Langsung ke konten utama

Chapter 30 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Ustazah Laila







Ustazah Laila

Lengan Ustazah Laila terlihat indah melengkung keatas memegang spidol ketika ia sedang menulis satu baris lafaz Mahfuzot yg terkenal di kelas Niha'i (Angkatan terakhir) itu, ini adalah angkatan Niha'i. Angkatan terakhir santri yg hendak lulus.

Ia sedang mengajar pagi itu. Sayangnya, memang banyak santri yg malah salah Fokus melihat ibu Kyainya itu menulis. Dude... Terutama santriwan yg banyak sekali nge fans dengan bu Kyai Laila, 

Bukan Hanya keilmuannya, tapi juga kepribadian beliau yg baik kepada santri siapa saja.

Yg menjadikan Nyi Kyai Laila sebagai "Nyawa" pesantren Awwabin karena personalnya yg menyenangkan. Ia tak pernah memandang bulu, siapa santrinya siapa walisantrinya selalu ia ajak bantu bila dalam kesulitan. 

She Is The Soul Of This Boarding School... 

Sikapnya yg ramah, dan memancarkan wanita yg penuh ketegasan, sehingga banyak orang yg menghormatinya.
Memang.. di pesantren Ustazah selalu dipanggil Bu Kyai..

Which Is...

Terlalu Formal bagi sang istri Kyai itu. Ia merasa sedikit nyama bila dipanggil dengan sebutan Nyi Laila. Karena begitulah ia dipanggil oleh Warga sekitar. 

Beda dengan ustazah yg lain, Laila Paling bisa membaur dengan orang - orang Warga sekitar pesantren. Sehingga komunikasi yg baik antara Warga dan pesantren itu berjalan dengan Baik, dan itu bagus untuk perkembangan pesantren. 

Pancaran dirinya yg sangat kharismatik sebagai seorang istri Kyai itu disukai banyak orang. Beliau merasa nyaman membaur dengan mereka, begitu pula Warga sekitar. Karena kedekatan itulah, akan mudah bagi pesantren bila sedang membutuhkan apapun yg mesti dibutuhkan. Ia juga paling Rajin datang ke acara2 yg diadakan warga sekitar, seperti nikahan, Muludan dan acara keagamaan lainnya. Beliaulah yg membacakan doa akhir di tiap acara acara mereka bergantian dengan Kyai Basri.

Sekarang Beliau masih memberikan pengarahan tentang program amaliah Tadris kelas niha'i. Semacam program untuk santri angkatan terakhir di pesantren awwabin agar bisa merasakan pengalaman bagaimana mengajar dan menjadi guru yg sesungguhnya. Dari Madah ke madah beliau mengajarkan dengan gamblang tata cara bagaimana mennyampaikan materi.

Sebagian materi sudah dijelaskan tata cara madah oleh Kyai Basri dan ustad Senior lainnya sebelum Ustazah Laila menulis sekarang, ustazah Laila hanya sebagai pelengkap dan motivator untuk santri Niha'i nya disana. Agar semangat membuat i'dad yg berkualitas untuk amaliah tadrisnya.

Perkumpulan itu dihadiri oleh Kyai Basri langsung juga para Ust senior yg disana, Termasuk Ustad Fian, Boim dan Royhan yg sekarang duduk bersama ustad2 senior itu.

والناس الف منهم كواحد
وواحد كل الاف ان امر عنى

Ucapnya jelas membaca satu bait yg ingin disampaikan kepada santri2nya yg akan mengikuti orientasi amaliyah tadris itu,

"Manusia yg Seribu akan seperti terhitung satu, Dan manusia satu akan terhitung seribu jika (Manusia yg satu itu) bersungguh - sungguh",

Jelas ustazah Laila mengartikan bait mahfuzat yg ditulisnya itu, ia simpan spidolnya dan melihat para santrinya mulai memahami dengan apa yg dibacakan beliau. 

" Jadi... Kalian harus meningkatkan kualitas kalian dengan sungguh - sungguh, satu orang yg berkualitas akan setara seperti seribu orang, jika yg satu itu memiliki kualitas.. .. meskipun satu orang, ia akan lebih terlihat lebih ditakuti lebih disegani dibanding yg seribu, 
Juga....
BILA yg seribu itu tidak memiliki kualitas.. Maka tetap dianggap sebagai satu", ucap ustazah lagi menjelaskan.

Royhan bukan tidak mencerna ucapan itu. Ia memperhatikan, menimbang - nimbang, dan berpikir dengan seksama untuk menggunakan ucapan itu. Ia harus memiliki tim yg isinya terdiri dari orang2 yg mumpuni untuk menyelesaikan penginapan di samping pesantrennya itu. Sambil terus menyimak nasihat ustazah.

"Fahimtum (Faham Kalian)?" tanya ustazah yg dijawab "Fahimna' oleh para santrinya.

"" Hayu, mulai sekarang harus jadi santri original, jadi manusia yg berkualitas dan bermanfaat untuk orang banyak kedepannya, "

"Na'am Ustazah..",

Lama mereka mengikuti orientasi amaliah itu, sebagaian Ustazah memakai bahasa campuran, antara Bahasa Inggris dan bahasa arab untuk pelajaran santrinya, agar para santri Niha'i ini faham dengan madah yg hendak mereka buat. 

Semua kelompok sudah dibuat, bahkan ustad Juned sebagai bagian kurikulum pesantren sudah membagikan ustad - ustad Pembimbing madah para santri itu. Mereka sudah mendapatkan bagian pelajaran apa yg hendak mereka ajarkan ke adik kelas mereka melalui amaliah tadris itu.

" Buat para ustad dan ustazah, jangan sampai lelah membimbing santri ini agar lancar mereka melalui program terakhir ini" Pesan Ustazah Laila yg di aminkan oleh para ustad Ustazahnya.

Setelah sudah sampai 4 jam lamanya orientasi itu disampaikan, akhirnya para santriwan dan santriwati Bubar. Mereka sudah mendapat pembekalan dari ibu kyainya itu. Mungkin ibarat botol yg sudah penuh dengan air, Ustazah menutup Botol yg sudah berisi itu agar tidak tumpah, begitulah yg dirasakan para santri setelah mendapat pembekalan dari para ustadnya, dan bekal itu ditutup dengan semangat oleh Laila, mereka bersemangat untuk bisa membuat madah yg berkualitas.

Kyai Basri langsung pamit menuju rumahnya karena hendak beristirahat setelah selesai orientasi itu, karena tahu nanti siang akan datang Pak Suprapto beserta rombongannya, ia berpesan ke Royhan dan Usatd Fian agar melakukan pertemuan itu digedung Ri'ayah saja. 

Ia pergi kerumah atas untuk bersitirahat agar terasa segar menyambut Rombongan siang ini.. Meninggalkan istrinya bersama ustzah - ustazah yg lain berkumpul dimajlis itu. 

Desas - desus pak Suparapto yg hendak datang itu sudah menjadi perbincangan para penghuni pesantren, mungkin bisa dibilang, ini salah satu langkah yg penting untuk perkembangan pesantren.

Kyai Basri melihat para ustad berkumpul di gedung Ri'yah, disamping mereka mempersiapkan tugas madah untuk para santri Niha'i nya, mereka juga mempersiapkan Ruang untuk pertemuan nanti siang.

"Jam berapa abi datang Roy?", Tanya Kyai yg kebetulan melihat Royhan berjalan ke gedung Ri'ayah itu.

" Tadi pagi udah telepon saya Bah Haji, kira2 jam 2 nanti, soalnya, tadi malam ada mobil rombongan yg mater kejebak di sekitar pengkolan kelapa sawit" Ucap Roy Menjelaskan.

"Hmmm.. Saya heran sama pemda, kenapa jalan itu masih belum di perbaiki sampai mobil rombongan pak suparpto kejebak disitu",

"" Tapi alhamdulillah malam tadi selesai pak yai, katanya dibantu warga kampung sekitar, karena kelelahan mereka terpaksa tidur dijalan, dan berangkat lagi tadi, sampai sini mungkin siang",

"Hmmm, ya sudah, saya istrhat dulu, dipersiapkan acara penyambutannya",

Royhan sedikit membungkukan badannya menghormati Kyainya itu, dan berjalan menuju gedung Ri'ayah. Ia bertanya ke ustad Ujang membahas seksi konsumsi penyambutan nanti,

" Untuk Buah2an sudah sya titipkan ke ustzah anies, karena dia yg mengurus koperasi Stad" Ucap Ustad Ujang ke Royhan menjelaskan.

"Tadinya untuk makanan saya yg nyiapin tad", ucap Royhan lagi.

" Wahh ini maunya Abah Haji (Kyai Basri), beliau ingin menyambut abi antum kesini"

Royhan merasa Sungkan "Ah, mirip artis saja tad, jadi ngerepotin abah haji .. Rombongan daddy mah ga dksih makan juga pasti nyari",

Hahahaha"
..

" Udah gampang tad, semua sudah beres sama ustazah anies" ucap Ujang lagi, "Sekarang ana mau nyuruh para santri dulu buat ngerapihin kursi" ucapnya lagi.
"Saya ikut" Ucap Royhan yg mulai memanggil santri untuk membantu.

Sementara... Dimajlis orientasi tadi, Ustazah Laila mendengar percakapan hangat para ustazah lainnya yg sedang berkumpul didepan mimbar itu...

Mereka membicarakan banyak hal, terutama para santri yg sedang mengerjakan i'dad amaliah tadris itu.

Mereka tertawa cekikikan bersama, satu sama lainnya saling melempar Joke yg khas di antara para ustazah. Semua berkumpul disana, Ustazah Ayni, Sahipah, Ustazah Anies, ustazah Yati dan ustazah ustazah lainnya saling berbicara hamgat satu sama lainnya..

"Hmmm.. Akhwat akhwat Awwabiin" 

Ucap Ustazah Laila dalam hati sambil beliau duduk bersama mereka, ia tersenyum, senyumnya itu seperti matahari untuk Ustazah ustazah yg lain yg sedang duduk. 

Seharusnya mereka menahan candaan mereka, namun justru dengan datangnya ibu kyai itu menambah hangat obrolan pagi menjelang siang itu, 

"Ngomongin apa sih?" Tanya Laila.

"Ini Nyai, katanya ustazah Anies dag dig dug, soalnya calon bapak mertuanya mau dateng", Ucap Ustazah Yati yg diikuti ketawa yg hadir disana, mereka membicarakan Pak Suprapto yg hendak datang ke pesantren.

" Ikhh.. Awas ya ukhti iseng banget sama yg jomblo disini, kualat loh ukh" Jawab ustazah Anies yg ceria memakai pakaian serba hijau toska dan kacamata minus 1 setengahnya.

Memang meski ada ibu Kyai, mereka tak sungkan bicara blak blakan. Karena Laila pernah bilang, bahwa satu sisi memang posisinya sebagai pemimpin, namun sisi lain ia juga teman untuk para ustazah disini,

"Apa perlu, nanti sedatangnya beliau nanti aku comblangin langsung" Ucap Laila menggoda.

Entah kenapa malah ustazah Ayni yg terlihat memerah mukanya, begitu pula dengan ustazah Sahipah yg tersenyum mendengar istri mudirnya itu.

"Tuh, Nies, tunggu apa lagi, biasanya kalo dicomblangin mudir langsung bisa cepet tuh, kaya ustazah Sahipah, dilamar sama Kyai Basri, langsung diterima hihihii"

Ucap Ustazah Yati yg membuat ia dicubit oleh ustazah ipah mengingat kejadian "Lamar bareng Kyia Itu"..

" iihhh nyaiii.. Bisa aja, jangan ihh maluu kalo percis kaya Ummi Ipah hahaaha" Ucap Anies tertawa manja.

Ustazah Ipah memang terlihat paling cantik paling manja diantara ustazah yg hadir disana, wajar bila Laila memanggilnya "ipah cantik". Manjanya tak kalah dengan manjanya ustazah yg Jomblo itu, ia juga protes dengan usulannya itu, laila hanya menggodanya.

" Tapi, Jujur aja, aku udah ga sabar ingin ketemu Sahla" Ucap Laila.

"Iya bener, udah lama , kangen",

" Pasti makin cakep aja",

"Aku sih yakinnya makin bawel" Ucap Ustazah Anies.

"Justru Bawelnya yg nyenengin" Timpal Ayni.

" Nanti kalo Ustazah Sahla dateng aku culik dia supaya nginep disini" Ucap Ayni.

"Iya bener kita Culik kita bawa ke asrama kangen - kangenan" Ucap Anies lagi membicarakan bibinya itu.

"Hmmm ya sudah, nanti aku siapkan tempatnya," Ucap Ustazah Laila yg pamit berdiri.

"Aku juga mau pamit" Ucap Anies.

"Loh mau kemana?, ikut ikutan aja?", Ucap Ipah.

" Mau beli buah2an buat calon mertua" Ucapnya sambil balik badan pergi.

"HUUUUUUUUU"

Ia disuraki oleh para ustazah yg lain yg dibelakangnya. Ustazah Laila hanya menggeleng gelengkan kepala. Ia pergi menuju Rumah Suaminya di atas.

_-___________________

_-_______________



Royhan masih duduk di depan majlis yg hendak dijadikan pertemuan para pasukan dari rumahnya itu. 

Baru ia menerima pesan bila sekarang mereka sudah melanjutkan perjalanan, setelah memutuskan menginap karena salah satu mobilnya kejebak matter itu. 

Saat sedang duduk, ia melihat Ustazah Laila Lewat. Tadi pagi Royhan merasa malu, karena mengingat kejadian pagi tadi, saat acara orientasi Amaliah tadris itu dimulai..

Ketika ia mandi disungai tadi, tubuhnya dilihat Istri Kyai itu. Malu rasanya dilihat istri Mudir itu pikir Roy

Begitu pula dengan ustazah Laila, meski hanya ada sedikit Kontak Mata, namun ia bisa melihat perawakan Kekar murid suaminya yg dulu nakal itu. Pemuda yg tak bisa ditembus mukasyafah suaminya.

Punya ilmu apa ia?, Ucap Laila saat pertama mendengar suaminya tak bisa menembus pemuda itu. Itu memang yg sering membuatnya penasaran. Apa ia sakti? Pikir Laila Lagi.

Sambil berpikir mengingat badan kekar tadi, juga tak bisanya ia ditembus suaminya, kebetulan Ustazah juga mengingat, bila ia memang sangat menyukai cerita - cerita silat yg sering diputar di serial Tv itu. Tentang pendekar yg tinggi ilmunya sehingga jalan pikirannya tak bisa ditebak oleh musuh.

Istri Kyai itu memang sangat menyukai drama serial silat, dari mulai angling Dharma sampai tutur tinular. Juga kesaktian pendekarnya, Saat ustazah melihat Royhan Tanpa Baju di dan melihat badannya kekar disungai tadi , secara otomatis Ustazah melihat Royhan seperti pemeran pendekar Silat favoritnya. 

Ia seperti pendekar, dengan badan kekar dan Tinggi di atas 180 itu memperlihatkan lengannya yg kekar dan dada bidangnya.

Membuat ia terlihat kuat dan gagah..

Beberapa kali pun Ustazah melihat Royhan pasti mengingat dengan perawakan pendekar itu yg kekar, ditambah juga....

Berkali kali istri Kyai Basri ini melihat Royhan duel silat dengan ustad yg lainnya, ustazah selalu tersenyum melihat fleksiblenya gerakan anak itu, apalagi sampai sering memenangkan duel itu. Diam - diam, tanpa disadari karena sukanya dengan silat, membuat Ustazah diam - diam menyukai pemuda itu, ditambah saat melihat kemenangan demi kemenangan tiap duel silat itu, tanpa disadara ia kagum.

Meski merasa malu saat kontak mata tadi, namun ia mengingat badan kekar dan gagah pemuda itu. Jangan, itu Zinah mata, ucap Nyi Laila saat sadar diperhatikan Roy dan berjalan menuju Rumah Kyai Basri.

_-_________________



Setelah sampai Dirumah atas...

Kyai Basri sedang duduk beristirahat sambil membaca lagam favoritnya, ia lagukan lagam bacaan arab itu semerdu -merdunya memghiasai halaman rumahnya, 

Setelah orientasi Amaliah itu membuatnya sedikit lelah. Ia memakai baju serba putih juga penutup kepala hajinya melihat istrinya yg terlihat mempesona itu masuk kedalam Rumah.

Kyai Basri buka Tak sadar banyak pria yg mengakui pesona istrinya yg melekuk seksi itu, melalui mukasyafahnya ia bisa melihat dan menyuruh istrinya memakai baju setutup mungkin untuk menutupi lekukan istrinya yg membuat jakun para pria bergetar, agar tak memancing syahwat Pria yg melihatnya. Namun ia tahu ustazah Laila memang berusaha menutupi bagian tubuhnya yg sangat segar itu, sehingga ia paling dihormati dipesantren.

"Assalamu'alaikum, Abah mau Minum apa?", Tanya Laila ketika ia memasuki rumah. Ia mencium tangan suaminya sebagaimana wanita sholehah pada umumnya.

" Teh anget aja" Jawab suaminya tersenyum melihat istrinya.

"Bentar"

Ustazah tersenyum dan masuk kedalam menyiapkan mug besi Khas milik abah haji yg biasa dipakai minum itu, ia menaruh buku contoh i'dad amaliah tadris itu dan pergi menyiapkan teh didapur.

Sudah di depan, ustazah terlihat ceria, namun Kyai bisa melihat ada sesuatu yg disembunyikan istrinya yg tak bisa ia baca. 

Biasanya, Abah haji paling Jago saat membaca suasana hati istrinya, namun sesuatu yg disembunyikan ini ia tak bisa membaca, seperti ditutup oleh tirai yg lain. Percis sama dengan tirainya Royhan. Tak bisa ia buka, ada apa ini? Pikir Kyai.

"Abah bukannya pake Jas yg dibeliin Royhan biar keliat gagah", Ucap Nyi laila menaruh mug teh hangatnya itu.

Abah Haji tersenyum, ia mengambil Teh hangat yg disediakan istrinya itu dan meneguknya sekali.

" Nanti saja sedatangnya pak Suparapto" Jawab Kyai sehabis meneguk teh hangat itu.

"Hmmm.. Iya.. Nanti dipake, biar keliatan gagah soalnya ummi juga seneng sama jas itu" Ucap Laila yg ikut duduk bersama suaminya di kursi sebelahnya. Ia memang mengagumi Jass pemberian muridnya yg bidang itu, terlihat pas dibadan suaminya..

Saat ia duduk, Abah Haji bisa melihat ada yg dipikirkan istrinya dibalik senyumnya itu sampai akhirnya ia bersuara.

"Tadi ummi ngobrol sama bendahara yayasan yg dibawah" Ucap Laila ketika tahu suaminya mulai memperhatikan apa yg dipikirkannya, mereka seperti memiliki koneksi khusus yg bisa membaca satu sama lain, sehingga tak ada yg bisa disembunyikan kecuali bila ustazah yg berniat menyembunyikan informasi itu, saat Suami nya sudah bisa membaca ada sesuatu yg membuatnya resah, ia langsung bicara.

"Sama ustazah Ningrum? Yg dibawah, Kapan?" tanya Kyai yg menyebut nama bendahara pesantren itu.

"Iya, sama Ustazah Ningrum, Sebelum amaliah tadris tadi, di dekat surau" Ucap Ustazah.

"Kenapa? Ada apa?,"

Kemudian muncul raut khawatir yg terpancar di wajah Nyi Laila itu dihadapan Kyai Basri, ia langsung bisa menebak.. Namun berusaha mendengar jawaban dari istrinya itu,

"Pesantren kita defisit Bah sudah dua bulan ini , ummi kaget mendengarnya tadi" Ucap Laila mulai membiacarakan apa yg menjadi tebakan Kyai Basri itu.

"Tadi ummi Ningrum bilang, Banyak data santri yg memang belum membayar bulanan karena jauh dari orang tuanya, juga karena banyak santri yg kurang mampu belum bisa melunasi bulanan, secara logika dan data, pemasukan pesantren tak cukup meng cover semua kegiatan pesantren", Ucapnya lagi.

" Itu kan secara Logika Ummi, " Jawab Kyai yg sudah tahu maksud istrinya, "bukan secara keyakinan kita sebagai pengurus pesantren yg jangan khawatir denga rezeki yg beri" Ucap Kyai menenangkan seperti biasa keadaan resah istrinya itu.

"Iya sih, alhamdulillah kalo dapur tetap cukup untuk santri" Ucap Ustazah lagi.

"Kita harus yakin, matematika yg diatas tentu berbeda dengan matematika manusia, yg di manusia secara logika memang terlihat defisit, tapi dengan matematika yg diatas, ternyata kita cukup saja, sudah bertahun - tahun kita mengalami defisit seperti ini tapi tak pernah kekurangan" Ucap kyai lagi menghibur istrinya itu.

Memang itu yg selalu diucapkan suaminya itu saat pesantren sedang mengalami defisit seperti ini, membuatnya selalu optimis dalan mengurus pesantren. 

Memang begitulah keadaan yayasan kebanyakan, Ustazah sering mengobrol dengan sesama temannya yg mengembangkan pesantren juga mengalami hal yg sama, juga dengan nasihat yg sama dalam menghadapinya sebagaimana yg dijelaskan Kyai Basri Tadi. 

"Matematika yg di atas berbeda ddngan matematika manusia, kita harus yakin, pasti dicukupkan" begitu ucapan suaminya bila dirinya curhat masalah perekonomian pesantren.

Tapi, tetap saja membuat Ustazah laila khawatir, ia resah.. bila tiga bulan kedepan ini tetap defisit seperti ini, maka siklus pesantren bisa terhenti dan ada tetap ada rasa takut di hati Ustazah meski sudah dinasehati dengan ucapan suaminya tadi.

Kyai Basri bisa melihat dan menangkap kegelisahan sang istrinya yg cantik itu, ia bilang 

"Tenang.. Kenapa abah mempercayakan Royhan agar ia bisa mengurus lahan yg belum digarap itu agar meningkatkan ekonomi juga, dan manfaatnya untuk santri, ia sudah buktikan dirumah Fian" Ucap Kyai....... "Juga.. Abah juga udah bisa melihat.. Penginapan yg dibangun Royhan itu nantinya akan menolong pesantren kita" Ucap Ki Basri lagi

"Abah yakin?" Tanya istrinya lagi yg menanyakan penglihatan mukasyafahnya itu.

"Dia sudah bisa membuktikan, Roy anak yg tangguh, dia bisa memperbaiki keadaan pesantren, Kan abah permah bilang ke ummi, ketika abah mengizinkan Royhan tinggal dirumah ustad Fian itu, dia pasti membuktikan memperbaiki keadaan rumah itu... Dia sudah membuktikan, saatnya dia memperbaiki Pesantren" Ucap Kyai.

Hmmm... Ini memang yg kedua kalinya Laila mendengar suaminya membicarakan pemuda yg berhasil menjadi yg berpengaruh dipesantren ini. Beliau juga mengingat, bahwa tanpa alasan yg pasti, Kyai Basri pernah bilang bahwa ia tak bisa melakukan mukasyafah terhadap pemuda itu. Tak bisa membuka tirai itu.

Membuat Ustazah merasa penasaran punya ilmu apa ia? Sampai2 suaminya tak bisa menembus melalui mukasyafahnya, apa ia memang sakti?,

"Hmmm.. Memang pendekar, " Ucap Ustazah dalan hati mengingat badan kekarnya.. Kenapa Ia menjadi pria yg berpengaruh dipesantren ini. Mudah2an benar ia bisa menolong perekonomian pesantren ini.

"Kenapa Ummi?" Tanya Kyai Basri yg mengagetkan lamunannya. Tentu meski Ia bisa membaca pikirannya, namun ia tak mungkin mampu membaca saat Ustazah sendri tak mau suaminya tahu bahwa ia sedikit kagum dengan badan kekar pemuda yg tak bisa ditembus ilmu suaminya itu.

"Pendekar sakti" Ucap Ustazah dalam hati tersenyum.

"Kalo Abah yakin begitu, mudah2an cepat selesai penginapannya, supaya bisa membantu " Ucap Ustazah menyembunyikan pikiran kagumnya agar tak dibaca suaminya.

"Dia nanti yg mengurusnya " Ucap Kyai Basri

"Mudah2an" Ucap Laila lagi,

Berpengaruh sekali ia disini ucap Ustazah mengingat kekar pemuda itu,

Ustazah memeluk tubuh moleknya sambil mengingat Pemuda yg tak bisa ditembus mukasyafah suaminya itu,"Dasar pendekat" ucapnya sambil ia duduk sambil memeluk tubuh moleknya.

"Pendekar kekar" Ucapnya lagi menutup rahasia itu agar tak dibaca suaminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 2 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter two : Suasana Pesantren Dan Konfliknya Letak pesantren itu memang ada di dataran Tinggi.. Kaya akan aura kesederhanan. bercuaca sejuk. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tenang dan nyaman. Para ustad yg mengabdi, ataupun para santriwan dan santriwati yg menetap disitu betah untuk berlama lama disana. Airnya sangat dingin, udaranya sangat segar, masyarakatnya ramah, bahkan ketika pertama kali pesantren itu dibangun, mereka menyambutnya dengan suka cita. Karena mereka senang bila ada pesantren dikampung mereka. "Bisa membawa berkah" begitu pikiran mereka. Kiyai Basri memang besar pengaruhnya. Ilmunya dikenal sangat Tinggi, panggilan pengajian untuknya bukan lagi jam terbang amatir, namun hampir tiap malam selalu ada undangan agar ia bisa datang untuk memberi tausyiah atau ceramah di masyarakat sekitar. Begitu pula dengan ustazah Lailah. Kegiatannya aktif mengajar di pesantren itu. Meski umurnya berbeda jauh dengan suaminya, namun

Chapter 33 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 33: Tidal Wave (Part2) UnHidden Content: Tidal Wave (Part2) Suara burung berkicau terdengar memasuki kabin belakang di mobil Double kabin ini.  Royhan masih memejamkan mata, ia masih nikmat tertidur, sampai ketinggalan jadwal subuh. Wajahnya yg bergaris garis itu lama - lama bergerak, karena sinar matahari mulai memandikan wajahnya.  Kemudian terdengar suara dari luar mobil, seperti suara teriakan anak2 kru diluat yg bilang  'Brrrt dingiinn.. Dingiiinn",. Memang sangat dingin pagi ini, bahkan hawa dingin ini memasuki kabin mobil sampai tak terasa ternyata Royhan memeluk jaketnya sendiri, ia mengusap wajahnya mengumpulkan nyawa dan melihat jam, "Duh Jam Tujuh Pagi" Ucapnya.  Pantas saja sinar Matahari sudah masuk banyak kesini Beginilah bila sedikit jauh dari Pesantren, tak terdengar suara pengajian di surau saat subuh yg biasanya membangunkan Roy.  Beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Roy masih tetap mengusap

Chapter 31 - Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)

Post - Modern Pesantren (Zhalyoh)   Chapter 31: The Gathering (Part 1) Teh Neneng The Gathering (Part1) Matahari sudah sangat menyengat siang ini, namun anehnya, Pesantren Awwabin di hembus angin yg sangat dingin.  Terasa ketika para santri yg sedang duduk dibale disela jam belajar itu mereka merasakan angin dingin yg menimpa mereka. Seperti terjangan yg bertubi - tubi sangat dingin disela matahari panas ini. "Kok Bisa ya?", Ucap ustad Agung salah satu Ust Junior yg berdiri diantara Royhan, ustad Fian, dan Ustad Ujang ini. " Dulu juga pernah kaya gini, saya juga tidak mengerti bisa seperti ini" Ucap Ustad Fian. "Bahaya kah angin seperti ini ?" Tanya ustad Ujang. "" Ga bahaya kalo sambil ngopi mah, yuk ngopi bentar, lima menit lagi mereka nyampe", Ucap Royhan menghibur rasa khawatir mereka. Wushhh Wushhh angin dingin itu bertubi tubi kembali menerpa mereka ditengah terik matahari panas itu, "Ane harusnya pake jaket"