Langsung ke konten utama

Chapter 18 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 18 :

SHALAT TAHAJJUD BARENG.. (Ba'da)..






"Ingat.. Kita harus mengendalikan hawa nafsu kita.. Agar bisa menghindari yg bathil..".

Ustad Fian sedang berceramah digedung Ri'ayah membahas subulus salam bersama para guru dan asatiz juga ustazah disana. 

Sudah seperti tradisi, bila seminggu dua kali mereka pasti melakukannya, 

pengajian itu sering dikenal dengan Tanzip Qolb atau pembersihan hati yg dilaksanakan setelah solat tahajud di gedung pusat pesantren itu.

Pengajian ini hanya dilaksanakan seminggu dua kali. Ini adalah ide dari Kiyai Basri sendiri yg bertujuan agar para asatid dan ustazah atau para guru semangat bila mendidik santri dalam mengajar di keesokan harinya. Biasanya diisi oleh sang Kyai sendiri, namun karena belum kunjung datang dari tanah suci, pengajian ini diisi oleh ustad Fian.

" Ada kalanya kita tak sadar melepas hawa nafsu itu, seperti tidak kenal apa yg sedang terjadi, namun disitulah fungsi pengendalian hawa nafsu itu musti dan harus bekerja".

Suaranya menggema memakai pengeras suara yg terdengar sampai keluar. Acara ini memang dikhususkan untuk para guru saja. Sedangkan santri masih beristirahat karena waktu menunjukan pukul 3 pagi. 

Wajah para ustad dan ustazah Semua terlihat kelelahan karena acara idhul Qurban tadi pagi. 

Setelah lelah Mereka bersama - sama mengurus daging Qurban dan berpesta dikesorean harinya, namun malam ini mereka harus tetap mengikuti Tanzip Qolb ini. 

Ustazah Ayni sedang mengobrol kecil dengan para ustazah lainnya di malam menjelang pagi hari ini. 

Suasana Awwabin terasa amat sangat dingin.. Hawanya menusuk begitu pula dengan embun segarnya..

Itu dia alasan Kenapa para ustazah memakai Niqob atau Cadar demi menutupi tubuh dan wajah mereka dari cuaca yg sangat dingin di pesantren ini. Mereka kompak Dan sepakat memakai kostum ITU, Apalagi ini memasuki musim panas, amat sangat dingin cuaca malam harinya. Meski memakai jaket, mereka kompak menutup wajah mereka dengan cadar.

Kitab Subulus salam yg sangat tebal itu selalu menjadi acuan pembahasanan di pengajian ini. Setelah sebelumnya mereka bertahajjud bersama. Mereka kompak duduk di majlis untuk mendengar Tanzip Qolb INI.

Ustazah Ayni sesekali melihat ke Arah Roy sambil mendengar suaminya ceramah.

"Bahwa tingkat keimana seseorang di ukur daru usahanya menahan hawa nafsu". Ucap Ustad Fian meneruskan ceramahnya.

Namun ustazah Ayni mengingat kejadian tadi sebelum tahajjud bersama.. Sambil melihat Roy sesekali disamping belakang..
Tak mungkin ada yg percaya bahwa pemuda itu dengan berani meremas pantat montoknya sesaat sebelum melakukan tahajud bersama. Ia gemas melihat ustazah nya memakai cadar seperti itu, 

Lebih tepatnya.. Meremas bokongnya tepat saat dia berjalan beriringan dengan suaminya didepan, dengan berani Roy remas pantat istri gurunya itu dengan keras dibelakang, 

Memang... akhir akhir ini pemuda itu malah semakin berani. Terutama setelah kejadian pagi tadi, dikamar suaminya sendiri.

Ustazah masih tak percaya bila Roy menyetubuhi dirinya dikamar kebanggaan suaminya sendiri, Semenjak kejadian itu, ia semakin berani, dan anehnya lagi, ustazah Ayni malah cuek. malah tak menganggap suaminya sendiri, tak perduli, toh pria itu (Roy) yg dengan jantannya mengambil alih kekuasaan suaminya sendiri, meniduri istrinya nikmat. Roy adalah Tuan rumah diRumahnya sendiri. Sepadan mengingat apa sudah dilakukannya.

Suaminya masih memegang mic berwarna hitam dan melihat ke kitab itu. Kitab itu..

"Sama bila mendidik anak2 santri, jangan nafsu memukulnya bila nakal. Kendalikan hawa nafsu kita" ucap ustad Fian meneruskan tausyiahnya.
p

Baik Roy maupun ustazah Ayni tak fokus dengan ceramah suaminya itu, mereka fokus ke kitab itu, kitab yg berasal dari perpustakaan milik pak ustad sendiri, kitab yg dibuka oleh Roy., sambil ngecrot di memek istrinya.. Ohh Goodness..

Roy duduk dikursi belakang. Ia terlihat kekar walau hanya memakai kemeja Fit Size yg membungkus badan berototnya. 

"Belum tentu yg nakal itu pasti nakal, Roy Contohnya, sekarang dia berhasil". Ucap lagi ustad Fian meneruskan Tausyiahnya.

Berhasil ngambil istri gurunya juga, pikir ustazah sedikit gila sambil tersenyum dibalik cadar hitam yg dia pakai, pipinya memerah, menggelengkan kepalanya tak percaya. Semua melihat Roy saat ustad Fian memuji seperti itu. Roy hanya tersenyum, andai suaminya tau, pikir ustazah.

He is The Man... Ucap ustazah dalam hati.. Setidaknya, dua bulan tinggal dirumahnya sudah menguasai rumahnya dan meniduri dirinya, bahkan sudah menyuruh suaminya mengerjakan Qurban tadi.

"Tentu Kita hanya manusia, wajar bila belum bisa mengendalikan nafsu, tapi bisa dikontrol.. da beberapa cara agar bisa kita kendalikan.. alurnya harus pelan, pertama ketika ingin menggebu gebu, kita tahan sejenak, jangan sekaligus kita lepas, kemudian boleh kita lepas perlahan - lahan dan tahan kembali, jangan sampai kebablasan, memang harus mengendalikan agar kita tidak terlalu terjerumus." Ucap ustad Fian Lagi lebih menerangkan tausyiahnya.

Para ustad menghormatinya karena ia paling senior, sudah itu saja. Namun kemampuannya mengelola pesantren masih banyak yg meragukan, apalagi setelah penghuni pesantren tahu, Roy lah yg mengeluarkan ustad Fian dari kesulitan kesulitan itu, dibantunya dari mulai masalah ekonominya, sampai ide menyajikan hewan Qurban lebih banyak. Begitu supelnya Roy sehingga dekat dengan banyak orang, seluruh penghuni pesantren tahu itu. 

Hingga ustazah mulai berpikir melihat Roy sebagai lelaki yg lebih memiliki supremasi dibanding suaminya, bahkan menguasai dirinya. Ia lebih superior dibanding kekuasaan suaminya.

Ustazah Ayni tau apa yg sedang dilihat dan dirasakan pemuda itu sekarang...
melihatnya tajam seakan akan ingin menelanjangi istri gurunya ini yg sedang memakai cadar, terutama setelah meremas pantatnya tadi. Ia pasti ingin.. Masternya ingin mencicipi dirinya yg sedang memakai niqob ini.

Bahkan ketika meremas sangat kencang tadi.. Roy berbisik dikupingnya.. ustazah Sholehah".. Ia remas pantat nunggingnya dibelakang pak ustad.

Nakalnya pemuda itu pikir ustazah. Ia ingin tahu istri ustadnya yg sholehah memakai niqob ini, andai ia tahu, pikir ustazah gila.

_-_____

Para ustad yg hadir dimajlis itu sudah terlihat bosan, mereka ingin pengajian ini cepat selesai karena biasanya mereka pulang sekitar pukul setengah lima memasuki waktu subuh. ceramah ustad Fian tentu berbeda cara penyampainnya dengan ceramah kiyai Basri. 

Hal ini pula lah yg membuat para ustad malah sibuk dengan obrolannya masing - masing, meski dengan suara berbisik dan pelan, ada juga yg ngantuk nut - nutan.

Pula para ustazah yg senyum - senyum berkumpul sambil mendengarkan ustazah Ipah curhat tentang Andi yg datang tadi siang. Ustazah ipah merasa kahrt dengan kedatangan mereka, terutama ada pesan masuk dari lelaki gila itu, untuk mengajaknya mandi di air terjun. Itu ga mungkin pernah terjadi ucap ustazah ipah sambil melihat suaminya yg khusu mendengar ceramah itu.

Ustazah Ayni dan yg hadir tersenyum mendengar pengakuan ipah itu.

" Coba ummi.. Bikinin Kopi" ucap ustad Fian memerintah ustazah Ayni saat ditengah - tengah pembahasan, membuat para ustad yg hadir tertawa bersama,

"Wahh beneran Kopii!!", ucap ustad Asep.. 

" Biar ilang nut - nutannya". Sahut ustad Boim yg melihat ustad UBay terbangun dari nut nutannya.

Mungkin ustad Fian sudah tahu bila forum ini mulai kehilangan fokus, ada yg mengobrol ada pula yg mengantuk, ia juga tahu penyampaiannya tak sehebat Kyai Basri. Ia mengajak para guru untuk ngopi sejenak, sambil melanjutkan pembahasan.

Roy melihat Ustazah Ayni bangkit berdiri dari majlis ini dengan gemulainya, ia terlihat ayu memakai Niqab itu berjalan keluar setelah menerima perintah dari ustad Fian.

Alih - alih seharusnya melanjutkan mendengar ceramah gurunya itu, Roy ikut berdiri menyusul ustazah nya sekitar tiga menit ustazah Ayni keluar, ia izin untuk meregangkan otot setelah agak lelah ddngan acara Qurban tadi, membuat kopi dan beralasan udut Diluar sambil membawa syamsu dan korek apinya. 

Tak disangka, setelah Roy keluar, malah banyak para ustad yg ikut keluar, sambil tersenyum Roy menyalakan Rokok di pipir gedung Ria'yah ini disusul dengan ustad 2 yg lain. Ustad UBay yg memang ngantuk ikut menyalakan Rokok sambil meregangkan ototnya, 

"Uhh ngantukk" ucapnya disusul senyuman ustad Boim, "kalo mau tidur knapa ga dirumah aja ?" ucapnya.

"Hmm.. Kan biasanya kalo kiyai yg ngisi semanget tad, ini mah ngantuk".

"" sama aja" ucap ustad Boim. 

"Kapan sih mudir datang" tanyanya lagi.

"10 hari lagi".

Terlihat istrinya dan ustazah ipah ikut keluar untuk membuatkan kopi suaminya masing2, mereka pun sama terlihat menawan dengan penampilan cadar hitamnya,

"Kakiku kram tad" ucap ustad UBay.

"Kebanyakan makin daging itu mah" timpal Roy.. "E hati - hati panas, antum masih bujang, bahaya kalo tiba2 panas "..

" hahahaha"

"Enak yah dibuatin kopi sama para istri, kita mah ngga ustad Ubay", ucap Roy lagi.

" mangkanaya.. Cepet2 lah nikah, kalo bgini kan saya bilang.. Derita elu", ucap ustad Boim ke Roy sambil tertawa.

"Roy kayaknya jadi tuh tad sama ustazah anies" ucap ustad UBay.

"" yaah kalo mau jadi bisa aja, cuman kalo mau, harus bawa orang tuanya langsung ngelamar, kalo pake acara pacaran, saya hajar langsung, bisa2 kitab munjid ngelayang nih",

"Hahahaha.. Tuh dengerin tad"

"Santai Stad Ubay.. Santai stad Boim.. Kalo yg akan datang pasti datang.. Tunggu waktu".

" Pede banget kamu, kaya si anies mau aja"

"Hahahaha"

Semua tertawa lepas, sampai - sampai ustad boim memberi isyarat berbisik agar tidak terlalu berisik sehingga terdengar ke dalam pengajian, 

"Yuk masuk.. Ga enak kalo kelamaan" ajak ustad Boim. Mereka melihat dua ustazah membawa kopi masuk kedalam majlis pengajian, namun tidak melihat ustazah ayni yg menghantar kopi itu untuk suaminya. Padahal Ayni terlebih dahulu yg keluar. "Duluan deh tad, nanggung" ucap Roy memegang samsunya yg masih nyala setengah batang.

_-_____

Beda dengan ustad - ustad lainnya setelah benerapa menit meregangkan ototnya, satu persatu mereka kembali ke pengajian itu, terlebih lagi ustad Boim dan ustad Juned sudah mendapat kopi dari masing2 istri mereka, namun hanya ustad Fian yg belum mendapat kopinya.

Suara ceramah ustad Fian masih menggema disekitar pesantren, angin dingin malam itu begitu menusuk setiap badan yg merasakannya, itulah alasannya para ustazah disamping memakai jaket mereka memakai Niqob untuk melindungi wajahnya dari siraman angin dingin juga embun yg menusuk pagi itu.

Roy pergi ke dapur Ri'ayah untuk membuat teh panas menghangatkan dirinya. Ia pergi sambil menggesek gesekan tangannya menuju dapur, setelah sampai disana, tak ada siapa2. 

Kemana ustazah, pikir Roy..
Roy masih menggesek gesekan kedua telapak tangannya berpasangan untuk menghangatkan diri sambil bertanya

Ia mulai mengambil cangkir dan teh celup selanjutnya menuangkan air panas dari termos berwarna biru itu, "clek clek clek". 

Terdengar suara plastik yg mendekati beriringan dengan suara air panas yg ia alirkan dari termos biru itu kedalam cangkir tehnya.

"Loh..?" terdengar suara ustazah Ayni dari belakang, 

Roy mengenal suara itu, ia sedikit kaget namun tersenyum..

" ustazah", ucapnya pelan masih menuangkan air panas itu ke cangkir.

"" Kamu ngapain disini ?"..

"Pengen bikin teh, ngangetin badan "..

" Mau angetin badan apa pengen ketemu aku"

"Dua - duanya" bisik Roy.

Roy menaruh termos itu dan melihat kebelakang, ia melihat istri gurunya itu terlihat anggun dengan cadar hitamnya,

" Ustazah kemana, perasaan keluarnya duluan?",

Sambil tersenyum ke arah pemuda itu ustazah menaruh beberapa bungkus kopi yg dibawanya, ia melihat Roy terlihat sangat dominan dengan kemeja fit size warna putihnya, badan kekarnya terlihat, suara cowoknya meraung mengisi ruangan didapur ini.

Meski bersuara pelan, ia terdengar lebih cowok daripada suara pak ustad yg sedang ceramah memakai pengeras suara itu.

"Pak ustad seneng luwak, aku liat ga da luak disini, mangkanya aku kedapur kantin tadi.. Nih baru ketemu".

Roy memperhatikan ustazah mulai membuat kopi, ia terlihat lebih segar dan terlihat anggun dari biasanya memakai cadar hitam itu.

Jangan liat - liat" ucap ustazah yg sadar diperhatikan dirinya, tak ada siapa2 disini, itulah yg membuatnya bahaya. ia melihat wajah ustazah tertutup dengan cadar itu.. Roy mulai mendekatinya..

" Kejadian tadi pagi ga boleh terulang" ucap ustazah. yg bersuara dibalik cadarnya.

"masa"".. Jawab Roy meremas pantat nungging itu, shhhh, terasa empuk..

"Iyah.. Jangan lagi"

Kontol Roy ngaceng, ia malah remas lagi pantat nungging itu menoel cetakan memek dari belakang di balik cadar hitam itu..

"Sekali lagi juga ga boleh?" ucap Roy meremas pelan pantat nungging itu.

"Ngga boleh" Bisik ustazah membiarkan tangan nakal itu meremas - remas pantat empuknya sambil sesekali memejamkan mata.

"Kamu kenapa ga ikut pengajian suamiku?" tanya ustazah pelan membiarkan tangan Roy mengangkat bawah niqobnya ke atas.

"Bosen" ucap Roy mengelus paha putih mulusnya.

"Koq Bosen?" tanyanya pelan, ustazah merasakan tangan nakalnya menjalar dari paha ke pantatnya.

"Ceramah suami ustazah nge bosenin" Roy remas daging pipi pantatnya yg montok itu, dua2nya berdesis nikmat.. Shhh..

Ustazah tersenyum, seharusnya dia menasehati muridnya yg cuek dengan ceramah suaminya, bilang bosen, tak peduli dengan ceramah suaminya, 

" Ga sopan.. Terus kamu mau disini aja, ga masuk ?",

"Ngga... Aku pengen dihibur ustazah aja disini". Ucap Roy cuek..

" Anak nakal.." ucap ustazah. "Kamu tau ceramah nya tentang apa ?".. Ucap ustazah.

"Mengontol hawa nafsu" ucap Roy.

"Apa ?" tanya ustazah sambil tersenyum, ia harus mengoreksi ucapan muridnya itu, ia yakin bahwa ceramah suaminya adalah mengontrol hawa nafsu, bukan yg diucapkan lelaki ini.

"Ustazah denger" ucap Roy singkat ambil semakin keras memijit mijit pipi pantatnya yg montok, terasa cangcutnya kekecilan untuk pantat semontok ini.

"Shh anak nakal" ucap ustazah lagi menggoyang goyang pantatnya... Pelan dan pelan membiarkan remasan lelaki alpha ini.

" Slekk" Roy membuka penutup wajah cadarnya, wajah cantiknya terlihat, Roy menjilat bibirnya dengan sekali jilatan, Merasakan basah bibir istri ustad nya ini.

"hmmm" 

Bahkan adukan kopi untuk pak ustad sudah tak fokus.

Suara pak ustad masih menggema meneruskan pengajian tentang hawa nafsu itu, diplesetkan oleh pemuda ini.

Roy membimbing tangan kiri ustazah menyentuh tenda kontolnya, terasa tebal dan panjang benda itu, ustazah memijit tenda kontol itu dengan jari telunjuk dan jari jempolnya.

berulang ulang kali menguji panjang dan tebalnya, Roy berdesis merasakan pijitan jari ustazah itu dikontolnya,

"Coba di ulang" 

"Ngulang apa ?",

Suaminya ceramah apa ?'_ ucap Roy agar ustazah mengulang ceramah suaminya itu.

"Tentaang.." bisik ustazah manja tak meneruskan jawabnnya

"Tentang apa.. Ustazah pasti denger".

"Nakal.." ucapnya lagi

"Coba ulang"

"Aku ga bakal ngulang ucapan nakal itu Roy" ucap ustazah, tidak saat suara suaminya masih terdengar sekarang pikir ustazah. Ia masih memijit mijit tenda kontol itu.." Roy membuka sarungnya membimbing tangan kiri ustazah
memegang kontol telanjangnya, Shhh.. Diiringi desisan terasa panas benda itu ditelapak tangan halusnya.. bahkan keempat jarinya tak sampai bertemu dengan jempolnya, betapa besar diameter pejantan gagah ini pikir ustazah. Harusnya dilepas genggaman besar itu, ustazah malah meremasnya sekali..

"Shhhh ulang pak ustad ceramah apa?"

Ustazah tak bisa menolak pejantan alpha ini, sambil berbisik dia bilang "Mengontol hawa nafsu". Ucapnya pelan,

" Apa ?" tanya Roy lagi

Ustazah lebih mencengkramkan genggaman kontolnya..

"Mengontol hawa nafsu" ucapnya, sambil ia Kocok kontolnya sekali dengan gerakan cepat, tepat saat menyebut kalimat itu dengan suara lebih kencang.

"Ahhh shhhh"..

Dikocok kocok.. Di kocok - kocok.. Dikocok - kocok... , 

ah ah ahh

"Trus ini gimana ?" bisik ustazah mengangkat kopi suaminya, 

Ia raih tangan kanan ustazah yg memegang cangkir itu, ia tempelkan cangkir kopi itu menyentuh pinggiran kontolnya, ia gesek - gesekan dengan nakalnya perlahan - lahan..

.. "Kasih ke dia, terus temuin Aku di bale",

Kamu ga mau nerusin hadir ceramah suami aku Roy" Ucapnya Melihat gesekan kontol Gede itu dicangkir suaminya.

"Boring... Ngebosenin ngedengerin ceramah dari orang lembek" ucapnya cuek.

" ih Bandel.. Ini cangkir pak ustad" bisik ustazah saat melihat cangkir itu terus menerus digesekan ke kontol nya.

"Biar anget" ucap Roy , memang ia semakin berani. Ia menunjukan lebih superior dibanding suaminya, setidaknya, ia memiliki wewenang untuk meniduri istrinya, 

Sedangkan ustazah sendiri tak bisa menolak pejantan alpha ini. Saat menggenggam kontol panjang gede itu, pria jantan ini, seperti yg punya wilayah, bahkan melewati wilayah kuasa suaminya.

"Kamu yg punya wewenang" ucap ustazah manja sambil menurunkan pelan2 bawah niqabnya yg tersingkap, menggoyang pantatnya manja.

Ia merapihkan niqobnya dengan menutup wajahnya kembali dengan penutup cadar itu. Dan pergi ke suaminya.

Dapur ini memang terhalang lemari besar, sehingga mereka berani tadi, namun nampaknya... sudah tak ada yg mesti dicurigakan lagi.. Karena ustazah Ayni sudah keluar menuju majlis, disusul Roy beranjak menuju Bale samping. 

Dengan mata elang yg tertutup cadar itu Ustazah sempat memperhatikannya pergi ke bale itu.

Ia pergi membawa cangkir kopi untuk suaminya. Cangkir yg sudah digesek - gesekan oleh kontol pejantan itu.

Ustazah sempat tidak yakin bila pak ustad mengizinkannya keluar lagi setelah mengantar cangkir ini. Karena ia sangat ingin ditemani istrinya bila mengaji seperti ini, tentu suaminya ingin istrinya menjadi istri sholehah, bukan mengocok kontol gede pejantan yg sudah mengambil alih kuasa suaminya. Bahkan mengambil alih istrinya. Roy seperti sudah menandai daerah kekuasaannya dicangkir itu, ia tak habis pikir, bagaimana cangkir ini dipegang suaminya itu. Putingnya mengeras, ia ingin segera menemani pejantan alpha dengan kontol kerasnya itu, bukan menemani suaminya ceramah.

Saat masuk kedalam, ustad Fian terlihat sedikit murung dengan lamanya durasi pembuatan kopi itu, ustad Fian berhenti sejenak dari tausyiahnya, ustazah berbisik, luwaknya baru ada.. Tadi nyari dulu".

Pengajian dihentikan sebentar, ia menawari kopi itu ke para guru yg hadir, ia mengangkat cangkir itu ditepian gelasnya, tepat diwilayah Roy menandai daerah kekuasaannya. 

Saat digesek - gesek tadi..

Ustazah duduk disamping suaminya sambil melihatnya menyeruput luak itu, ustazah tidak yakin bila ia diizinkan keluar lagi, ia ingin tahu, bila menyebut nama Roy apa yakin ia bisa melarangnya.

Sambil melihat para ustad yg ikut berisirahat, ustazah kembali berbisik dikuping suaminya..

"Abi.. mau keluar lagi", 

Seperti dugaan, suaminya langsung murung..

"Buat apa?".. sudah lama ia ditinggalkan membuat kopi itu, ia ingin istri nya tetap disini menemaninya. ngapain lagi?". Ucap suaminya lagi.

Kemudian ustazah menyebut satu nama dikuping suaminya, 'Roy.... " bisik ustazah.. "mau Kopi.."..bisiknya.

Saat menyebut nama itu, ustad Fian mengiyakan , ia merasa tak enak bila menolak keinginan lelaki yg sekarang memiliki wewenang di rumahnya itu. Meski ia ingin ditemani istrinya,, namun karena pria itu yg meminta, meminta istrinya itu untuk membuat kopi untuknya, pak ustad tak menolak.

"I-iya u- dah" Ucap suaminya terbata - bata agak terpaksa namun tak berani menolak. Roy menjadi pria yg dihormati sekarang, suaminya pun tak berani melarang.

Saat melihat gelagat suaminya itu ustazah pergi meninggalkan majlis itu sambil sedikit,

Sikap suaminya itu menunjukan, bahwa pejantan alpha itu lebih superior dibanding suaminya. Roy menunjukan supremasinya. Pejantan itu Lebih berwenang Saat suaminya tak berani melarangnya. pejantan itu menunggunya di bale, ingin meng klaim wilayah kekuasaannya... Istri ustadnya sendiri.

Ahh putingnya mengeras menghampiriLaki itu.

_-____

Dengan cahaya bulan seadanya Roy melihat ustazah yg memakai cadar itu berhenti sambil berdiri didepannya, dengan puting mengeras, ustazah melihat pejantan itu mengocok ngocok kontolnya.. Sambil melihatnya

Ceramah suaminya masih menggema lewat pengeras suara sampai ke bale ini, "Aneh, pas nyebut nama kamu, pak ustad ga berani ngelarang?", ucap ustazah menghampiri dan melepas penutup cadar wajahnya,

Saat menghampirinya, Roy memegang pahanya dan mengangkat Rok cadar itu ke atas....

Ia menelanjangi paha dan betis mulusnya, terus keatas sampai menelanjangi bool montoknya yg dibungkus cangcut ungu yg sangat kecil.

"Kamu emang yg punya kuasa Roy.." ucap ustazah pelan dan berbisik manja, "Suami aku ga berani NGelarang".

Roy menyentuh paha mulusnya perlahan ia usap sampai meremas bool montoknya "Ngatain suami aku lembek... nyuruh aku bilang... ngontolin hawa nafsu" bisiknya saat mengucap kalimat terakhir itu, 

Roy menciumi cangcut ungu yg mungil membungkus memek Milfy itu, 

Ahhh shhh, 

Ia berdesis saat Roy menghirupnya dalam - dalam. wanginya yg menggairahkan itu masuk ke hidung Roy kontolnya ssmakin keras. Ustazah memegang rambut Roy, "ngerubah ceramah suami aku.. Jadi ngontolin ha- wa naf-su ahhhh" 

lanjut ustazah terbata - bata berbisik menahan serangan ciuman. Roy buka sarungnya, kontolnya yg sudah ngaceng maksimal itu dipegang langsung oleh istri ustadnya inih, "kamu mau ngontolin hawa nafsu kamu Roy.. Pake kontol ini" ucapnya sudah berani vulgar sambil melihat keempat jarinya tak bertemu dengan jari jempolnya, tangannya tak cukup muat menggenggam kontol itu. "Ini kegedean" ucapnya sambil tak memperdulikan suara ceramah suaminya lagi yg masih menggema disekitar bale ini..

Ahh ahhh shhh. 

Roy membuka pinggiran celana dalam istri ustadnya ini, Desisnya manja saat lidah Roy menjilat memek tembem itu, ustazah terus mengocok ngocok kontol gede itu, "

"Ahh.." giliran Roy mendesis sangat semakin keras cengkaraman jari - jari ustazah, jari - jari ustazah itu tidak sanggup melingkari diameter pejantan ini. "

"Yuk Ke dalem" ajak Roy mengajak ustazah masuk ke dalam.

Mereka melepaskan genggamannya masing - masing diluar bale yg gelap itu, suasana pesantren di jam sepagi amat hening, justru di jam seperti ini puncaknya anak2 santri sangat terlelap dari tidurnya, hanya terdengar suara ceramah ustad Fian, namun tidak dengan dirinya menghibur pejantan ini, 

Sesudah mengunci pintu bale, Roy tiduran membuka sarungnya, dibawah cahaya lampu petromak yg menempel itu, terlihat kontol Roy yg ngacung berdiri menantang istri ustadnya yg berdiri memakai Niqob itu.

"Mengindari nafsu itu memang tidak bisa, tapi bisa hanya dengan cara dikendalikan dan dikontrol" ucap suaminya masih berceramah dengan tema yg sama.

"DiKontolin" bisik Roy,

Seharusnya, ustazah harus mengoreksi ucapan lelaki ini, karena jelas ucapan suaminya adalah di "Kontrol" bukan "dikontolin", Namun bukannya mengoreksi ia malah tersenyum sambil membuka sleting cadarnya kebawah.

"Kamu yg punya wilayah".." ucap ustazah menurunkan sleting itu kebawah kebawah menelanjangi belahan susu montok putih mulus dengan warna bra hitam "Dia ga berani ngelarang' ucapnya sambil melebarkan bukaan cadar itu " Kamu mau mengklaim kekuasaan kamu lagi Roy" ucapnya lagi saat memperlihatkan bagian dada yg terbuka lebar itu, dengan jilbab hitam yg masih menempel dikepalanya, betapa montok toge mulus putih itu. 

",Sini ustazah..!!

"Ia duduk didepan kontolnya, ia tak perduli ceramah suaminya, karena suaminya itu menghormati lelaki alpha ini,, ia pegang kontolnya..

Shhhh..shhh..
Ustazah mengapitkan bahunya agar payudaranya lebih membusung didepan kontol Roy ini, ia buka kaitan behanya, togenya bergetar didepan kontol lelaki alpha ini saat beha hitam itu terlepas. payudara ini terlihat pas ukurannya dengan ukuran kontol Roy yg gede.. Dibanding ukuran suaminya yg terlihat seperti pensil.

"Yang antum lakuin itu jahat", ucap ustazah manja sambil mengucapkan istilah dian sastro itu dengan menyentuhkan toketnya dengan kontol Roy.

" ustazah cantik pake cadar" ucap Roy memuji kesayangan ustadnya ini. Ia genggam kontol itu ia kocok perlahan..

"Aku pake cadar supaya bisa nutupin rasa dingin... Bukan dikontolinn nafsu kamu" ia buka mulutnya lebar - lebar, ia masukan kepala kontol itu kedalam..

"Ahhhhhh"

Ahhh.. Roy mendesis nikmat saat kepala batangnya mulai basah...

Dengan sendirinya... ludah ustazah yg nakal itu dengan Liar mengalir kebawah membanjiri batangnya kontolnya yg berurat,

Lidahnya mulai bermain disekitar lipatan kontol, membuat Roy tak bisa menahan sehingga kelojotan dan bergetar getar

Akhh akhh akhhh.

Dalem.. Dalem.. Dalem.." 
perintah Roy agar memasukan kontolnya lebih dalam,

saat itu perlahan ustazah memasukan kontol itu lebih hanya sampai 1/4 dari batangnya yg masuk menyentuh tenggorokannya, Roy menjerit nikmat

"Dalem.. Dalem.. Dalemmm" perintah nya lagi,

akhhhhhhh, 

hampir setengah batang kontol itu masuk, ustazah berdahak sambil matanya mulai berair, uhuk uhukk akhhh shhhhhh..

"Makin pinterrr"
 Puji Roy..

"kontinya kegedean.. " ucap ustazah " Mulutnya ga muat " bisiknya lagi.

" Yg kamu lakuin itu jahat" ucapnya mengocok ngocok kontol basah itu sambil tajam menatap Roy..

"Kamu ngegesek gesekin barang ini ke cangkirnya pak ustad".. bisiknya manja . Lick.. Lick.. Lick.. ..ustazah menjilat jilat lubang kencingnya, " Jahat banget iniihh"masih menjilat lubang kencing itu eksotis dan memasukan kembali batang itu ke dalam, 

shhhhh.. Kembali Roy merasa Linu,

Pakaian cadar ustazahnya itu bergetar - getar sesuai dengan liukan mulutnya dibatang kontolnya.

Ustazah merasa mulutnya pegal bila mengoral pejantan ini, karena ia harus membuka mulutnya lebar - lebar memasukan batang jumbo ini kedalam, bahkan Roy sengaja menusuk nusuk batang itu memaksa masuk lebih dalam ke mulut kecilnya,

Akhh jahatnya pria ini.. Suamiku saja tak pernah memakaiku seperti ini, ucap ustazah dalam hati.

"Aku pake cadar begini bukan buat nyepongin kamu.. Cuhh" ucap ustazah meludahi batang itu lagi kemudian ia kocok kocok..

Shhhhh ahhh.

Ustazah
 apitkan batang itu ditengah- tengah susunya, "Apalagi ngejepit kamu kaya gini" 

Slekk slekk slekk.. 
Suara kontol besarnya naik turun ditogenya mulusnya itu.. "Ga boleh ituu" ucap ustazah masih menjepit batang kontol itu..

Slekk slekk slekkk.. Karena saking basahnya ludah istri ustadnya itu melumuri batang kontolnya, membuat suara jepitan itu terdrngar seksi.

"
Cuhh" lagi ustazah meludahi batang itu
..akhhhhh. Roy merasa nikmat terkira saat batang kontolnya semakin basah. 

Roy entot mulutnya kembali.. ustazah mulai membuka cangcut mungilnya itu sambil mengokop batang Roy..,

Setelah terbuka, Ustazah menunggingkan pantatnya.. Agar pantat montoknya ini bisa dilihat oleh pejantan alpha ini..

Roy bisa melihat bool seksi itu dari depan, baju hitam cadarnya sudah acak - acakan, setelah hampir sepuluh menit ustazah mengoral batang gagah itu, ustazah berbalik arah membelakangi Roy,

Ia tunjukan pipi pantat seksinya sambil duduk, ia memperlihatkan membuka lebar2 pipi pantatnya, sehingga belahan memeknya dari belakang itu terlihat..

"Mau masuk lagi Roy.. Ngontolin...." ucap ustazah sayu " kamu mau meng klaim wilayah kekuasaan kamu.. Hmmm ?"ucapnya manja dan sayu..

Roy membawa pantat itu agar menduduki batang kontolnya.. Mata ustazah sangat sayu.. "Kamu yg punya kuasa Roy" ucapnya sayu saat batang kontol itu menempel digerbang memeknya " Tapi inget.." ucap nya lagi.. "Kata pak ustad,... kalo ngelepas nafsu itu pelan pelan..jangan sekaligus" ustazah berdirikan kontol Roy itu sejajar dengan belahan memeknya, ia masukan pelan2, "ahhh.. Tahan Roy" ia berhenti sejenak, kemudian centi demi centi ia turunkan memeknya kebawah merasakan gedenya kontol itu masuk kebawah "aaaahhhhh.. Ceramah suami aku benerrr, enak bgt inihh shhhhhh"

Ahh ahh ahhhh.. Gede ahh ahh shh shh dalem bangett ahh ahh shhhh

Sempit dan legit memek istri ustadnya ini. Kontolnya melewati titik yg TAK pernah diraih suaminya,

uhhhhh... 
Plok plok plok plok plok..
Plok plok plok plokokkk..


Buat ustazah sendiri tidak butuh waktu lama untuk meraih orgasme pertamanya, setelah hampir lima menit berceracau pedas mengulek batang panjang itu, ua menaruh kedua tangannya kebelakang.. Atau lebih tepatnya, menaruh kedua tangannya di dadanya sebagai tempat bertumpu, saat tubuhnya bergetar - getar merasakan nikmat digoyang pejantan ini. Ohh goodness.. Bahkan Roy baru mulai.

Ustad Fian masih menggema dengan tausyaihnya, Roy memompa memek istrinya lagi dan lagi meski sudah orgasme tadi.

Mungkin suaminya tak sadar, bahwa hampir setengah jam istri nya tak ada, apa iya membuat kopi selama ini, mungkin langsung pulang kerumah pikir pak ustad tanpa ingin mengganggu keinginan Pria tadi.

Roy sibuk meremas remas toket istrinya dari belakang saat merasakan tubuhnya bergetar dari orgasme pertamanya, diluar memang dingin, namun tidak didalam bale sederhana ini.

Roy membalikan tubuh ustazah, ia raup susu montoknya, menyedotnya bergantian, sambil memasukan kembali batang kontol yg masih keras itu kedalam,
shhh auww... koq masih keras aja sih" ucap ustazah manja saat merasakan kontol itu menghujam kembali kedalam,

"ahhh Roy.. Shhh Roy... ahhh enak enak shh shhh", 

Plok plok plok plokkk

Semakin kesini, Roy semakin mempercepat hujamannya, Dan semakin cepat..

Ahhhhhhhh plokplokplokplokplojokkplokkkk ahhhh plokplokplokplokplojokk ahhhhhh.plok plok plok plokkkk..

Ada kesenangan tersendiri saat Roy melihat ustazah meringis kenikmatan seperti itu, nikmat ia mengacak - acak memek gurunya ini, ustazah pasrah dengan kelakuan lelaki penguasa ini. Ia menjerit tak karuan, ia takjub dengan staminanya, tak henti2 mengentoti memeknya dengan tempo cepat seperti itu, membuat ustazah mabuk kepayang kembali dengan orgasMe keduanya.

Roy teguk ludah ustazah saat menciuminya, begitu pula ustazah meneguk ludah pemuda ini sambil mengesek toket montoknya, kemaskulinan pemuda ini membuat ustazah pasrah.. Masih mendengar cerocos pak ustad yg sudah tak jelas dikuping mereka ini, Roy kembali mengayuh batangnya, sangat basah disana, ustazah melihat kontol itu keluar masuk menindihnya, akan merasa lucu bila nanti penis suaminya yg seperti pencil itu memasuki dirinya, mungkin akan terasa geli pikir ustazah nakal.

" crot ustazah" ucap Roy.. saat mengontoli memeknya.

"Dimana?"

"Didalem" 

Ahh nakal sekali pemuda ini, benar benar mau mengambil wilayah kekuasaannya, MAU nge crot didalem memek istri ustadnya SENDIRI..

"Shhhh kamu yg punya wilayah" ucap ustazah.

ahhh crett crettt cretttt akhhhhh gawddd shhhhhhhhhhhh"

"Uhhhh banyak banget"
 ucap nya saat merasakan cipratan demi cipratan peju lelaki ini kedalam..

"Shhhh ahhhhhh"
Mereka saling mencium..

"2:1.".

Ucap ustazah sambil tersenyum .

Roy langsung melihat Jam dihapenya, sudah hampir pukul 4 lewat, sebentar lagi pengajian selesai disusul dengan program subuh berjamaah.

" Antum ga khoir.. Cepetan pake baju" ucap ustazah sambil tersenyum saat sadar sebentar lagi subuh.

Tubuh telanjangnya penuh dengan keringat dan basah dari ludah Roy, ia memakai cadarnya serapih mungkin, menutupi ludah itu. mereka tersenyum dan berciuman terlebih dahulu sebelum pergi.

Sampai di Majlis, hampir mau selesai. Pengajian ini sudah diadakannya sesi tanya jawab. Awalnya Ustad Fian menyangka istrinya sudah pulang kerumah, namun ternyata masuk, entah kenapa Ust Fian tidak bertanya atau mungkin sungkan karena dibelakang ada Roy yg membawa Kopi. Benar istrinya membuatkan kopi untuk Roy pikirnya. Mungkin lama karena Roy ingin kopi yg lain seperti dirinya sebagaimana tadi.

Saat duduk.. Roy melihat cangkir Putih itu.. Ia juga melihat ustazah duduk disamping suaminya, mungkin peju kentalnya masih mengalir dipahanya, juga bau ludah disekujur tubuhnya, ia berniat pulang, begitu pula ustazah, ia ingin mandi besar.

Mereka menyelesaikan pengajian ba'da tahajjud itu dilanjutkan dengan subuh berjama'ah. What a night.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"