Langsung ke konten utama

Chapter 26 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)


Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)  

Chapter 26:

Different Town.. Different Story.. (Part 2)

 

 

Ada dari lima menit yg lalu, aku sudah kehilangan fokus apa yg dibicarakan Ustad Ali Semenjak berangkat tadi, Ustad Ali membicarakan banyak Hal selama perjalanan Ke Rumah Kardi, terutama tentang rencananya membangun majlis Pengajian.
Awalnya aku Fokus apa yg dibicarakan, namun saat mengingat pantat bulat gede milik istrinya dirumah tadi itu aku hilang fokus, pantat ustazah mengalihkan perhatianku. 

Memang semenjak beberapa bulan yg lalu saat aku curhat bersama ustazah mengenai kasus Hendra dan Tono itu, aku sudah tidak pernah "Curhat" lagi dengannya, Tentu yg di maksud Curhat Dalam tanda kutip itu melihat pantat bulat montoknya secara telanjang,

Pantat nonggeng itu terlihat yg paling terindah dari yg lainnya....

Too Risky.. Terlalu beresiko bila aku nekat melakukannya lagi, mengingat posisi ustazah yg dimata khalayak, dan posisinya sebagai seorang istri Ustad yg sangat dihormati orang banyak.

Mungkin Sekarang Ustad Ali sudah semakin terhormat posisinya, sudah semakin dikenal masyarakat banyak. Jadwalnya membimbing Umroh ke tanah suci itu mungkin hampir setiap tiga bulan sekali. Karena ia sangat dipercaya oleh banyak orang ingin di bimbing lagi olehnya. 

Ditambah lagi, belum ada dua bulan yg lalu Ustazah juga pernah ikut Umroh ke tanah suci bareng suaminya untuk membimbing jama"ah yg di bimbingnya. Kadang ustazah memanh sering ikut, meskipun tidak sesering suaminya, ia pernah dpanggil Bu haji, tapi ia tidak pernah mau.

Mengingat posisinya yg semakin terhormat itu, Too Risky Bukan ?, Too Risky bila aku ingin melihat pantat telanjangnya lagi. Meski memang, percikan nafsu itu tak pernah padam. Dan aku kangen meski Ustazah berusaha untuk tidak pernah mengungkitnya lagi bila kami bertemu.

"Bener Ga yan... Yann... Ryann!!!" Ucap Ustad Ali membuyarkan lamunanku,

"Ehh.. Iy- ya Tadz,Bener",

" Apa?'"

"Apa apa tadz",

" Hahaha".. Ustad tertawa 'Antum itu Yan, ngelamunin Apaan , ana ngomong segitu panjangnya ga denger..",

"Tentang majlis pengajian kan?",

" itu sih omongan yg udah jauh, waahh pingin kawin lagi ini mah romannya" Ucap Ustad Sambil tertawa.

"Hehee.. Maaf tadz, saya fokus ke jalan", Ucapku bohong.

Eh, tuh dateng" Ucapnya Saat sudah ada didepan bengkel motornya Kardi.
Aku simpan pikiranku mengenai istrinya yg nonggeng itu sebentar..

Saat sudah didepan... Sangat Ramai Kulihat bengkel itu. Pemiliknya memang sudah sibuk dengan kegiatan masing - masing, Teh Lilis Sudah sibuk dengan usaha sanggar senamnya, Kardi sudah terlalu sibuk dengan Order Besinya juga lumayan sibuk bekerja diproyekku, kini bengkel itu dijaga oleh pemuda bernama Haris yg berasal dari garut. Pemuda itu merupakan sodara dari Kardi sendiri.

Saat kami berhenti didepan bengkel motornya, Haris menghampiri kami, "Pak Ryan, kumaha damang ? (Gimana kabarnya sehat?), mau ketemu siapa?,

" Mang Kardi ada didalam Ris ?",

"Oh ada Pak, lagi oprek mobil Pak Ryan didalem",

" Oke.. Kita masuk dulu ya?"
"Mangga (Silahkan) Pak Ryan, Pak Ustad",
Kami beranjak menuju kedalam,

Maju yah sekarang usahanya Kardi",

"Alhamdulillah Tadz.. Yah, kalo istrinya lagi gencar2 promo malah, promo sanggar senamnya",

Yang Punya Teh Lilis ?",

"Iya, minggu kemarin saya bantuin promosinya, nyebarin Brosur, sampe datang ke ibu2 yg kerja di pemda"

"Rame dong sekarang".

Alhamdulillah Tad, Kalo di undang mah dateng",

Syukurlah, saya seneng ngeliat orang usahanya gigih gitu",

'Itu Juga karena Teh Lilis aja yg minta bantuan, Kalo yg lain mungkin ga bakal bisa, Teh Lilis kan udah bukan siapa siapa lagi.. Eh tu Dia", Ucapku menunjuk Kardi yg sedang nongkrong di atas double cabin itu.

Sesuai Janji, tiga lampu tembak yg berjejer itu sudah di pasang. Mobil juga sudah sangat bersih terlihat sehabis dicuci. Kami semua turun untuk memastikan.

Kerangka besi yg disusun Rapih di atas double cabin itu pada dasarnya dibuat agar bisa dijadikan tempat tidur. Tempat istirahat sementara bila sedang dalam perjalanan jauh. Karena bila kita sudah terjebak di daerah "Middle Of Nowhere", ditengah - tengah tak berpenghuni, jauh dari peradaban. Tak ada Hotel, tak ada rumah yg bisa disinggahi, Tempat istirahat itulah yg bisa di andalkan.

Didalamnya sudah disiapkan kasur lipat, selimut, dispenser, juga makanan cepat saji. Bahkan semisalnya... Dunia ini terjadi Zombie Apocalypse, mirip Resident Devil.. Kita merasa aman di atas mobil itu ( Kemakan Hollywood ).

Tapi intinya, fungsinya akan sangat banyak. Mengingat Pak Suprapto juga mengajak pada Waktu Sore hari menuju pesantren, otomatis pasti akan bermalam disana, dua double cabin ini sudah dimodif sedemikian Rupa agar bisa ditiduri minimal 4-5 orang didalamnya.

Tinggal beli terpalnya nih, atau tenda" Ucap Ustad Ali merasa senang melihat modifikasi saung dadakan itu.

"Kalo tenda pasti saya sedia Tadz, saya mau ke kota ambil Tenda Camping yg udah saya pesan, tapi kalo buat double cabin ini, lebih baik pake Terpal tadz, buat nutupin keseluruhan, saya juga sudah ukur berapa meter ukuran terpalnya agar pass modifikasi kerangka ".

oooh iyah.." Ucapnya sambil berputar mengelilingi mobil itu, matanya tajam seperti menganalisa sesuatu, sampai akhirnya ia bilang "Ini nanti gimana naiknya ini?" tanya Pak Ustad.

"Maksudnya Tadz?",

Ini nanti pas tempat tidurnya udah rapih, lewat mana naiknya, manjat ?",

"Hahahaha kaya Coboy tadz ga apa" Jawab Kardi.

"" Ah Becanda antum, masa kita kudu gelantungan kaya Uwa ( istilah Monyet ).. Kasih tangga ah",

"Tadinya mau kasih saya tangga tadz, tapi waktunya ga mungkin bisa",

Gini Aja Kar, " Ucapkuu sambil memegang akar besi yg tertancap dibawah sampai ke atas itu" Bikin Pijakan Sederhana aja, empat langkah, Dari bawah INI sample ke atas, ga mesti makan waktu banyak buat ngebuatnya paling nanti sore selesei..

"Ohh.. Siapp Boss, kalo itu bisa..",

Iya, yg lainnya udah oke, tinggal tangga sederhana itu aja" Ucap Ustad, "Terpalnya udah siap kan Yan?",

Siang ini saya Ambil tadz",

"Ya sudah, yuk, kita briefing dulu, jama'ah pasti udah nunggu" Ajaknya.

'Jangan lupa Kar, Sederhana aja pijakannya, yg penting berfungsi, saya anter pak ustad dulu, sore harus selesei",

"Inshaallah Boss, pasti Jadi Tadz sore ini", Ucap Kardi, berjanji ke kami.

Kami berangkat pagi itu sekitar pukul 10 menuju kantor Travel Umroh.

_-_______ 


Jam sebelas Siang, Pak Ustad Sudah memberi sambutan dan tausyiah kepada jama'ah yg hendak Umroh. Tak tanggung - tanggung, ada 60 Jam'ah yang akan diberangkatkan hari itu. 

Pada dasarnya, mereka semua ingin Ustad Ali yg membimbing mereka, namun karena sudah terlalu banyak daftar antrian Jama',ah yg akan di umrohkan, tak mungkin Ustad Ali bisa membimbing mereka semua, karena Bulan depan ia harus sudah mengantarkan rombongan Umroh yg lainnya. 

Tak sembarangan memang orang seperti pak Ustad Ali ini, begitu dipercayanya ia agar bisa membimbing mereka langsung disana. Namun sayang, tak mungkin pak Ustad bisa tiap Bulan kesana, " Bisa bengkok - bengkok saya Yan kalo tiap bulan kesana, Ini kan ngasuh orang bukan ngasuh kotok (Ayam)" Ucapnya sambil becanda ketika dimobil tadi.

"Ingat bapak ibu semua... Ana ataupun pengurus yg membimbing bapak ibu semua hanyalah Khadim, alias pembantu, kiranya, izin kan kami membantu bapak ibu semua agar bisa membawa bapak ibu semua meraih Umroh yg mabruroh" Jelas Ustad Ali.

"Aamiinn" Ucap Jama'ah Lainnya dengan mimik berharap.

Terlihat betapa terhormatnya Ustad Ali dimata mereka. Ibarat The Raising Star,Ustad Ali lah The Raising Star, ia menjadi bintang yg bersinar sekarang. Jadwal ceramahnya pun sudah sampai keluar pulau. Tak aneh begitu banyak jam'ah yg percaya padanya.

Muncul pesan dari istrinya, "Dimana?, Pak Ustad ada dimana, aku tlepon ga di angkat2?",

Masih Briefing Stazah",

"Bilang Pak ustad, pulangnya jemput si dd sekalian ke sekolah, aku masih sibuk di dapur".

Ok",

Saat ia sudah tak membalasnya, Ustad Ali meng - azankan para jama'ah yg hendak ibadah itu, dan membacakan Doa safar untuk mereka, satu - persatu masuk ke dalam Mobil untuk langsung ke Bandara.

"Ryan..!!!" Ustad Ali melambaikan tangan agar aku menghampirinya. Aku datang ke sisi kursi tempat ia duduk, semua jama'ah Umroh sudah berangkat menuju Bandara untuk segera terbang.

"Ana nanti pulang sama temen ana aja, Antum selesein terpal Mobil aja sekarang, ana masih banyak kerjaan",

Ustad ga mau mampir dulu ke rumah Mang Kardi ?,",

"Ahh, tadi saya liat udah oke, saya percaya rapih, tinggal Antum yg harus kesana selesein terpalnya,",, 

Inshaallah Tadz", Ucapku, saat aku bersalaman dan balik badan, aku balik badan kembali karena ingat dengan pesan istrinya "Oh iya Tadz, Ustazah Sahla Nitip Pesan, katanya minta jemput si aa sekalian dari sekolah kalo pulang",

Ia langsung memeriksa hp nya. Ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dan Pesan masuk dari istrinya " Astagfirullah lupa sekarang udah jam keluarnya si aa".
'Udah ustadz disini aja, masih banyak tamu, biar saya aja yg jemput, mumpung searah",

"Ah gerepotin antum"

"Kaga Tadz, lagian biar Kardi aja yg ambil terpal, nanti saya cek pas udah dipasang aja",

"Makasih Loh... Udah mau anter saya"_

" Bilang Pak Suprapto, kita start dari rumah saya". Lanjutnya lagi.

_-______________

Pak Ustad, masih sibuk dengan kegiatannya di travel, kenapa tidak aku pakai aja kesempatan ini untuk aku bisa ketemu ustazah hari ini. Kesempatan untuk ngobrol ringan dengannya.. sebelum berangkat ke pesantren.

Ahh Dasar orang soleh, ada aja kesempatan untuk berbuat soleh, ucapku dalam hati.
Kardi mengabariku bila terpal itu akan dipasang sekarang, sudah ia ambil tadi. Aku merasa santai, tidak grasa grusu, aku pulang sekalian mampir ke sekolah terlebih dahulu.

Namun setelah sampai disana, sekolah terlihat sudah sepi. Aku pergi ke kantor sekolah untuk memastikan, ternyata ustazah sudah duduk disana, bersama anak semata wayangnya.

"Loh, Kamu yg kesini, kemana Pak Ustad?" Tanya ustazah.

Aku senang melihatnya duduk bersama anaknya, Mamah Hot..

"Justru aku yg disuruh ustazah, suruh jemput kesini",

Ia tertawa, nampaknya ada kesalah pahaman...

Maksud aku, aku nyuruh Pak Ustad Itu sekalian ada keperluan belanja yg harus aku beli sama pak ustad, bukan jemputnya kamu si dd ke sini".

Apapun itu, yg penting gw ketemu sama elu, ucapku dalam hati "Gpp ustazah, Yuk saya antar",

Lagi ia tersenyum, " Sini" ucapnya yg menyuruhku duduk, Suasana kantor sudah sangat ssepi, saat aku mulai duduk didekatnya ia bilang"Ga diperbolehin, ketika suami kerja keluar, laki laki masuk anter istrinya kemana - mana" Ucapnya menasehatiku, " Ada perintahnya juga, hadist yg melarang seorang laki2 masuk kerumah istri ketika suaminya sedang keluar, bisa menyebabkan bayangan yg ga jelas" ucapnya lagi.

Good God, semakin terlarang situaai ini, semakin muncul desir semangat dalam dadaku untuk bisa dekat dengannya. dengan posisinya yg semakin dihormati, reputasinya yg semakin hebat dimata orang banyak, justru ia terlihat lebih Hot dari sebelumnya.

"Kan kita sebagai sesama manusia harus saling Bantu Ustazah" Ucapku beralasan yg membuat ustazah menutup mulutnya,
Ia Tertawa.....

"Udah ahh, aku beli belanjaan dulu untuk nanti sore, " Ucapnya sambil berdiri, dadaku bergemuruh melihat bool pantatnya yg bulat luas itu 

Kamu juga harus istirahat dulu, bakal banyak kegiatan nanti sore" Ucapnya lagi sambil beranjak pergi.

Shit......

Memang banyak kegiatan yg harus aku lakukan sebelum ke Pesantren itu...

Kegiatan yg sangat Banyak Indeed...

_-___________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"