad senior lainnya menjadi tukang jagal dadakan.

Ada beberapa hewan yg memang hendak dipotong sekarang ada juga yg dipotong nanti. Namun ketika hendak memotong tak ada yg bertanya ke ustad Fian hewan mana dulu yg hendak dipotong, semua bertanya kepada Roy. Roy yg mempunyai keputusan bukan ustad Fian. Sekarang para asatiz lebih memandang Roy ketimbang suami ustazah Ayni itu. Ayni yg melihat Roy pagi ini tersenyum. 

Pria inilah yg mempunyai keputusan, bukan suaminya. Ucap ustazah dalam hati. Akhirnya Roy memutuskan untuk menyembelih ketiga sapi terlebih dahulu sebelum beralih ke tujuh kambing itu.

Sapi pertama bersama ustad Boim, ariif dan ustad Juned mereka bahu - membahu menguasai sapi yg besar itu, begitu pula para santri yg membantu. Roy yg memimpin prosesi Qurban itu dengan mudah menyelesaikannya. Begitupula dengan sapi yg ke dua juga ketiga.

Semua bersyukur dan berbahagia setelah selesai ketiga sapi itu di Qurban kan. Roy bersama ustad Boim dan ustad Fian istirahat terlebih dahulu di dekat masjid sambil menunggu para santri mengambil pisau masing2 untuk melakukan pemotongan dan pembagian daging sesuai dengan tugas masing - masing.

Sambil mengobrol, Roy sudah tak melihat ustazah disana. Ia harus pulang pikir Roy. Ada Qurban dirumah pak ustad yg harus di urus, ucap Roy dalam hati.

"Tad.. Saya pulang dulu yah, jangan dulu pulang kalo pemotongan belum selesai" perintah Roy ke ustad Fian.

"Sippp" ucap Ustad menyalaminya dan juga pamit ke ustad boim, segera Roy pergi ke atas merasakan hawa nafsunya mulai naik karena ingin menikmati Qurban dari istrinya ustad Fian itu.

Sampai disana Roy bersih - bersih terlebih dahulu sebelum akhirnya salin memakai pakaian santai. Sambil memakai kaosnya ia melihat ke arah pesantren, terlihat Ramai pesantren merayakan lebaran ini tanpa dihadiri mudirnya.

Roy melihat ustazah Ayni keluar dari rumahnya memakai gamis putih bersih dan jilbab pinknya. Dia melihat Roy dengan dada bidangnya memakai kaos santai itu. Ustazah sedang memegang mangkuk es sirup kemudian ia taruh di atas meja dan duduk di atas lantai pipir rumahnya.

Ustazah duduk menjadikan kedua tangannya itu kebelakang sebagai sandaran menjadikan lekuk tubuh seksinya itu jelas terlihat.

"Gimana prosesnya, lancar ?" tanya ustazah.

"Lancar" ucap Roy ikut duduk dipipir itu dibelakang ustazah. Roy bisa melihat garis beha dan garis celana dalam istri ustad Fian iti dari belakang. Karena posisi yg bersandar dengan kedua tangan itu.

jauzi (Suami) ku kemana ?". Tanya ustazah lagi.

Roy masih melihat garis beha itu "Aku suruh motong daging dibawah, ga bakal pulang kalo belum selesai",

Ustazah melihat kebelakang dan agak lama melihat Roy, " hmmm.. .. Antum yg punya keputusan, " ucap ustazah masih melihat Roy.. " bukan suami aku" ucap ustazah lagi pelan ke arah Roy. Ustazah memang memperhatikan apa yg terjadi dibawah tadi.

"Buka ustazah Jilbabnya " ucap Roy.
Lagi ustazah menggigit bibir bawahnya mendengar perintah Roy. Tak bisa ia bilang tidak ke penguasa rumahnya itu.

Sambil melihat ke kiri dan ke kanan karena masih sepi semua orang sibuk dibawah perlahan ustazah melepas jilbabnya, membiarkan aurat rambutnya dilihat pria bukan muhrimnya. 

"Kamu yg punya keputusan" ucap ustazah lagi.

"Pergi ustazah ke kamar pak ustad" perintah Roy lagi sambil meremas pelernya. Ustazah menggit bibirnya lagi, apa ia akan menghajar istri ustad nya ini dikamar suaminya. Master itu ingin mengklaim hadiah Qurban nya.

Ia bediri sambil menenteng Jilbab pinknya dan melihat Roy sejenak, kemudian pergi ke kamar suaminya. Roy mengikutinya dari belakang,

saat memasuki kamar pak ustad terasa sejuk ruangan ini. Banyak etalase kaca yg isinya kitab - kitab kuning, dan buku - buku agama, ustazah duduk dipinggir kasur suaminya membelakangi Roy , kemudian perlahan sambil membuka sleting gamis belakangnya kebawah. Membuka kulit punggung ustazah yg putih halus tanpa cacat beserta Tali bra hitamnya.

"Kamu mau menikmati Qurban kamu Roy, dikamar suami aku " ucap ustazah.

"AhhYa ustazah" ucap Roy membuka celananya, melelaskan Kontolnya yg garang besar dan panjang. Ustazah melihat kontol itu sambil menelanjangi dirinya

"Nakal sekali antum, ini kamar suami aku, daerah kekuasaan suami aku, antum mau nikmatin istrinya disini, jadiin ana Qurban nikmat antum".

Roy menghampirinya, dan duduk diatas kasur suaminya, membelai punggung halus dan mulus itu menjalar menuju Togenya, ia remas - remas.

Terus ia remas remas susu montok putih mulus itu, dan memegang mulut ustazah, ia arahkan Ke kontol nya, 

Tanpa disuruh, ustazah membuka mulutnya lebar - lebar mencaplok kontol itu, ahh, Roy langsung berbaring dikasur suci suaminya itu dan merasakan basah kontol nya dilumuri ludah Ayni.

Insting liar ustazah keluar, ia putar - putar lidahnya menelusuri panjang kontol itu meliuk liuk penuh nafsu, mencium dalam - dalam aroma bandelnya, mencaplok pelernya,

SlSlrupl slruplll slruuup 

Ahh ahhh ahhh ahhhhh

Kloq kloq kloq kloq kloq khhhhhhhhhh shhhh

Ustazah melihat mata Roy liar ketika menyepong daging panjang besar yg berurat itu, sambil melihat mata Roy ia turunkan gamis putihnya kebawah full menelanjangi dirinya. Matanya sudah berair, kemudian karena gemas, dengan sekali telan ustazah mencoba memasukan keseluruhan batang kontol itu sampai ketenggorokannya,

OKKHHHHHHHH.. 

Jerit Roy dikamar itu, ia menikmati sepongan ustazah sambil melihat kitab - kitab yg banyak berjejer dikamar suaminya ini.

Kloq kloq kloq kliq kloq kloq kloq
Kloq kloq kloq kloq kloqq kloqq
Ahh ahhh ahhh ahhh shhhhhhh AKHHHHHHHHHHHH,

Roy bangkit dari berbaringnya, ia duduk melihat ustazah mengocok kontol nya sambil melihat matanya, setelah menyediakan Qurban untuk suaminya, sekarang ia mengklaim Qurbannya ini,

"Shhh ludahi ana akhii.. Ludahi.. Kotori wajah ana " perintah ustazah nafsu,

Cuihh.. 

AkhhAkhh"

Ludah Roy kencang memukul wajah ustazah sampai ia memejamkan matanya..

"Lagi akhii" ucap ustazah

Cuih...

"Lagi akhiii"

CUIHHH CUIHH CUIHH CUIHHH, okhhhhh.. 
Bertubi Roy meludahi wajah ustazah dikamar suaminya ini, sampai wajahnya penuh dengan ludah Roy, ustazah menjerit penuh nafsu

Akkhhhhhh shhhhhh

"Kotor deh " 
ucap ustazah manja, kemudian ia masukan lagi batang kontol itu kedalam mulutnya,

Kloq kliq kloq kliq kliq kloq
Shhhh ahhh
Kloq kloq kloq kloq kloq
Shhhh ahhhh
Kloq.. Kloq kloqqqq...


OH HOLY TESTICLE TUESDAY!!!!!

ucap Roy menjerit menahan nikmat.. 

Ustazah mengangkat wajahnya, ia cium Roy sambil bertukar Lidah, kemudian mendorong Roy kembali berbaring..

Ustazah naik ke atas kasur suaminya ini, menaiki Roy, is posisikan memek tembemnya diatas kontol Roy, Roy mendesah tak tertahan sambil menjilat lehernya Dan mencaplok susu montoknya, ia kenyot kenyot susu montok ITU seperti baby kehausan..

sHHHH COKK COKK COKK SLRUPPPP AHHHH

USazah menggesek gesekkan kepala Kontol YG TERASA besar ditangannya ITU digerbang memek tembemnya yg basah,

Masih mengenyott - ngenyot susu montok nya, Ustazah nemasukan sedikit kepala kontol ITU memasuki memek tembemnya,

Ahhhh

"Kamu boleh nikmatin daging qurban kamu ini sepuasnya" bisik ustazah manja

Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh

Ustazah menjerit saat kontol Roy menghajar lewati lubang sempit itu tanpa ampun, masih mengenyot susunya, Roy naik turunkan kontol nya dari bawah bertubi - tubi, ia entot nikmat istri ustadnya ini ketika suaminya sibuk memotong dibawah, 

Plok plok plok plok plokk
Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok
Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

Ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah

Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

"Ana hewan Qurban antum Royyy " 
ucap ustazah hilang kendali..

"Shhh hewan nikmat ahhhhhh"
Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

"antum gagahin ana disini AKHHHHHHHHHHHHHHHHHH" 

Tanpa ampun setelah mengucapkan itu Roy lebih cepat menghajar memek sempit nikmat itu, sampai akhirnya ia bergetar getar orgasme pertama nya,

Ustazah bahkan nyebut manja saat merasakan orgasme nikmat itu,

Aduhh duhh duhhhh ohhhmmm"

Dibawah sini Roy bisa melihat pemandangan indahnya, istri ustad Fian yg berkeringat dengan susu montok putih mulus sedang merasakan orgasme nya.
Roy menabok pantatnya, plakkk.. Awww.. Hihiii.. Ucap ustazah cekikikan tanda senang, ustazah ingin kembali dikotori oleh Roy, direndahkan dikasur suaminya sendiri ini, karena dia adalah penguasa rumah ini..

Ia menungging memperlihatkan Big Ass yg putih montok,

"Suami ana masih lama ga ?" tanya ustazah mengingat sudah dua puluh menit disini, ustazah meluhat jam yg terletak di antara kitab2 milik suaminya,

"Ga bakal pulang sebelum selesai" ucap Roy..

"Hihiii.. Antum yg punya keputusan AKHHH" Jerit ustazah lagi saat kontol Roy masuk ke memek tembemnya lagi dari belakang,

"Antum yg punya kuasa AKHH PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK SHHHH

PLAKKK PLAKKK PLAKKK, AKHHHHH 
ROY menampar pantat ustazah sambil menghujani kontol nya masuk lebih kedalam..

Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok..

"Ahhhhh ahhhh ahhhh... Antum yg punya wewenang Akhhhhh" 
ucap ustazah lagi..

Lebih cepat Roy menghajar memek tembem itu bertubi - tubi, 

Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

Uhhhhhhhhhhh

Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

"Antum yg punya kuasa disini"
PLAKKK.. AH.. 
lagi lagi Roy menampar pantat montoknya tiap ustazah mengeluarkan kata nakal, ia raba toket besarnya dari belakang, kemudian mengajak ustazah duduk membelakangi Roy, ia hajar memek itu dari belakang sampai ustazah mabuk tak terkira

Ahh ahh ahhh ahhh okhhhhhhh
Hajar terusss ahh hajarr ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Ustazah kembali bergetar getar tanda orgasmenya lagi,

Ia ambruk disamping Roy, kontol Roy masih keras mengacung ke atas, ustazah menggeleng geleng gelengkan kepalanya sangat gagah pemuda kekar ini, ustazah mencium dan menjilat perut serta dada bidang Roy, ia melihat mata Roy..

"Antum mau ngaji kitab suami ana" bisik ustazah sambil menggenggam kontol nya, terasa denyutannya makin keras membuat ustazah cekikikan "hihii"
"Pangku ana Roy kesana" 
ucap ustazah menunjuk etalasi kumpulan kitab kuning milik suaminya.

Roy berdiri dan memangku ustazah dengan posisi saling berhadapan, ustazah takjub dengan stamina pemuda ini, betapa gagahnya anak ini memangku dirinya menuju etalasi sampai punggung ustazah menempel di etalsae kitab itu. Sambil memasukan kontolnya, ustazah mengambil satu kitab milik suaminya dan ia buka kemudian disimpan kitab itu di atas kaca etalase , Roy mulai mengentoti istri ustad ini sampai keduanya mendesah,

Ahh ahh ahh uhhh gagah " ucap ustazah..

Sambil membaca kitab milik suaminya itu, ustazah berbisik dikuping Roy..

"Crot di dalem Roy" bisik ustazah pelan melihat Roy membaca kitab suaminya..

Roy menghujami lebih cepat memek tembem ustazah itu sambil membaca kitab suaminya.

Ahh ahhh ahhhh antum mau crot dimemek ana sambil baca kitab suami ana Roy" ucap ustazah nyebut jorok dan hilang kendali..

"Iyahhh ustzah ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok

OKHHHHHHHHHHHHHHHH
CROTTT CROTTT CROTTTTT...
OHHH GOODNESS 

SHHHHHHHHHHHHHH.. Splashh spalshh

Cipratan demi cipratan masuk kedalam memek ustazah, begitu pula ustazah yg merasakan orgasme ketiganya, ia memuji kegagahan Roy yg masih kuat memangkunya, dan menciumi pipi leher dan bahu Roy dengan manjanya, ustazah merasa dipeluk lelaki sesungguhnya...

Saat mencabut kontol itu, sperma Roy berantakan tercecer dilantai kamar suaminya, bisa bisa aku hamil beneran ,ucap ustazah dalam hati, mereka bertukar lidah sampai akhirnya istrihat sejenak dan memakai baju masing - masing..

Setelah sama - sama duduk dikamar ustazah bilang.. " Sekarang bantu - bantu guru kamu dibawah" perintah ustazah , ia tersenyum karena mengerti ustazah kelelahan...

"Antum yg punya keputusan" ucap Roy balik meledek

Ia tersenyum dan melempar bantal besar, segera Roy keluar menuju Pesantren.



_---_____________


Memang hewan Qurban belum dipotong semua, namun sebagian sudah dibagi - bagi ke masyarakat sekitar yg sudah datang. Panitia dengan sigap menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin.

Daging belum dimasak, namun lain halnya dengan Nasi Liwet. Roy beserta para ustad senior lainnya babacakan dari liwet yg sudah dibuat santri - santrinya kemarin. Nasi itu secara tradisional di sediakan di atas daun pisang yg sangat panjang di jejer jejerkan sampai searah panjang masjid. Mereka berpesta Nasi liwet dengan suka cita, sebelumnya mereka memberi kabar keadaan pesantren itu ke Kyai basri lewat Vc. Beliau mengatakan sudah jumroh yg pertama dan akan pulang sekitar dua minggu lagi.

Roy melihat ustad Fian, 
ahh seharusnya ia mandi terlebih dahulu sebelum kesini, bau tubuh istrinya masih menempel dikontolnya, mungkin sekarang ustazah sudah ambruk tertidur dikamar. Namun sebisa mungkin ia alihkan pikiran itu ke hal yg lain, kebetulan teman makan disampingnya adalah ustad Juned. Selama makan mereka membicarakan banyak hal, khususnya kesuksesan Roy menyediakan hewan Qurban lebih banyak ini. Juga tentang Proyek Roy yg akan segera dilakanakan sebentar lagi.

Datang ustazah ipah membawa air es untuk suaminya, kemudian menawarkan Roy "ustad Royhan Mau" tanya ustazah ipah.

"Boleh"

"Sebentar yah", 
Ipah pergi kembali ke meja yg memang disediakan khusus untuk minuman, Roy yg memang makan disamping ustad Juned ini sedang asik - asiknya ngobrol,

"Tadi pagip temennya yg namanya Andi itu dateng " bisik ustad Juned.

Roy kaget, "Buat apa ?".

" Katanya mau maaf lahir batin.. Tapi dia ajak teman2nya, mau sekalian ke air terjun" 
ucap ustad Juned.. "Tapi istri aku ga mau nemuin hehee" ucap ustad Juned,

"Kan udah saya pernah bilang Roy" ucap ustad Juned lagi.. "Wanita sejati, cuma buat lelaki sejati " ucapnya lagi sambil mengusap dada dan bahunya sendiri yg ceking itu, ia tersenyum.

"Ini ustad Royhan", ucap ustazah Ipah yg sudah datang membawa minuman itu, ustazah tersenyum tidak tau apa yg dibicarakan suaminya bersama Roy ini, namun meski memakai hijab besar biru itu Roy bisa melihat ada yg menggelembung disekitar dadanya dari posisi ia duduk..

Ahh itok.. Ucap Roy dalam hati ..

Wanita sejati untuk lelaki sejati.. Ucap Roy lagi sambil melihat toket akhwat yg gede itu.

Goodness

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"